"Hehe, kamu juga mau membantunya?" tanya Tirta sambil mendongak dan menatap bos wanita di sampingnya. Tatapannya itu terlihat sangat tajam, seolah-olah sedang menatap mangsanya."Astaga!" Bos wanita itu bukan orang yang tidak berwawasan. Meskipun begitu, dia tetap terkesiap melihat tatapan Tirta.Tubuhnya terhuyung-huyung. Bos itu mundur beberapa langkah hingga akhirnya terduduk di lantai karena kakinya melemas. Kedua kakinya terbuka dan memperlihatkan celana dalamnya, tetapi dia tidak sempat menghiraukannya lagi.Sementara itu, Hendro yang sudah tidak sabar untuk menyenangkan hati Putro sontak menyerbu ke arah Tirta. Dia menghardik, "Bocah, sebaiknya kamu berhati-hati di kehidupan mendatang. Jangan mengusik orang yang salah lagi!"Prang! Terdengar suara pecahan botol kaca. Namun, yang terjatuh bukan Tirta, melainkan Hendro. Darah pun menyembur dan bercucuran di lantai.Sekujur tubuh Hendro dipenuhi goresan kaca. Rasa sakit yang dahsyat membuat Hendro kesulitan untuk berdiri.Jelas-jel
"Dasar berengsek! Beraninya kamu menampar pacarku! Aku mau kamu mati! Kamu dan Melati pantas mati! Orang kampungan seperti kalian nggak pantas bertindak semena-mena! Pak Putro menawarkan kesempatan untuk jalang itu, tapi kalian malah nggak menghargainya!" pekik Aina.Situasi sudah seperti ini, tetapi Aina masih merasa dirinya benar. Tirta tidak akan sungkan-sungkan dengan wanita jahat seperti ini. Dia tidak peduli Aina adalah kerabat Melati. Lagi pula, tidak ada gunanya memiliki kerabat seperti ini.Serangan Aina tidak mungkin bisa melukai Tirta. Tirta menjulurkan tangannya untuk mencekik leher Aina. Seketika, kaki Aina terangkat dari lantai.Kedua kaki Aina gemetaran. Dia terus meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Tirta. Sementara itu, Tirta masih sibuk menampar Putro dengan tangan yang satu lagi."Kamu kira aku nggak berani memukulmu karena kamu wanita? Aku paling membenci wanita kotor sepertimu. Di mataku, kamu bukan manusia. Kamu bukan cuma menghina Melati, tapi
Di bawah serangan Tirta yang bertubi-tubi, kedua orang itu akhirnya tidak tahan lagi. Gigi Putro sampai hanya tersisa beberapa buah.Aina memohon ampun, "Aku akan minta maaf! Tolong berhenti memukulku! Aku bisa mati kalau begini!"Rasa sakit pada sekujur tubuh Aina membuatnya hampir jatuh pingsan. Tirta berujar, "Kalau begitu, cepat berlutut dan minta maaf."Karena tidak berdaya, Putro dan Aina hanya bisa menerima penghinaan ini. Mereka berlutut dan meminta maaf kepada Melati. "Melati, maafkan kami. Kami sudah salah. Kami nggak seharusnya menindasmu."Melati mengernyit sambil menatap penampilan keduanya yang menyedihkan. Akan tetapi, Tirta berhasil membalas penghinaan yang dirasakannya.Melati melambaikan tangannya dan berujar, "Sudahlah. Tirta, mereka sudah minta maaf. Biarkan masalah ini berlalu. Jangan sampai ada korban."Tirta pun mengangguk. Kemudian, dia merobek pakaian Aina hingga membuat wanita itu menjerit ketakutan, "Ah!"'Dasar sok suci,' batin Tirta saat melihatnya. Sebenar
Tirta bisa semarah itu karena perlakuan Putro terhadap Melati. Dengan kata lain, Melati memiliki posisi penting di hati Tirta.Melati menggenggam tangan Tirta dengan bahagia. Dia membantu Tirta meniup tangannya sambil bertanya, "Tanganmu sakit nggak? Pukulanmu sangat keras tadi."Tirta mengangguk dan menyahut, "Tentu saja sakit. Soalnya mukanya tebal sekali. Aku jadi harus mengerahkan tenaga besar."Ketika mendengar ejekan Tirta itu, Putro yang berbaring di lantai pun merasa makin gusar. Namun, sekujur tubuhnya terasa sakit sehingga dia tidak bisa melakukan apa-apa.Sementara itu, para bos yang diserang oleh Tirta tentu tidak akan diam begitu saja. Aksa segera mengambil tisu untuk menahan luka di kepalanya. Dia sampai meringis kesakitan."Pak Putro, kita nggak pernah menderita kerugian sebesar ini. Berani sekali bocah tengik seperti itu menginjak-injak harga diri kita. Kita nggak boleh diam begitu saja!" ujar Aksa. Bos lainnya segera menyetujui."Benar, Pak. Kita semua terluka parah ga
"Kenapa Kak Nabila? Kamu nggak enak badan?" tanya Tirta dengan tatapan yang agak aneh. Wajah Nabila tampak bersemu merah. Kedua matanya terlihat berseri-seri dengan pesona yang sulit untuk diungkapkan."Mau kuperiksa nggak?" Awalnya Tirta tidak berpikir ke arah lain. Bagaimanapun, dia baru saja selesai memukul orang sehingga suasana hatinya masih belum reda.Beberapa wanita lainnya tidak menyadari bahwa Nabila dan Tirta masih belum keluar dari mobil. Atau mungkin mereka memang sudah mengetahuinya dan diam-diam merasa kecewa.Wajah Nabila terasa sangat panas. Dia menarik kedua tangan Tirta dan meletakkannya di depan dadanya. Tirta merasakan sensasi yang lembut di ujung jarinya.Saat ini cuaca agak panas, sehingga kaus yang dikenakan Nabila lumayan tipis. Begitu meletakkan tangannya ke dada Nabila, seketika terasa wangi semerbak dan sensasi yang mengejutkan."Aku ... memang merasa kurang nyaman, tapi di bagian ini ...," kata Nabila sambil menggerakkan kedua kakinya yang ramping dan jenja
Udara di dalam mobil dipenuhi dengan hasrat yang menggelora dan membuat mereka teringat kembali dengan kenangan awal. Erangan Nabila yang pelan dan memukau itu bergema di dalam sana. Namun pada saat ini, gerakan Tirta tiba-tiba terhenti.Nabila kebingungan. Padahal mereka sudah sampai sejauh ini, seharusnya Tirta langsung menyetubuhinya. Semangat Tirta sangat membara. Wajahnya yang beringas itu tampak seperti binatang buas yang hendak melahap mangsanya.Tidak mungkin hasrat Tirta tiba-tiba bisa padam. Nabila memicingkan matanya sambil menggerakkan tubuhnya dengan kesal."Tirta jahat, kamu mau menindasku lagi ya? Padahal sudah sampai begini, kamu ini benar-benar menyebalkan ...."Tirta tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan berkata, "Jangan buru-buru, kita main yang lebih unik."Tirta menaikkan celananya dan berlari masuk ke klinik. Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan buru-buru dan wajah kegirangan. "Nih, pakai ini."Ternyata dia membawakan beberapa pakaian dalam seksi yang dibeli
"Ah ...."Kalau bukan karena mobil ini memiliki peredam suara yang sangat baik, mungkin teriakan Nabila yang dahsyat ini telah menarik perhatian banyak orang. Mobil itu terus berguncang dengan frekuensi yang kadang cepat dan kadang melambat.Setelah beberapa saat, Nabila tidak mampu lagi menahan serangan Tirta. Tubuhnya terasa lemas dan terkulai di kursi. Di dalam mobil, semuanya tampak berantakan. Tubuh Nabila masih gemetaran dengan mata yang setengah terpejam.Lantaran telah menghabiskan banyak tenaga dan stamina, Nabila tidak bisa bertahan lagi dan perlahan-lahan tertidur lelap. Tirta kemudian memeluk Nabila yang hampir pingsan."Aku bahkan belum mengeluarkan tenaga, sudah pingsan begitu saja?" Mengenang kembali klimaks yang baru saja dirasakannya, Tirta merasa hanyut dalam kenikmatan. Kali ini, Nabila bersikap sangat patuh dan kooperatif. Sepertinya, gadis ini telah menahan diri sepanjang perjalanan. Hanya saja, Tirta masih belum merasa puas. Dia membantu Nabila mengenakan pakaian
Melati mengeluarkan desahan manja. "Pelan-pelan, dong. Bukan milik sendiri, jadi nggak sayang ya? Dasar ...." Meski mulutnya menegur Tirta, tubuh Melati justru bersandar ke dada Tirta. Wajahnya menunjukkan ekspresi penuh harap. Meskipun Melati tidak mengucapkan sepatah kata pun, sikapnya sudah menyampaikan semuanya.Tirta yang masih belum sepenuhnya puas setelah bersama Nabila, mana mungkin bisa menolak inisiatif Melati? Tirta segera mengeluarkan pakaian tempurnya. "Tadi pertarungannya belum selesai. Gimana kalau kita yang lanjutkan?" tanyanya sambil memberikan pakaian tempur yang sebelumnya tidak dipakai Nabila. Sekarang, pakaian itu akan berguna.Melati merasa malu dan berkata dengan ragu, "Harus pakai ini? Kalau begitu, gimana kalau kita kembali ke dalam rumah? Biar kupakai untukmu ...."Wajah Melati merah padam. Dia tahu bahwa mengenakan pakaian tempur itu akan membuat Tirta semakin bersemangat. Rasanya ... pasti akan sangat luar biasa. Namun, Tirta hanya menggelengkan kepalanya.
Meskipun berada di dalam mimpi, kelembutan yang dirasakan Tirta dalam pelukannya dan wangi yang diciumnya hampir sama saja dengan kenyataan. Hal ini membuat Tirta makin terangsang. Dia tidak pernah seantusias ini sebelumnya."Pecundang, lepaskan aku dulu," protes Genta. Dia yang dipeluk Tirta dengan erat menahan rasa malu sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Tirta.Namun, sebelum Genta bergerak, Tirta sudah mencium bibirnya. Kemudian, Tirta langsung membuka bibir dan gigi Genta. Dia melumat bibirnya.Genta yang dicium terbelalak. Jantungnya berdegup kencang. Dia tidak berhenti menepuk dada Tirta.Hanya saja, Tirta tidak peduli. Sekarang dia juga tidak mungkin berhenti lagi biarpun dihabisi Genta. Bahkan, tangan Tirta langsung masuk ke dalam baju Genta melalui kerahnya. Tirta mengabaikan Genta yang menghalanginya.Dengan begitu, bagian vital Genta sudah dikendalikan Tirta. Walaupun Genta sangat hebat dan menguasai berbagai teknik, dia juga tidak mampu menghadapi Tirta. Sebalikny
Melihat Tirta begitu tidak sabar dan antusias, Genta yang curiga berkomentar, "Ternyata kamu bisa pulih begitu cepat. Aku benar-benar curiga sebelumnya kamu cuma berpura-pura sedih. Tujuanmu itu mengambil keuntungan dariku."Saat memikirkan hal ini, Genta bahkan sedikit menyesal setelah menyarankan Tirta untuk mengambil keuntungannya di dalam mimpi.Begitu membayangkan dirinya akan bercinta dengan Genta, Tirta sangat bersemangat. Dia merasa tersiksa menahan hasratnya.Tirta menimpali, "Kak, masa kamu menganggapku seperti itu? Tentu saja aku sangat sedih Bella putus denganku. Bahkan aku nggak tertarik untuk berhubungan intim, kamu juga melihatnya tadi.""Tapi, kamu berbeda. Selama ini, aku ingin menidurimu. Jadi, aku senang sekali kamu mau berhubungan intim denganku," lanjut Tirta.Mendengar Genta ingin berubah pikiran, Tirta menunduk dan meneruskan dengan lesu, "Kak, kamu sudah menyetujuiku tadi. Apa sekarang kamu mau mengingkari janjimu? Kalau kamu juga tipu aku, lebih baik aku mati s
Melati juga tidak lupa berpesan kepada Tirta saat menutup pintu kamar.....Sementara itu, Ayu dan Elisa terus menunggu di luar kamar. Mereka melihat ekspresi Melati dan lainnya yang sedih. Apalagi Melati dan lainnya keluar dari kamar dalam waktu singkat. Mereka menebak Melati dan lainnya pasti gagal.Meskipun begitu, Ayu masih tidak terima. Dia menghampiri Melati dan bertanya, "Melati, apa Tirta masih belum membaik?"Melati menjawab, "Belum, aku juga nggak tahu seberapa dalam wanita itu menyakiti Tirta. Aku nggak pernah melihat Tirta begitu sedih ...."Sambil bicara, Melati menyeka air matanya. Mendengar ucapan Melati, Elisa juga mendesah dan bertanya, "Apa cara ini nggak bisa membuat Tirta membaik? Melati, apa yang Tirta bilang pada kalian waktu keluar?"Mata Susanti memerah. Dia membantu Melati menjawab sambil terisak, "Bi Elisa, Tirta bilang dia mau menenangkan diri. Dia suruh kami jangan ganggu dia. Selain ini, dia nggak bilang apa pun lagi."Mendengar jawaban Susanti, Elisa langs
Naura merasa Tirta yang dilihat dari kamera pengawas tidak begitu mengejutkan dan mengerikan jika dibandingkan dengan aslinya! Tentu saja Naura merasa takut setelah melihat secara langsung. Bahkan, kedua kakinya gemetaran.Susanti dan Aiko yang melihat Naura ingin mundur berbicara pada saat bersamaan, "Sekarang kamu menyesal? Nggak bisa, sudah terlambat!"Mereka berdua mengangkat Naura naik ke tempat tidur. Kemudian, Susanti berkata kepada Melati, "Kak Melati, kamu turun dulu. Biarkan Bu Naura mencobanya."Melati juga tidak ragu-ragu. Terdengar suara "plop", seperti penutup gabus dilepas dari botol anggur. Dia turun dari tempat tidur untuk menyerahkan posisinya kepada Naura.Melati tidak lupa menghibur Naura, "Oke, aku turun dulu. Bu Naura, jangan takut. Rasa sakitnya cuma sebentar, nanti kamu nggak akan merasa sakit lagi, malah sangat nyaman!"Setelah Melati turun, kemaluan Tirta terlihat makin jelas! Bentuknya bagaikan pedang pusaka tajam yang memiliki kekuatan dahsyat!Naura yang ke
Ayu membuka pintu kamar, lalu bergeser ke samping dan tidak lupa berpesan, "Kalau Tirta sudah pulih, kalian berhenti sebentar dan kabari aku. Biar aku nggak khawatir.""Tenang saja, Bi Ayu. Kalau Tirta sudah pulih, aku akan langsung keluar untuk mengabarimu," sahut Agatha. Dia yang masuk ke kamar terlebih dahulu.Kemudian, Susanti, Naura, dan Aiko juga masuk. Tentu saja Nia adalah orang terakhir yang masuk ke kamar.Terdengar suara pintu ditutup dari dalam. Ayu juga tidak lupa mengunci pintu kamar dari luar. Setelah itu, Ayu dan Elisa sama-sama menunggu di sofa ruang tamu dengan perasaan gelisah.....Saat Agatha, Susanti, Naura, Aiko, dan Nia masuk ke kamar, mereka melihat Tirta berbaring di bagian tengah tempat tidur, Melati yang memakai lingeri renda berwarna hitam, Farida yang memakai lingeri berwarna putih, dan Arum yang memakai lingeri berwarna merah muda.Mereka bertiga yang cantik sedang bersandar di pelukan Tirta. Mereka terus menggunakan tubuh yang hangat dan ... untuk merang
Melihat Melati dan lainnya sama-sama masuk ke kamar Tirta, Ayu bertanya kepada Elisa yang berdiri di samping, "Dik ... apa kamu nggak keberatan melihat Tirta punya banyak kekasih?"Elisa menyahut, "Kak, tentu saja aku nggak keberatan. Dia memang pria berengsek! Waktu pertama kali melihatnya, aku sudah tahu sifatnya. Lagi pula, aku yang memberikan ide ini. Aku cuma berharap cara ini bisa membuat Tirta bangkit secepatnya."Elisa berpikiran terbuka. Selain itu, Tirta tidak menutupi dari Elisa tentang dirinya yang mempunyai banyak kekasih. Tentu saja Elisa bisa menerima.Mendengar ucapan Elisa, Ayu juga merasa tenang. Dia mengomentari, "Baguslah kalau kamu nggak keberatan. Aku khawatir kamu akan membenci Tirta yang punya banyak kekasih. Dik, setelah mereka selesai melakukannya dengan Tirta, kita berdua baru tidur dengan Tirta ...."Selesai bicara, Ayu hendak mengunci pintu kamar dari luar. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari tangga. Pada saat bersamaan, Susanti dan Agatha sama-sam
Aiko juga ingin melihat Naura disiksa oleh Tirta hingga tidak bisa turun dari tempat tidur. Jadi, Aiko menghentikan langkahnya. Dia berdiskusi dengan Susanti, "Bu Susanti, benaran? Aku ... ikuti saranmu saja."Aiko melanjutkan, "Tapi, aku malu karena terlalu ramai. Apa aku boleh minta giliran terakhir tidur dengan Tirta?"Susanti pasti tidak keberatan. Dia menimpali, "Tentu saja boleh. Kami sangat menghargai Bu Aiko yang mau merangsang Tirta bersama kami. Siapa yang duluan atau terakhir nggak penting."Kemudian, Susanti membawa Aiko kembali ke kamar untuk mengganti pakaian. Naura mempunyai firasat buruk saat melihat Aiko dan Susanti berbincang berduaan. Namun, dia merasa Susanti dan Aiko tidak akan mencelakainya.Naura memikirkan nanti dia bisa tidur dengan Tirta dan merasakan kenikmatannya. Dia mengganti celana dalam yang lebih terbuka supaya lebih leluasa, begitu pula dengan branya ....Melihat tindakan Naura, Susanti, Agatha, dan Irene juga tidak mau kalah. Mereka mengganti lingeri
Irene dan Agatha sudah menduga Naura dan Aiko akan bergabung dengan mereka. Jadi, Irene dan Agatha tidak terkejut saat melihat Naura dan Aiko mengikuti mereka mengganti lingeri. Sebaliknya, mereka membantu Naura dan Aiko untuk mencari model lingeri yang cocok.Susanti yang penasaran bertanya, "Bu Naura, Bu Aiko, jangan-jangan ... kalian sudah ditiduri Tirta sebelumnya?"Aiko tidak terlalu mengenal Susanti, jadi dia merasa malu untuk bicara setelah mendengar pertanyaan Susanti. Akhirnya, Naura mengambil lingeri renda yang diberikan Agatha sambil menyahut dengan tenang, "Ha? Aku ... belum. Tapi, Kak Aiko sudah ditiduri Tirta.""Kapan Bu Aiko .... Sudahlah. Berdasarkan kemampuan Tirta, hal ini sama sekali nggak aneh," timpal Susanti.Susanti terkejut sejenak, lalu menerima kenyataannya. Kemudian, dia yang makin penasaran bertanya, "Tapi ... Bu Naura, kalau kamu belum ditiduri Tirta, kenapa kamu mau ikut kami tidur dengan Tirta? Kamu nggak takut sakit?"Agatha yang sudah selesai memilih he
Awalnya, Ayu mengira setidaknya Tirta akan sedikit bersemangat setelah melihat banyak wanita yang familier. Memang tidak mungkin Tirta bisa langsung bangkit. Namun, sekarang Tirta tetap terlihat tidak fokus.Tirta berucap dengan lesu, "Bi, aku lelah sekali. Kamu bawa aku istirahat di kamar saja."Bahkan, Tirta malas menyapa Melati dan lainnya. Melihat kondisi Tirta, Ayu merasa cemas lagi. Dia segera bertanya kepada Elisa, "Dik, menurutmu ... apa cara kita nggak berguna?""Belum bisa dipastikan. Aku merasa seharusnya kondisi sekarang nggak menarik, jadi nggak bisa merangsang Tirta," timpal Elisa.Elisa berpikir sejenak, lalu menemukan cara lain untuk merangsang Tirta. Dia melanjutkan, "Oh iya, bukannya Tirta suka lingeri? Nanti suruh Bu Susanti dan lainnya pakai lingeri untuk merangsang Tirta. Mungkin kondisi Tirta bisa membaik."Begitu Elisa melontarkan ucapannya, Melati segera berteriak sebelum Susanti menyetujuinya, "Eh ... itu ... kami sudah pakai lingeri. Langsung bawa Tirta ke kam