로그인Shazana berjalan keluar terlebih dahulu dengan niat membunuh yang intens. Orion kepikiran sesuatu, tetapi dia tidak terlalu yakin.Ayu berkata kepada kekasih Tirta yang lain, "Semuanya, kita juga lihat kondisi di luar."Melihat para kekasih Tirta keluar, Orion mengernyit. Akhirnya, dia juga mengikuti mereka.Shazana yang sudah keluar dari gerbang mengira pejabat Negara Kawria dan petinggi Perusahaan Vistar menunggu di depan gerbang.Bagaimanapun, mereka hanya orang biasa. Formasi tidak akan merasakan bahaya, jadi mereka bisa lewat dengan selamat. Namun, tidak ada siapa pun di depan gerbang.Seorang bawahan maju, lalu melapor dengan ekspresi sinis, "Bu Shazana, mereka ada di lokasi sejauh sepuluh kilometer dari sini. Sepertinya tiga orang sudah mati, lalu mereka nggak berani masuk lagi. Orang-orang Negara Kawria ini meminta bawahan yang pergi membeli sayur untuk menyampaikan kabar kedatangan mereka kepada kami."Tentu saja bawahan yang melapor itu meremehkan orang Negara Kawria yang pen
Zargo menyahut, "Benar ... aku memang pantas mati! Pak Agha, kamu nggak usah repot-repot turun tangan. Aku akan menghabisi diriku sendiri."Sebelum para tentara sempat bicara, Zargo yang merasa dirinya tidak mungkin bisa hidup lagi mengeluarkan pistol dengan perasaan putus asa. Dia mengarahkan pistol ke pelipisnya, lalu memejamkan matanya dan menarik pelatuk.Dor! Darah Zargo menyembur dan menodai geladak. Dia langsung tumbang.Seorang deputi maju dan berujar, "Zargo mengincar keturunan keluarga kaisar dan melakukan korupsi dalam jumlah banyak. Dia tahu kesalahannya sangat fatal, jadi dia bunuh diri untuk menghindari hukuman. Kita bereskan jasadnya sekarang!""Oke," sahut beberapa tentara. Mereka menyeret jasad Zargo pergi.Selain itu, deputi sekalian menembak Lesya. Byur! Dia menyuruh para tentara untuk membuang jasadnya ke laut. Bahkan kesalahan Lesya belum ditetapkan.Deputi itu maju dan bertanya, "Orang ini nggak sengaja jatuh ke laut. Pak Agha, Pak Behzad, apa ... kita perlu menye
Agha bukan hanya tampak tidak berdaya, bahkan dia juga marah kepada Zargo. Selain itu, dia juga sangat takut pada Tirta. Agha benar-benar takut Tirta tetap membuat perhitungan dengannya setelah masalahnya selesai.Ucapan Agha membuat Zargo putus asa. Dia mengepalkan tangannya dengan erat seraya berbicara dengan perasaan tidak rela, "Apa? Pak Agha ... sebenarnya dia siapa? Kamu bahkan nggak menghargai pertemanan kita dan rela membunuh pejabat pemerintahan, padahal tindakan ini melanggar hukum."Zargo menambahkan, "Apa kamu bisa memberiku penjelasan sebelum aku mati? Biar aku bisa mati dengan tenang. Kalau nggak, aku merasa nggak rela!"Bukan hanya Zargo, bahkan Behzad dan kekasihnya juga ingin tahu identitas Tirta. Mereka sama-sama memandangi Agha."Kamu ingin tahu identitas pemuda itu? Oke ... aku beri tahu kamu. Kamu harus dengarkan baik-baik," sahut Agha.Agha menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara keras, "Namanya Tirta, dia itu anggota Keluarga Hadiraja dari ibu kota.
"Kamu berharap aku melepaskanmu? Di kehidupan selanjutnya saja!" tegas Tirta. Dia mencibir, lalu hendak menampar Zargo hingga mati.Ngung! Ngung! Ngung! Tiba-tiba, helikopter mendarat. Dua orang bergegas keluar dari helikopter itu. Mereka berlari ke arah Tirta.Orang yang berbicara terlebih dahulu adalah penguasa industri pariwisata yang ditemui Tirta sebelumnya. Dia bernama Agha.Agha bertanya, "Pak Tirta ... kamu baik-baik saja, 'kan?"Tirta tidak mengenal orang yang datang bersama Agha. Namun, wanita yang ditampar Tirta tadi langsung berteriak terbata-bata begitu melihat orang itu, "Pak Behzad ... tolong aku .... Mereka mau membunuhku! Pak Behzad, tolong selamatkan aku!"Pria paruh baya yang bernama Behzad memandang wanita itu dengan ekspresi canggung. Akan tetapi, dia memilih untuk mengabaikan wanita itu setelah melihat sikap Agha pada Tirta dan ekspresi Zargo yang ketakutan. Dia seperti tidak melihat wanita itu ataupun mendengar suaranya.Tirta melirik Agha sekilas, lalu menyahut
Tirta mencibir, lalu membalas, "Oh ya? Tapi, aku nggak berpikiran seperti itu."Wanita itu mendengus dan menimpali, "Kamu buta ya? Apa kamu nggak lihat begitu banyak orang menodongmu dengan senapan? Kamu anggap dirimu dewa yang nggak bisa terluka ditembak peluru? Dasar orang nggak tahu diri! Aku beri kamu waktu tiga detik, kalau kamu nggak minta maaf sambil berlutut ...."Plak! Sebelum wanita itu menyelesaikan perkataannya, terdengar suara tamparan dan tulang patah. Pipi wanita itu hancur dan berlumuran darah. Dia menjerit histeris saat jatuh ke lantai.Tentara angkatan laut di samping yang menodong Tirta dengan senapan menarik pelatuk. Dor! Dor! Dor! Namun, peluru yang ditembakkan secara beruntun tidak bisa melukai Tirta.Bukan hanya itu, semua peluru juga memantul dan membunuh semua tentara yang menembak. Melihat situasi ini, Zargo yang awalnya masih berharap kaget setengah mati. Bahkan dia kencing di celana.Wanita yang ditampar tadi berteriak histeris, "Ah ... beraninya kamu memuku
Tirta menyimpan Mutiara Naga dan berpesan kepada para kekasihnya, "Devika, Marila, ada yang mengganggu kita lagi. Kalian tunggu aku sebentar."Tirta menyelubungi mereka dengan Teknik Menghilang, lalu memakai bokser dan bergegas berjalan ke geladak. Kala ini, amarah Tirta memuncak.Namun, Devika dan lainnya bisa beristirahat. Mereka segera berkata kepada Tirta."Nggak apa-apa, kamu nggak usah buru-buru. Nggak masalah juga kalau kamu keluar agak lama.""Kami tunggu kamu!"Sudah jelas Devika dan lainnya tidak tahan lagi.Begitu melihat Tirta berjalan ke geladak, Tambun segera menodong selangkangan Tirta dengan pistol dan bertanya, "Hei, masih ingat aku nggak?"Tatapan Tambun sangat dingin.Tirta mencibir, lalu menyahut, "Tentu saja aku ingat. Kamu itu pecundang yang suka mengintip orang dan memuaskan hasratmu pada boneka silikon. Oh, maaf. Alat vitalmu sudah kuhancurkan, sekarang kamu nggak bisa memuaskan hasratmu lagi. Kamu cuma bisa jadi kasim."Tambun berujar dengan wajah memerah, "Kam







