Share

Dokter Ajaib Primadona Desa
Dokter Ajaib Primadona Desa
Author: Hazel

Bab 1

Author: Hazel
"Tirta! Dasar cabul! Kamu mengintipku mandi! Benar-benar nggak tahu malu!"

Cuaca di bulan Juli sangat panas. Tirta Hadiraja yang mendaki gunung untuk memetik bahan obat kepanasan sehingga langsung melepaskan pakaiannya dan menyelam di sungai. Begitu muncul ke permukaan, dia malah melihat pemandangan indah di depannya!

Nabila Frenaldi, putri kepala desa, tampak memaki Tirta seraya menunjuknya. Dia baru berusia 18 tahun. Melalui air sungai yang bergoyang, samar-samar terlihat sepasang buah dada yang memikat dan ....

Tirta yang tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sontak terperangah di tempatnya!

"Berengsek! Kalau kamu masih menatapku, akan kucungkil bola mata!" maki Nabila dengan wajah memerah sambil menutupi bagian tubuhnya yang penting.

Nabila juga kepanasan. Kebetulan, sekarang liburan musim panas. Dia merasa bosan sehingga diam-diam keluar untuk berendam. Tanpa diduga, dia malah diintip oleh Tirta!

"A ... aku nggak mengintipmu. Aku juga datang untuk berendam. Apa aku perlu bertanggung jawab padamu?" tanya Tirta dengan wajah memerah.

"Siapa juga yang mau menjadi pasanganmu! Jangan mimpi! Lagi pula, seluruh penduduk Desa Persik tahu kamu pernah jatuh dari gunung! Kamu mungkin sudah cacat dan nggak bisa punya keturunan! Kalaupun aku berbaring di ranjang, apa kamu sanggup berhubungan intim denganku?" teriak Nabila dengan emosional.

"Aku ... aku ...." Ekspresi Tirta tampak malu sekaligus marah. Dia mengepalkan tangan dengan erat. Masalah ini selalu menghantuinya selama ini. Dia juga tahu alasan Nabila meremehkannya. Nabila adalah putri kepala desa yang menempuh pendidikan di kota. Sementara itu, Tirta hanya dokter yang bekerja di klinik kecil desa.

Wajar kalau wanita ini merendahkannya. Akan tetapi, Tirta tetap saja merasa kesal. Perasaan diinjak-injak seperti ini sungguh tidak menyenangkan. Dia bahkan tidak bisa melampiaskan kekesalannya kepada siapa pun!

"Jangan sampai kamu membocorkan kejadian hari ini! Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kejam padamu!" ancam Nabila sambil memelototi Tirta. Dia buru-buru naik ke tepi dan mengenakan pakaiannya, lalu berlari pergi.

"Siapa juga yang mau menjadi pasanganmu! Jangan mimpi! Kalaupun aku berbaring di ranjang, apa kamu sanggup berhubungan intimu denganku?" Meskipun Nabila telah pergi, penghinaan ini terus terngiang-ngiang di benak Tirta.

"Ah! Masa aku nggak bisa bercinta dengan wanita! Kalau begitu, apa artinya kehidupan ini bagiku!" pekik Tirta yang merasa frustrasi. Kemudian, dia menceburkan diri ke dasar sungai dan tidak berniat untuk naik ke permukaan lagi.

Tiba-tiba!

Tirta merasakan sakit di lengannya. Begitu membuka mata, dia melihat seekor ular kecil berwarna putih menggigit lengannya!

"Sialan! Kamu juga ingin menindasku, ya! Karena kamu menggigitku, aku akan memakanmu!" teriak Tirta sambil menjulurkan tangan untuk meraih ular itu.

Saat berikutnya, Tirta sontak menggigit balik ular itu. Ular putih ini sangat aneh, panjangnya hanya mencapai 30-an sentimeter. Selain itu, ada antenna di sisi mulutnya dan tonjolan di atas kepalanya!

Hanya saja, Tirta yang murka tidak menyadari hal ini. Dia benar-benar menelan ular putih itu. Pada saat yang sama, dia meminum terlalu banyak air sungai sehingga pandangannya menghitam dan dirinya mulai kehilangan kesadaran.

Karena pingsan, Tirta tidak tahu bahwa ada sisik halus berwarna perak memenuhi sekujur tubuhnya. Sisik itu berkilauan di bawah air seperti sisik naga. Sementara itu, muncul pula sebuah mutiara berwarna perak di dalam perutnya.

....

"Tirta! Tirta! Bangun! Apa yang terjadi padamu?" Tirta yang linglung mendengar seseorang sedang memanggil namanya.

Begitu membuka mata, terlihat seorang wanita cantik berusia 30-an tahun bersandar di tubuhnya sembari berteriak dengan cemas.

Tubuhnya yang sintal dan kulitnya yang mulus pun membuatnya terlihat seperti baru berusia 20-an tahun. Sungguh memikat.

Sayang sekali, sepasang matanya tampak hampa karena dia buta. Wanita ini bernama Ayu Tobing, sahabat ibu Tirta. Ayu dan Tirta hidup bergantungan.

Tiga tahun lalu, orang tua Tirta tidak sengaja jatuh dari tebing dan meninggal. Mereka meninggalkan klinik kecil untuk Tirta. Biasanya, ketika Tirta mendaki gunung untuk memetik bahan obat, Ayu akan berjaga di klinik.

"Bibi, kenapa kamu di sini? Kamu nggak bisa melihat, bahaya lho!" Setelah tersadar kembali, Tirta bergegas memapah Ayu.

"Nabila bilang kamu melompat ke sungai, makanya aku kemari untuk mencarimu." Ayu menghela napas lega melihat Tirta baik-baik saja. Kemudian, dia mengeluh, "Kamu ini kenapa sih? Memangnya memetik bahan obat harus di sungai?"

"Uhuk, uhuk ...." Tirta terbatuk dan tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Saat ini, Tirta baru menyadari bahwa dirinya telah mengenakan pakaian. Begitu mendongak, dia pun mendapati Nabila yang berdiri tidak jauh dari sana.

"Lihat apa kamu!" Begitu mendapati Tirta menatapnya, Nabila sontak memelototinya dengan sorot mata merendahkan.

"Aku hanya mengejekmu sedikit, tapi kamu sudah mau bunuh diri? Memalukan sekali! Kamu pasti sudah mati kalau aku nggak menolongmu tadi!" bentak Nabila.

Nabila awalnya sudah pergi, tetapi mendengar teriakan Tirta yang mengatakan tidak ingin hidup lagi. Dia bergegas kembali, lalu menemukan Tirta yang tergenang di air.

Nabila yang ketakutan pun buru-buru membawa Tirta ke tepian, lalu membantunya mengenakan pakaian dengan mata tertutup. Setelah semuanya beres, dia baru menelepon Ayu supaya datang kemari.

Ketika mendengar ucapan Nabila, Tirta merasa agak malu dan kesal sehingga menunduk. Hanya saja, wanita ini telah menyelamatkannya, bahkan membantunya mengenakan pakaian ....

Tirta berucap dengan rasa syukur, "Nabila, terima kasih sudah menolongku ...."

"Cih! Jangan sok dekat denganku! Kalau begitu, aku pergi dulu. Kamu bawa bibimu pulang nanti," timpal Nabila sambil melambaikan tangan. Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan berjalan pergi tanpa menoleh sedikit pun.

"Huh! Sombong sekali!" Tirta merasa jengkel dengan sikap Nabila yang begitu angkuh. Ketika melihat bokong sintal Nabila, sebuah niat jahat tiba-tiba muncul di benaknya. Pasti menyenangkan kalau dia bisa menindih wanita ini dan mempermainkannya! Siapa suruh Nabila meremehkannya!

Saat berikutnya, Tirta sendiri terkejut dengan pemikiran seperti ini. Selain itu, dia mendapati bahwa kemaluannya sudah bisa menegang!

"Aku ... aku nggak impoten lagi?" gumam Tirta dengan tidak percaya. Kemudian, dia sontak meraih kemaluannya sendiri dan merasa sangat senang! Bukan hanya sembuh, kemaluannya ini ternyata begitu besar saat terangsang!

Yang paling mengejutkan adalah Nabila yang jelas-jelas mengenakan pakaian malah terlihat telanjang di matanya sekarang! Kulitnya yang putih, lekukan tubuhnya yang seksi, membuat Tirta kesulitan bernapas. Dia pun tidak bisa mengalihkan pandangannya!

"Apa yang sebenarnya terjadi? Jangan-jangan aku punya mata tembus pandang?" gumam Tirta. Ternyata bukan hanya penyakitnya yang sembuh, tetapi dia juga memperoleh kekuatan supranatural. Tirta benar-benar gembira!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (94)
goodnovel comment avatar
Suyantini AMK
lanjutkan kakak ceritanya
goodnovel comment avatar
arul restubumi
ceritanya mirip tukang pijat super
goodnovel comment avatar
ryanadityasaputra22
Sangat menarik sekali ceritanya saya suka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1785

    Melihat 2 pria berkulit hitam yang jelek menghampiri mereka, Prita berkata dengan ekspresi jijik, "Tirta, nggak usah pedulikan mereka. Kita cari Kak Shazana saja."Prita hendak menarik Tirta pergi. Tirta tetap bergeming dan menimpali dengan ekspresi marah, "Nggak bisa, Paman. Mereka berani mengincarmu dan bicara begitu kasar. Hari ini, aku nggak bisa makan kalau nggak menghajar kedua pria ini sampai cacat."Melihat Tirta marah karena ada yang mengincarnya, wajah Prita memerah. Dia menyahut dengan lirih, "Kalau begitu, kamu hajar mereka saja. Yang penting jangan sampai mengotori tanganmu."Prita tidak menghalangi Tirta lagi. Ferrus tertawa hingga menunjukkan gigi kuningnya yang menjijikkan setelah mendengar perkataan Tirta. Dia berucap, "Pemuda Negara Darsia, kamu lagi mimpi ya? Kamu mau menghajar kami sampai cacat? Kamu tahu siapa yang kamu hadapi sekarang?"Ferrus meneruskan, "Sebaiknya kamu berlutut dan merangkak di bawah selangkanganku, lalu serahkan pacarmu padaku biar aku bisa men

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1784

    Selesai bicara, Prita hendak keluar dari toko dan pergi ke toko tempat Shazana berada. Tirta yang kesal mengadang Prita dan berujar, "Sialan .... Paman, kamu nggak boleh asal tuduh aku! Aku belum sentuh kamu!"Prita merasa dia bisa mengendalikan kelemahan Tirta. Dia menimpali, "Kalau begitu, beri tahu aku bagaimana kamu bisa tahu kulit di sekujur tubuhku putih merona. Kalau nggak, tanggung sendiri akibatnya!"Tirta tidak ingin mengatakan dia memiliki mata tembus pandang. Dia berbisik di telinga Prita, "Sangat simpel. Karena Paman belum pernah disentuh pria. Kedua kakimu sangat rapat dan sama sekali nggak ada celah."Tirta menambahkan, "Selain itu, kamu masih muda. Dinilai dari pengalamanku, kulitmu pasti putih merona."Ini adalah pertama kalinya Prita begitu dekat dengan seorang pria. Dia merasa geli saat Tirta berbisik di telinganya. Prita mundur dan membalas, "Kamu ... ya sudah. Lain kali kamu nggak boleh bilang begitu lagi. Kalau nggak, aku curiga kamu mengintipku."Biarpun begitu,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1783

    Bawahan membatin, 'Tadi Pak Bahera bersikeras ingin membunuh Tirta. Kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran? Jangan-jangan Pak Bahera takut pada Tirta?'Setelah memikirkan hal ini, para bawahan Keluarga Karim sangat kagum pada Tirta. Mereka juga tidak peduli Bahera benar-benar takut pada Tirta atau tidak.....Sementara itu, Tirta tidak tahu masalah yang terjadi di vila Keluarga Karim. Tentu saja dia juga tidak peduli.Sesudah masuk ke mal, Tirta membawa Orion dan lainnya masuk ke toko baju pria. Seorang staf toko langsung menyambut mereka. Dia adalah wanita yang berusia di atas 30 tahun. Tubuhnya berisi dan dandanannya sangat menor.Staf itu menyapa, "Selamat datang. Kalau boleh tahu, siapa yang mau beli baju?"Shazana mengangguk puas begitu mengamati model pakaian di dalam toko. Dia menyahut, "Aku mau belikan baju untuk suami dan anakku. Tolong bantu aku pilih beberapa potong baju yang cocok untuk mereka."Tirta mengamati sekeliling, lalu menggaruk kepala dan berucap dengan enggan, "Bu,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1782

    Neo adalah nama pria paruh baya itu. Marganya sama dengan Bahera. Awalnya, Neo bukan bermarga "Karim". Namun, Neo sudah setia mengabdi kepada Bahera selama 30 tahun lebih.Bahera sangat menyukai Neo, jadi dia langsung mengikuti cara kaisar zaman kuno untuk memberi Neo marga keluarganya."Ini ...," ucap ketua tim dari Badan Perlindungan Negara. Dia tidak berani menjawab pertanyaan Bahera. Hal ini karena ucapan Tirta terlalu mengerikan.Bahera yang kehilangan kesabaran mendengus dan membentak, "Kenapa kamu nggak berani bilang? Memangnya aku mau membunuhmu?"Ketua tim menyahut, "Pak Bahera, nyali Tirta besar sekali. Dia bukan cuma meninju Pak Neo sampai mati, dia juga mengancammu ... kalau Pak Bahera berani menyakiti keluarganya ... dia pasti akan membantai Keluarga Pak Bahera."Begitu ketua tim melontarkan ucapan ini, suasana di dalam ruang tamu menjadi hening. Semua bawahan tidak berani bersuara. Sudah jelas mereka terkejut mendengar ucapan Tirta.Mereka tidak percaya ada orang yang beg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1781

    Tirta berbicara jujur, "Urusanku nggak bisa beres dalam waktu singkat. Kamu nggak usah menghabiskan waktumu untuk memohon padaku."Beberapa hari ini, Tirta bukan hanya harus mengawasi Shazana agar dia tidak diam-diam pergi. Tirta harus mewaspadai anggota Sekte Kristala yang datang. Selain itu, dia juga harus memimpin pasukan khusus untuk mengikuti kompetisi.Setelah semua urusan itu selesai, Tirta harus pergi ke kediaman Keluarga Hadiraja lagi. Namun, Aluna mengira Tirta tidak ingin membantunya karena disinggung adiknya. Aluna pun menangis, dia terlihat kasihan.Tangisan Aluna membuat Orion teringat saat dirinya tahu ayahnya sakit parah. Orion bersimpati pada Aluna.Orion mendesah, lalu berkata kepada Tirta, "Tirta, meskipun nggak sempat pergi, kamu bisa tanya penyakit kakeknya. Kamu langsung berikan resep kepadanya biar dia bisa mencobanya setelah pulang. Kita nggak perlu memikirkan obatnya berefek atau nggak."Tentu saja, Tirta bukan orang yang kejam. Tadi dia hanya tidak kepikiran c

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1780

    "Bu, Ayah masih memakai baju pasien. Nanti kita belikan beberapa potong baju untuknya dulu, lalu kita baru makan dan jalan-jalan," ucap Tirta.Tirta memang mendengar suara gadis itu, tetapi dia mengabaikannya. Tirta berjalan ke depan sambil bicara.Shazana mengamati baju Tirta, lalu mengangguk dan menyahut, "Oke. Ibu juga ingin membeli beberapa potong baju untukmu."Prita bergegas maju. Dia memandang Tirta seraya berujar, "Tunggu dulu. Tirta, apa nanti kamu bisa bantu aku pilih beberapa potong baju?"Tentu saja Tirta tidak keberatan. Dia mengiakan, "Nggak masalah, Paman."Tirta selalu menjaga sikapnya saat bersama Shazana dan Orion. Kebetulan dia bisa menggoda Prita ketika membantunya memilih baju. Jadi, dia bisa lebih rileks.Shazana memutar bola matanya dan mengomentari, "Prita, aku juga pernah hidup di dunia fana. Kenapa kamu meminta Tirta untuk membantumu memilih baju? Apa kamu nggak percaya dengan seleraku?"Prita tersenyum nakal seraya membalas, "Kak, kamu nggak paham. Aku dan Ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status