"Ada yang bisa saya bantu pak?" Zia masih menunggu jawaban dari bosnya.Sebastian hanya diam memandang gadis cantik yang saat ini duduk di depannya. Entah mengapa dia merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat Zia. Namun rasa apa ini, Sebastian juga tidak mengerti."Pak Sebastian." Zia memanggil karena pria itu hanya diam memandangnya. "Pak Sebastian. "Zia kembali memanggil. Sikap Sebastian yang seperti ini membuat dia bingung. "Iya," jawab Sebastian dengan gugup.Ada apa dengan dirinya? Mengapa bisa seperti ini. Sebastian sangat malu dengan apa yang barusan dia lakukan. "Maaf pak ada apa memanggil saya?" Zia bertanya dengan sangat sopan seraya tersenyum yang begitu sangat manis. Zia menyadari sangat mengagumi ketampanan bosnya. Apalagi melihat mata Sebastian yang tajam dan bola mata yang berwarna hitam pekat. "Tunggu sebentar." Sebastian mengambil ponsel yang tadi di letaknya di atas meja. Melihat Zia membuat dia hampir melupakan apa yang akan dilakukannya.Zia sedikit mengan
"Padahal cuma makan malam aja tapi kenapa harus berdandan seperti ini." Zahira memandang Arion yang duduk di sebelahnya. Gadis cantik itu hanya memandang beberapa detik saja dan kemudian menundukkan kepalanya. Zahira kesal terhadap jantungnya yang sudah mulai nakal. Setiap kali menatap wajah tampan Arion, jantungnya selalu saja berdetak lebih cepat. Setelah tadi menjemputnya di rumah sakit, pria itu langsung mengajaknya ke salon, kemudian butik dan sekarang mereka makan malam di sebuah restoran mewah. Zahira semakin larut dalam suasana ketika mendengar alunan musik romantis asal negara Itali. "Sesuai tema baby, makan malam romantis." Arion tersenyum memandang bidadari cantik yang duduk di sebelahnya. Zahira tidak menanggapi perkataan Arion. Namun dia membenarkan apa yang dikatakan pria itu. Zahira tidak pernah bermimpi bisa menikmati makan malam romantis seperti ini. Makan malam mewah seperti di film-film yang pernah ditontonnya. Malam ini penampilan mereka sangat seras
"Aku tidak menerima penolakan dari mu, baby. Menikahlah denganku. Jadilah ibu dari anak-anakku" Arion berkata dengan tegas tanpa menerima penolakan.Jantung Zahira berdegup cepat ketika mendengar perkataan Arion. Kata-kata manis pria itu mampu melelehkan hatinya "Aku akan membuat kamu mencintaiku dari hari ke hari. Aku pastikan rasa cinta itu akan semakin bertambah." Tatapan matanya dalam bahkan menembus hati si gadis. Zahira masih diam tanpa tahu harus menjawab apa. Apakah Zahira bisa menolak? jawabannya tentu tidak. Arion sudah mengambil keputusan, itu artinya dia harus menerima keputusan tersebut."Besok kita akan bertemu desainer busana untuk merancang gaun pernikahan kita." Arion berkata dengan tersenyum.Zahira seperti orang bodoh yang seakan tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya diam menatap Arion. Apakah ini keputusan terbaik, menikah dengan Arion?Zahira sadar bahwa dirinya tidak memiliki siapa-siapa lagi. Namun apakah benar pria itu bisa menjadi suami yang baik seperti
Bastian diam, otak cerdas mudah berpikir dan mencari panggilan yang baik untuk dirinya."Baiklah pak kalau gitu Saya akan panggil Om saja." Zia tersenyum manis memandang wajah bosnya yang tampan."Apa Kamu kira saya sudah terlalu tua, hingga layak dipanggil om." Sebastian tidak terima dengan panggilan yang tentukan oleh Zia. Meskipun usianya sudah tua namun dia menolak untuk menjadi tua. "Kenapa diam?" Sebastian berharap gadis cantik itu mengatakan bahwa dia tidak terlihat tua dan masih tampak muda.Zia diam dan mengamati wajah si bos. Tanpa mengenal sopan santun gadis cantik itu mendekatkan wajahnya untuk melihat setiap garis yang ada di wajah sang bos. Dan hal ini yang membuat Sebastian panas dingin bahkan gugup. "Casing sih belum terlalu tua Om, namun usia nggak bisa dibohongin. Karena usia itu bisa naik nggak bisa turun." Zia berkata dengan wajah polosnya.Bastian memandang Zia dengan wajah masam."Tapi memang bapak sudah tua, cocoknya sih dipanggil om." Zia berkata dengan senyu
Arion tidak sabar memberikan mahar pernikahan untuk Zahira. Sebuah rumah sakit besar yang berada tepat di sebelah perusahaannya. Untuk mendapatkan rumah sakit ini bukanlah hal yang mudah.Namun apakah Arion tahu tentang ini?Jawabnya tentu saja tidak.Sang paman lah yang selalu menuruti kehendaknya. Disaat orang kepercayaannya tidak bisa menego rumah sakit itu, Sebastian turun tangan dan langsung menemui si pemilik rumah sakit. Tanpa banyak penawaran, rumah sakit jatuh ke tangannya."Bagaimana lamaranmu diterima?" Sebastian duduk di depan Arion dan memandang keponakannya."Tentu saja sukses paman, ide mu luar biasa," puji Arion sambil tersenyum bahagia. Tidak diduga ternyata ide pamannya sangat bagus. Terbukti, Zahira tidak bisa menolaknya."Pantas saja kau sudah senyum-senyum sendiri," sindir Sebastian.Arion bahagia, begitu juga dengan dirinya. Sebastian merasa sangat bahagia ketika melihat kebahagiaan yang terpancar dari sorot mata Arion. "Sebentar lagi, aku akan melepaskab statu
Sebastian duduk di meja kerjanya. Perbedaan usianya dengan Arion selisih 8 tahun. Itu artinya sebagai seorang paman yang usia lebih tua, Sebastian harus menikah lebih dulu.Tunggu dulu! Sejak kapan perjaka tua itu punya niat untuk menikah? Apakah ini artinya Sebastian sudah menjadi pria dewasa? Sebastian menggeleng-gelengkan kepalanya ketika membayangkan pernikahan. Namun apa yang selama ini dikatakan oleh keponakannya benar. Hidup sendiri itu tidak nyaman, tidak enak dan kesepian. Apalagi sebentar lagi Arion akan menikah dan fokus dengan kehidupan barunya. Sebastian menekan-nekan keyboard komputernya secara asal dan sorot mata tertuju ke arah komputer namun pikiran jauh entah sampai ke mana. "Permisi pak," kata Zia yang sudah membuka pintu. Sebastian yang pura-pura sibuk menghentikan pekerjaannya dan memandang gadis cantik yang sudah mencuri perhatiannya. "Duduk!" Sebastian menunjuk kursi yang ada di depannya dengan dagu. "Ada apa pak?" Zia memandang pria itu dengan malu-ma
Deg!Jantung Zia berdetak cepat ketika mendengar perkataan Sebastian.Besok lusa menikah? Apa maksudnya? Zia memandang Sebastian dengan mata melotot."Jangan bercanda? "Alina menolak pernyataan Sebastian. Dia sangat tahu bahwa pria itu tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Bahkan Alina meragukan kejantanan pria itu. Dia yakin bahwa Sebastian bukanlah laki-laki normal. Rasanya mustahil jika Sebastian memiliki calon istri. Sebelum menjalankan rencananya, Alina sudah menyelidiki tentang Sebastian. Begitu juga dengan Heru."Aku tidak pernah bercanda dengan apa yang aku ucapkan." Sebastian tersenyum miring. Sebastian berkata dengan gaya santainya. Tanpa menyadari bahwa kedua bola mata wanita cantik-cantik itu hampir melompat dari tempatnya ketika mendengar pernyataannya."Bass, kau tidak bisa membohongi aku seperti ini." Alina benar-benar marah. Wajah cantik wanita itu sudah memerah dengan gigi merapat. "Aku tahu, kau hanya wanita jalang, jadi jangan pernah menggoda Sebastian ku."
Zia mendorong tubuh Sebastian dengan keras namun tidak sedikitpun tubuh pria itu bergeser dari tempatnya. Bahkan Sebastian semakin erat memeluk pinggangnya."Pak lepas!" Zia memandang Sebastian dengan marah. "Jika ingin aku melepaskan mu, cium dulu, " pinta Sebastian.Permintaan nyeleneh dari si bos membuat mata gadis itu terbelalak. "Maksudnya mengapa bapak ngomong seperti itu sama mbak yang tadi datang ke sini?" Zia akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi menumpuk di tempurung kepalanya. "Apa masih harus dijelaskan, Padahal kamu sudah dengar sendiri apa yang tadi saya katakan kepada wanita cantik itu." Sebastian tersenyum kecil ketika melihat wajah Zia yang memerah karena marah. Terlihat jelas bahwa gadis itu tidak terima ketika Sebastian memuji Alina."Jika dia cantik kenapa tidak mau menikah dengan dia. Bukannya tadi dia sudah mengungkapkan cinta sama bapak?" Gadis cantik itu memandang Sebastian dengan wajah masaknya.Setelah berulang kali menciumnya, sekarang justru me