Share

Bab 2

Author: Hazel
"Tirta, ada apa denganmu?" tanya Ayu dengan bingung. Dia tidak tahu apa yang membuat Tirta begitu gembira.

"Oh, bukan apa-apa, Bibi. Ayo, kita pulang dulu," balas Tirta sambil menahan kegembiraannya dan memapah Ayu. Dia akan mencari kesempatan untuk menguji kejantanannya nanti!

Ayu mengangguk, lalu berpesan dengan sungguh-sungguh, "Lain kali, kamu harus lebih berhati-hati kalau keluar memetik bahan obat. Kalau nggak ada Nabila, kita mungkin sudah nggak bisa bertemu. Cari waktu ke supermarket besok. Kita beli barang, lalu bertamu ke rumah Nabila untuk berterima kasih. Aku akan menemanimu."

"Aku sudah tahu, Bi. Tenang saja." Kemudian, Tirta membatin, 'Kalau bukan karena Nabila, aku juga nggak mungkin berniat bunuh diri.'

Lantaran masih merasa enggan, Tirta menggaruk kepala sambil mengeluh dengan kesal, "Bibi, aku boleh nggak pergi nggak? Wanita itu terlalu sombong."

"Jangan bicara omong kosong! Dia yang menolongmu lho! Kamu seharusnya bersikap lebih ramah! Pokoknya, besok kamu harus ikut!" tegur Ayu dengan tegas.

"Ya sudah." Tirta menyetujuinya dengan tidak berdaya.

Ayu pun mengangguk dengan puas, lalu mengelus kepala Tirta. Tiba-tiba, Tirta berucap, "Bibi, kamu sangat cantik dan lembut. Siapa pun yang menikahimu benar-benar beruntung."

Ayu memang cantik dan bening, tidak seperti wanita desa yang terlihat kasar. Bahkan, Tirta merasa beberapa selebritas wanita di TV masih kalah dari Ayu.

"Kamu ini tahunya hanya mengejekku. Bibi buta lho, siapa yang mau menikahi wanita buta?" sahut Ayu sambil tersenyum lembut. Namun, bisa dilihat bahwa senyumannya itu agak dipaksakan.

"Aku mau! Kalau aku menikah, istriku harus seperti Bibi!" ujar Tirta dengan tulus. Lagi pula, dia dan Ayu tidak punya hubungan darah.

"Cih, jangan bicara omong kosong." Wajah Ayu seketika memerah. Dia menegur, "Kalau sampai ada yang mendengarnya, nanti kamu yang kesulitan mencari istri!"

Ayu pun mencubit lengan Tirta, tetapi tenaganya tidak besar. Sementara itu, Tirta menatap Ayu lekat-lekat dan bergumam, "Bibi benar-benar cantik ...."

Kemudian, sebuah pikiran tiba-tiba muncul di benak Tirta. Dia ingin menghasilkan banyak uang agar bisa menyembuhkan mata Ayu. Sekarang, Ayu sudah sangat cantik. Jika penglihatannya sembuh, dia pasti akan bertambah cantik berkali-kali lipat!

Tidak berselang lama, keduanya tiba di klinik. Setelah mengunci pintu masuk klinik, Tirta bergegas berlari ke kamarnya dan tidak lupa mengunci pintu, lalu melepaskan celananya untuk merancap. Setengah jam kemudian, tangannya mulai terasa pegal, tetapi kemaluannya malah terlihat makin besar.

"Aku memang sudah sembuh, tapi kenapa nggak bisa mencapai klimaks?" gumam Tirta. Tiba-tiba, muncul tubuh seksi Nabila di benaknya.

"Apa aku harus mencarinya untuk menguji kejantananku?" Ini pertama kalinya Tirta merasa tidak nyaman karena tidak bisa melampiaskan nafsu.

Tok, tok, tok! Tiba-tiba, ada yang memukul kaca jendela sampai membuat Tirta terperanjat. Dia buru-buru mengangkat celananya.

Ketika menoleh, terlihat Melati yang merupakan seorang janda tengah menatapnya lekat-lekat dari jendela. Sebenarnya, Melati ini sangat kasihan. Pada hari pernikahannya, suaminya meninggal saat dalam perjalanan menjemputnya. Mereka bahkan belum sempat berhubungan seks.

Sementara itu, keluarga Melati sudah menerima mahar dan tidak bersedia menyerahkannya kepada Melati. Itu sebabnya, Melati hanya bisa hidup sebatang kara di Desa Persik.

"Kak Melati, sejak kapan kamu di sini?" tanya Tirta dengan ekspresi bersalah sembari menyeka tangannya di celana. Hanya pria yang tidak memiliki kekasih yang memilih untuk merancap. Kalau masalah ini tersebar, Tirta sendiri yang akan malu.

"Aku sudah menunggu di sini sejak tadi. Kenapa kamu menutup klinik secepat ini? Cepat buka pintu! Aku nggak enak badan, bantu aku periksa!" ucap Melati dengan kesal.

Begitu mendengar Melati sudah menunggu sejak tadi, hati Tirta pun menegang. Bukankah itu berarti Melati telah melihat semuanya?

Namun, Tirta tidak akan bertanya kalau Melati tidak membahasnya. Dia buru-buru menyembunyikan kemaluannya yang masih tegang, lalu keluar dari kamarnya untuk membuka pintu masuk klinik.

"Lama sekali! Aku hampir mati kepanasan di luar!" Melati mengerlingkan matanya, lalu tidak bisa menahan diri untuk melirik area kemaluan Tirta.

"Maaf, Kak. Cuaca terlalu panas, kepalaku agak pusing." Tirta tidak berani menatap Melati sehingga mencari alasan.

Sementara itu, Ayu yang duduk di dalam sudah mendengar suara Tirta sejak tadi. Dia sontak bangkit dan hendak keluar. "Melati, ya? Sakit apa? Biar aku yang periksa."

"Nggak perlu, Kak. Biar Tirta saja, kamu nggak usah repot-repot." Sesudah mengatakan itu, Melati langsung menarik Tirta ke sebuah ruangan. Wanita ini bahkan mengunci pintu.

"Kak, kamu mau berobat, 'kan? Aku belum mengambil bahan obat, kenapa kamu malah menutup pintu?" tanya Tirta dengan heran.

"Aku nggak sakit!" ujar Melati yang menatap Tirta lekat-lekat. "Ada yang ingin kutanyakan, tapi kamu harus jujur. Kalau nggak, aku akan memberi tahu Kak Ayu tentang perbuatanmu tadi!"

"Hah? Jangan, jangan. Aku akan menjawab sejujur-jujurnya." Tirta seketika panik. Kalau sampai Ayu tahu, dia pasti akan dimaki habis-habisan.

"Tirta, kamu sudah sembuh, ya?" tanya Melati. Nyalinya sungguh besar, sampai berani melirik area kemaluan Tirta. Ketika melihat Tirta hanya diam, Melati pun yakin dugaannya ini benar. Ternyata dia tidak salah lihat. Tirta memang sudah sembuh!

Meskipun tidak pernah melakukannya, Melati pernah mendengar kakaknya mengatakan bahwa bercinta dengan pria yang kuat di ranjang bisa membuat wanita terbang sampai ke awang-awang.

Melati tidak pernah melihat kemaluan pria. Hari ini, dia kebetulan lewat dan melihat kemaluan kekar Tirta, sampai-sampai melongo dan tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Eh ... Kak Melati, jangan begini," ujar Tirta sembari mundur dengan panik saat Melati melemparkan diri kepadanya. Namun, Melati tidak mau melepaskan diri.

"Tirta, aku nggak pernah memohon kepada siapa pun. Tapi, aku ingin meminta bantuanmu kali ini. Boleh, ya? Aku sudah dewasa, tapi nggak tahu gimana rasanya menjadi wanita seutuhnya," gumam Melati dengan napas terengah-engah sambil memeluk Tirta.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (37)
goodnovel comment avatar
Amerta Purba
selamat siang
goodnovel comment avatar
Suyantini AMK
yeee masih lanjut bacanya ......
goodnovel comment avatar
Aldi rifaldi
Seruu bangett
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2123

    Sementara itu, anggota Black Gloves di Negara Martim mengabaikan kabar Alfred ditangkap seolah-olah masalah ini tidak ada hubungannya dengan mereka.Tentu saja, Tirta juga tidak bisa tahu kalaupun anggota Black Gloves bertindak. Selain itu, Tirta juga tidak tahu pergerakan Perusahaan Vistar Negara Kawria dan Negara Yumai.Kala ini, langit sudah gelap. Tirta merasa sudah cukup, jadi dia melepaskan Nabila. Sesudah memakai baju, Tirta tidak lupa berpesan kepada Nabila, "Kak Nabila, malam ini kamu jangan turun dari tempat tidur untuk makan lagi. Sebaiknya kamu istirahat yang cukup."Wajah Nabila tampak berseri-seri, sepertinya tubuhnya juga ternutrisi. Akhirnya, kekesalan yang dipendam Nabila selama ini sudah dilampiaskan.Nabila membalas, "Omong kosong! Dengan kondisiku sekarang ini, aku juga nggak bisa turun biarpun ingin makan."Tirta tertawa dan bertanya, "Jadi, kamu sudah puas belum?""Aku memang sudah puas, tapi rasanya agak aneh," sahut Nabila dengan ekspresi canggung.Tirta menghib

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2122

    Semua orang yang bersembunyi sambil mengintip mengutarakan pemikiran mereka."Apa yang terjadi?""Rumah Keluarga Gomies termasuk tempat suci di Negara Yumai. Kenapa ada banyak pasukan mengepung rumah mereka?"Anggota Keluarga Gomies juga ketakutan. Krek! Pintu kayu rumah Keluarga Gomies dibuka. Seorang pria paruh baya yang rambutnya mulai beruban berjalan keluar dari pintu itu.Beberapa pria tua yang berusia di atas 60 tahun mengikuti di belakang pria paruh baya itu. Bahkan ada juga pria dan wanita muda, mereka adalah keturunan sah Keluarga Gomies.Pria paruh baya itu berbicara terlebih dahulu, "Jenderal, apa kesalahan yang diperbuat Keluarga Gomies? Kenapa ada banyak pasukan mengepung rumah kami?"Melihat begitu banyak pasukan bersenjata, pria paruh baya itu sama sekali tidak terkejut. Dia malah berbicara dengan ekspresi tenang.Nama pria paruh baya itu adalah Harjaya. Dia adalah kakaknya Yudha dan juga salah satu praktisi ilmu mistis hebat yang langka.Seorang jenderal paruh baya ber

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2121

    Setelah Sagara memberikan perintahnya, semua orang di dalam dan luar kamar yang mendengarnya langsung gemetaran. Mereka yang merasa ketakutan dan juga kaget berkomentar."Keluarga Gomies sudah bertahan selama ribuan tahun di Negara Yumai dan nggak pernah terpuruk. Semua presiden sangat menghormati Keluarga Gomies.""Sekarang Sagara malah ingin membunuh Kepala Keluarga Gomies. Bahkan, dia juga ingin mengendalikan Keluarga Gomies? Benar-benar gila!""Tapi, nggak salah juga. Keluarga Gomies sudah berpihak pada Negara Darsia dan menjadi bawahan Tirta. Bagi Negara Yumai, bahaya kalau mereka dibiarkan hidup.""Pak Sagara berani sekali!"Para pengawal menahan perasaan mereka yang campur aduk. Mereka buru-buru memanggil semua pasukan di sekitar yang bisa dikerahkan dalam waktu singkat. Totalnya ribuan orang. Semuanya menyerbu Yudha.Tempat tinggal Sagara dikepung oleh ribuan pasukan. Bahkan jumlah pasukan terus bertambah dengan cepat. Selain itu, segerombolan pasukan bersenjata lengkap pergi k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2120

    Parviz melanjutkan dengan ekspresi canggung, "Tapi, semua orang yang diutus nggak kembali. Bahkan kami kehilangan kontak dengan mereka. Pemuda yang bernama Tirta itu yang membuat air spiritual."Sebenarnya orang Negara Kawria yang pergi untuk membunuh Tirta mati di tangan orang Negara Martim. Namun, tidak ada orang Negara Kawria yang hidup. Tentu saja Parviz yang tidak tahu kebenarannya menyalahkan Tirta.Beberapa petinggi tidak menyukai Parviz karena merasa dia merebut posisi wakil direktur. Salah satu dari petinggi itu menggeleng sambil menanggapi, "Pak Parviz, semua yang kamu bilang sama sekali nggak membantu kami yang ingin mendapatkan cara pembuatan air spiritual."Petinggi itu menyarankan, "Sebaiknya kamu bicarakan masalah pribadi dengan Pak Cavero berduaan saja. Jangan habiskan waktu kami."Saat Parviz hendak bicara, Cavero menyela dengan ekspresi senang, "Nggak, kalian salah. Kebetulan Parviz memberiku cara dan ide yang bagus!"Sebagian besar petinggi menunjukkan ekspresi bingu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2119

    Awalnya Yasmin berniat menunggu di kamar untuk mengamati Tirta dan Nabila. Begitu mendengar perkataan Tirta, Yasmin langsung marah-marah, "Huh! Guru jahat! Aku sangat membencimu! Kamu pasti akan menangis setelah aku dewasa!"Yasmin menggendong kucing putih dan buru-buru keluar dari kamar. Saat ini, hanya tersisa Tirta dan Nabila di kamar. Mereka bertatapan sembari tersenyum.Pertarungan dengan teknik yang berbeda dimulai. Apa daya, Tirta berencana pergi ke ibu kota besok. Jadi, dia berusaha keras untuk menutrisi tubuh semua kekasihnya. Tirta tidak tahu bagaimana caranya memberi tahu mereka.....Pada saat yang sama, di Negara Kawria. Puluhan orang yang menjabat posisi penting, direktur yang bernama Cavero, dan wakil direktur yang bernama Parviz berkumpul di ruang rapat petinggi Perusahaan Vistar. Ekspresi mereka semua tampak serius.Cavero yang berusia 50 tahun lebih mengamati semua orang dengan pandangan tajam, lalu berkata, "Belakangan ini Keluarga Hadiraja dari ibu kota Negara Darsi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2118

    Luvia kembali berkata, "Terima kasih banyak, Dik."Setelah memilih lokasi, Tirta juga menanyakan desain vila kepada Luvia. Akhirnya, Luvia memilih untuk membiarkan Tirta membuat keputusan sesudah mempertimbangkannya beberapa saat.Luvia berujar, "Aku ingin ikuti kebiasaan orang-orang di sini setelah pindah ke tempat baru. Lebih baik aku ikuti saranmu saja."Tirta juga tidak menolak. Dia menyimpan ponsel, lalu menyahut, "Oke. Besok aku akan beri tahu Kak Farida setelah dia selesai istirahat. Nanti aku suruh dia utus lebih banyak bawahan biar bisa langsung mulai bekerja. Kalau kerja mereka cepat, kemungkinan satu atau dua bulan sudah selesai."Tirta menambahkan, "Bu Luvia, masalahnya para tetua dan murid sekte kalian nggak punya tempat tinggal yang nyaman untuk beberapa waktu ini."Luvia yang malu membalas, "Nggak masalah. Justru kami yang sudah merepotkan kamu."Tirta melambaikan tangannya sembari menimpali, "Aduh, kita semua ini keluarga. Selain itu, selama ini kita selalu bersikap sun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status