Senin malam Jack terlihat berdiri di depan cermin di kosnya. Cermin itu baru dipasang Ross beberapa hari lalu bersamaan dengan furnitur-furnitur lainnya.Jack menggaruk dahinya yang tidak gatal. Berulang kali dia mendengkus kesal.Sebetulnya, pria itu sudah siap berangkat ke Hotel BlueLux untuk pertemuan. Namun, bayangan malam kelam itu tidak bisa pergi dari kepalanya. Terlebih setelah pandangannya bergeser pada jas putih yang digantung Ross di dinding. Sebuah napas kabur juga dari mulutnya.Meski jas itu telah bersih dari bercak darah dan minuman, sama sekali tidak menghapus apa pun dalam benaknya. Jack tersenyum getir. Dia memegang pipi sambil terus menatap bayangannya di cermin. Plak!Dia memejamkan mata mengingat Shopie menamparnya dengan keras di depan para pengunjung King Pizza.“Tidak, kekejian itu tidak akan menimpaku lagi. Semua hanya masa lalu. Bahkan jika nanti aku bertemu Shopie, sama sekali tidak berpengaruh padaku. Dia bukan siapa-siapaku lagi.” Jack menautkan kancing d
Sophie menghentikan langkahnya saat mendapati pria yang sangat familier terlibat keributan di BlueLux. Kedua alisnya bertaut memerhatikan lelaki itu. Dan, ketika satpam hendak menarik pria tersebut, mata Sophie segera membesar.“Jack? Apa yang berandal itu lakukan di sini?”Sophie berjalan cepat menghampiri sang mantan. Dadanya terasa penuh oleh amarah hingga darahnya seperti nyaris mendidih. Dia mengingat bagaimana Jack telah melukai David. ‘Aku sudah memperingatkannya, tetapi dia malah datang untuk membuat masalah!’ Sophie mengepalkan tangannya yang gatal ingin menampar Jack.Ketika dia telah berdiri satu langkah di belakang Jack, tangannya lekas menarik kuat kerah Jack hingga pria itu terhuyung.“Sophie,” desis Jack usai berbalik.PLAK!Tanpa basa-basi Sophie menghadiahi mantannya dengan tamparan keras, lagi!“Berengsek! Kenapa kamu di sini?!” Belum juga pertanyaan itu dijawab, Sophie telah memiliki jawaban sendiri. “Oh, aku tahu, kamu pasti ingin balas dendam ‘kan? Kamu ke mari u
“Dia adalah orang yang kita tunggu sejak tadi.”Mulut semua orang menganga hingga cukup untuk dimasuki sebutir telur angsa. Pikiran mereka kompak menyimpulkan satu hal. Namun, semuanya masih diam menahan diri hingga Matthew benar-benar mengatakannya.“Dan dia jadi terlambat karena Steve Shatner berani menyuruhnya. Apa kamu sudah bosan berbisnis di Roodenburg Highway, TUAN SHATNER?”Jelas tidak, semua pengusaha ingin mendapat kesempatan berbisnis di wilayah itu. Bukan hal mudah bagi Steve untuk bisa bergabung di sana. “Ma-maksud anda, di-dia adalah Tuan Muda Roodenburg?” Steve bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri. Dipandang dari sudut mana pun, rasanya mustahil jika orang yang biasa mengantarkan pesanan pizza di kedainya mendadak jadi penerus keluarga konglomerat.“Ya!”Jawaban lantang Matthew nyaris membuat Steve lemas tak sadarkan diri. Bagaimana mungkin pria yang dia hina-hina adalah orang yang paling ingin dia temui?‘Tamat sudah riwayatku!’Sayang sekali Steve tidak memiliki
Setelah pertemuannya dengan Jack semalam, Sophie tidak bisa berhenti memikirkannya. Itu jelas bukan karena dia memiliki rasa untuk Jack. Bahkan saat dia masih menjadi kekasih Jack, tidak sedikit pun ada cinta darinya untuk pengantar pizza itu.Ingatan menyebalkan yang tidak bisa pergi dari kepala Sophie tidak lain karena kebencian yang mendarah daging. Karena Jack-lah, dirinya diturunkan dari jabatan manajer hotel. Jika saja tadi malam Jack tidak datang dan mengacau, tentu dia akan mendapat pujian dari Michael atas kelancaran acara pertemuan para pembisnis Roodenburg Highway. Lebih dari itu, dia akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan cucu orang paling kaya di negaranya.‘Dengan kecantikanku, aku pasti bisa memukau Tuan Muda Roodenburg. Tapi berandal itu mengacaukan segalanya! Tidak hanya membuat Tuan Michael menyuruhku pulang, dia membuatku kehilangan kesempatan promosi dan jabatanku!’Sophie mengepalkan tangan di bawah meja sebelum melepaskan sebuah napas panjang. Dia termenun
“Kamu tuli atau bagaimana? Aku mengatakannya dengan keras, bahwa hari ini kamu menjadi pelayan. Jika keberatan, kamu bisa menulis surat pengunduran diri. Tentu aku akan langsung mengabulkannya TANPA pesangon!”James berusaha keras untuk tidak pingsan. Pandangannya nanar. Dia berpikir keras. ‘Tidak mungkin aku berhenti dari King Pizza. Di sini aku mendapat banyak gaji dari pekerjaan yang sama sekali tidak berat. Aku bisa bersantai sepanjang jam kerja, bisa memarahi para karyawan tanpa balas, bisa memberikan hukuman apa pun pada mereka. Aku bisa mendapatkan uang tambahan dengan sangat mudah dengan memotong gaji mereka dari kesalahan yang kubuat-buat.’James menelan ludah dengan susah payah. Napasnya memburu meski sejak tadi dia hanya diam di tempat.“Bagaimana James? Apa kamu akan mematuhi perintahku atau keluar dari sini?”James menoleh ke arah para karyawan. Rahangnya mengeras melihat banyak di antara karyawan itu seperti mengharapkan dia keluar dari King Pizza. ‘Aku tidak akan mele
“A-aku akan mengambil sarung tangan dulu.” Biar bagaimanapun, James tidak rela mengotori tangannya dengan sampah-sampah menjijikkan itu.Jack mencebik. “Apa tubuhmu selemah itu? Ayolah Tuan James, kamu tidak akan sakit hanya karena menyentuh sampah itu langsung. Lagipula, persediaan sarung tangan untuk membersihkan toilet sudah habis dua bulan lalu. Apa kamu lupa, kamu sendiri yang melarang karyawan menggunakan sarung tangan untuk membersihkan toilet. Katamu, sarung tangan hanya boleh dipakai di dapur. Kedai telah menyediakan sabun antisebtik dan tisu untuk membersihkan tangan.”‘Kurang ajar! Pecundang ini benar-benar keparat!’ James hanya bisa mengumpat dalam hati. Dulu dia tidak pernah mengira akan berada di posisi ini. Itu sebabnya di kepalanya hanyalah cara memangkas biaya operasional kedai supaya dana yang telah dianggarkan bisa masuk ke kantongnya sendiri.James merapatkan bibirnya saat mengulurkan tangan untuk memungut sampah dari tong. Dia bahkan menahan napas demi menahan jij
Jack memarkir mobil James di tempat parkir Big Roodgroup. Dia tersenyum mengingat bagaimana penjaga hotel BlueLux mencegatnya untuk masuk malam itu. Hal yang sama pasti akan menimpanya jika dia datang ke perusahaan besar ini dengan mengendarai sepedah. Di tempat ini para satpam bahkan berjaga di gerbang paling depan. Jangankan masuk ke dalam gedung, memakir sepedah di lingkungan perusahaan saja sulit.‘Untung saja Claire merampas barang-barang ini dari James, jika tidak pasti aku sudah membuat Matthew berlari ke depan gerbang.’Jack turun dari mobil. Dia memandangi gedung Big Roodgroup yang besar dan tinggi menjulang. Dia tidak tahu ada berapa lantai gedung tersebut, yang pasti semua itu adalah miliknya.Jack memejamkan mata sebelum mengambil napas dalam-dalam. “Udara di sini sangat segar.”“Tentu saja!”Jack menoleh ke belakang demi melihat siapa orang yang menyahuti ucapannya. Dan dugaannya benar, itu memang pacar Sophie yang menyebalkan. Dia membuang napas dengan wajah masam.“Hei,
Tampaknya David mengenal suara itu. Wajahnya menjadi pucat karena mendengarnya. “Siapa itu? Kedengarannya dia begitu marah.”David berbalik. Dia menelan ludah melihat pria yang jalan tergesa menghampirinya. Lalu, sesuatu yang tidak terduga terjadi.Plak!Jack menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia mendesis melihat pipi David menjadi merah akibat tamparan keras. “Pasti sakit sekali.”“Ke-kenapa Tuan memukul saya?”“Kamu masih bertanya?! Kamu meninggalkan pekerjaanmu begitu saja. Ke mana kamu pergi?”Pria yang murka itu adalah kepala bagian kepegawaian. Perawakannya tinggi besar dengan kulit berwarna gelap.“Sa-saya keluar untuk menyambut Tuan Muda Roodenburg.”“Apa?!” Suara pria itu meninggi. “Apa kamu sudah tidak waras? Memangnya kamu pikir kamu itu siapa? Hanya staf korespondensi saja mau menyambut Tuan Muda!”David menoleh pada Jack untuk melihat ekpresinya. Wajah David terlihat sangat kesulitan. Susah payah dia membual demi membuat Jack minder.“Tuan Matthew bahkan tetap duduk