Home / Romansa / Don't Leave Me / Skripsi dan Cafe

Share

Skripsi dan Cafe

Author: nura0484
last update Last Updated: 2021-02-09 18:14:33

Vina pulang terlebih dahulu daripada Amel karena Amel harus menunggu Satria menjemput dirinya yang katanya tidak jauh dari tempat ini. Seorang pelayan mendatangi Amel meletakkan makanan ringan dan minum membuat Amel menatap bingung dan pelayan hanya mengatakan ada tambahan pesanan dari pria yang tadi membayar pesanan Amel. Amel hanya bisa mengucapkan terima kasih dan menatap makanan yang ada di meja, melihat makanan ini membuat perut Amel lapar kembali padahal tadi sudah makan banyak dengan Vina.

“Masih makan aja,” Amel menatap Satria yang sudah berdiri di depannya dan langsung mengambil tempat duduk di depan Amel.

“Makan aja,” tawar Amel sambil menyerahkan minuman pada Satria.

Satria hanya menggelengkan kepala dan setelah habis mereka langsung pulang karena memang hari sudah terlalu sore untuk mereka berada di cafe ini, tanpa Amel sadari sebenarnya Barry masih ada di dalam mengamati dirinya. 

Sampai di rumah Amel langsung mengistirahatkan diri di dalam kamar karena memang tadi terlalu lelah mengerjakan skripsi, Amel tidak menyadari jika sudah terlelap dengan nyenyak dan baru terbangun ketika pagi menjelang dengan suara ketukan pintu membangunkannya. Amel keluar dari kamar karena hari ini harus bimbingan dengan Tina jadi harus berangkat dari pagi di kampus, meskipun janji nanti siang tapi Amel ingin menghabiskan waktu di kampus.

“Vina,” teriak Amel ketika melihat Vina “sudah bimbingan?,” ketika sudah berada di dekat Vina.

Vina mengangguk “udah tinggal daftar aja.”

Amel memeluk Vina erat turut bahagia atas apa yang dicapainya dan berharap agar segera menyusul Vina dan bisa wisuda bersamaan termasuk dengan Willy yang katanya sudah mendaftar kemarin karena sudah lolos semuanya. Amel mengikuti Vina melangkah ke ruangan tata usaha untuk mendaftarkan sidangnya, Amel menyapa beberapa pegawai yang dikenalnya dengan memberikan senyuman seperti biasanya. Setelah selesai urusan mereka memutuskan ke kantin untuk mengisi perut dan juga membunuh waktu sambil menunggu Amel bimbingan.

“Kamu bimbingan?,” Vina menatap Amel yang sedang makan yang dijawab hanya dengan anggukan “aku tinggal ya secara ada kerjaan,” Amel hanya mengangguk.

Amel memutuskan untuk duduk dekat dengan ruang dosen agar tahu kalau Tina melewatinya dan Amel tidak perlu menunggu lama, beberapa teman angkatan Amel sudah sibuk dengan skripsi bahkan masih ada yang berkutat di bab 1 karena sang dosen yang terlalu perfeksionis, Amel bersyukur Tina meskipun perfeksionis tetap memberikan jalan agar Amel paham apa yang dimaksud.

“Tante Amel,” teriak anak kecil dari jauh membuat Amel menatap mereka.

“Yuki Dino,” Amel menghampiri mereka berdua dan langsung memeluknya dalam satu pelukan “kangen sama kalian.”

“Mbak Amel,” sapa seseorang membuat Amel menatapnya.

“Hana.”

“Bisa titip mereka soalnya aku ada kuliah sebentar lagi,” Hana menatap Amel dengan memohon.

Amel mengangguk “aku sekalian bimbingan sama Bu Tina jadi bisalah nanti kalau sudah selesai biar sama Bu Tina,” Hana mengangguk.

Selepas kepergian Hana dengan segera Amel mengajak si kembar Yuki dan Dino untuk duduk di tempatnya semula, mereka anak – anak yang mudah diajak bermain atau dialihkan perhatian karena memang dari awal Tina mengajarkan seperti tersebut. Amel menatap mereka berdua yang sangat tenang ketika bermain, bayangan Amel bagaimana bisa kedua orang tua mereka memutuskan berpisah. Amel mengakui meskipun Tina dan suaminya berpisah tetap menjaga hubungan baik demi anak – anak, satu hal yang Amel patut acungi jempol adalah kedewasaan mereka dalam mendidik anak – anak.

“Bunda,” teriak Dino membuat Amel mengalihkan pandangan karena mereka melangkah ke arah Tina.

“Hana kuliah ya?,” Amel mengangguk “ayo masuk dulu dan tadi sudah aku daftarkan sidang buat kamu.”

“Ibu gak perlu repot – repot,” ucap Amel tidak enak sambil mengikuti langkah Tina ke dalam ruangannya.

Tina meminta si kembar untuk bermain di tempat biasa mereka menghabiskan waktu, setelahnya membuka berkas Amel yang sudah di revisi dengan memberikan beberapa masukan yang membuat Amel harus siapkan ketika sidang. Amel memperhatikan saran yang diberikan oleh Tina, selama ini memang Tina membantu Amel sangat banyak dan Amel mensyukuri hal tersebut.

“Amel, kalau aku minta sesuatu apa akan kamu turuti?,” Amel menatap Tina bingung “tapi sudah lupakan dan aku juga tidak mau kamu melakukan ini.”

“Memang apa?,” Amel memberanikan diri bertanya.

“Menjadi mama untuk si kembar.”

Amel menatap tidak percaya atas apa yang Tina katakan, bagaimana bisa memasrahkan si kembar pada dirinya yang hanya seorang mahasiswi dan sedang mengerjakan skripsi. Amel memang dekat dengan mereka tapi menjadi ibu, tunggu ibu apa yang dimaksud ini, Amel tidak mungkin berpikir sesuatu yang negatif tapi jelas ke arah sana tujuannya.

“Siapkan untuk sidang,” perkataan Tina membuyarkan lamunan Amel “perkataanku jangan dihiraukan dan anggap angin lalu.”

Amel keluar dari ruangan Tina masih memikirkan perkataan yang keluar dari bibirnya tadi, Amel tidak tahu kenapa tiba – tiba Tina mengatakan hal tersebut. Amel hanya mengangkat bahu tidak ingin memikirkannya dan fokus pada sidang yang akan dijalani bersama teman – temannya yang lain dan juga kedua sahabatnya.

“Amel,” teriak Willy dari kantin membuat Amel menghentikan langkah “ikut yuk jalan – jalan ke mall hari ini sebelum sidang.”

Amel menghembuskan nafas “isi kepala kamu hanya jalan – jalan dan nanti akhirnya aku ditinggal sendiri lagi.”

“Gak lah kita main di timezone yuk,” ajak Willy yang langsung diangguki Amel.

Sesuai dengan perkataan Willy di mana mereka saat ini berada di dalam mall dan bermain di timezone. Kebiasaan mereka jika ingin mencari hiburan singkat, biasanya kita pergi bertiga tapi saat ini Vina sudah tidak bisa diganggu sama sekali. Mereka berdua tidak pernah menceritakan masalah pribadi jika sedang berdua, hubungan mereka berdua hanya sebatas kuliah dan teman kampus suatu hal yang tidak diketahui oleh orang banyak.

“Sidang kapan?,” Amel menatap Willy yang tampak lelah.

“Minggu depan, kamu?,” Willy menatap Amel.

“Hari selasa minggu depan.”

“Kenapa bisa sama,” Amel menatap Willy bingung “aku jam kedua.”

“Pertama.”

“Aku gak bisa support kamu,” Willy tampak sedih.

“Aku bisa datang kalau sudah selesai jadi tenang saja karena kita sudah saling support sejauh ini.”

Mereka menghabiskan waktu kembali dengan mengelilingi mall, Willy berencana untuk membeli barang – barang yang menjadi hobinya selama ini yaitu sepatu. Amel menatap malas atas apa yang dilakukan Willy dan memilih untuk berpencar karena pastinya Willy akan menghabiskan waktu yang sangat lama. Terlalu asyik berjalan membuat Amel tidak menyadari keadaan sekitar dan suatu kecelakaan kecil hampir Amel alami jika tidak ada lengan besar yang memeluk dirinya dari belakang. Amel hanya diam atas apa yang dilakukan pria di belakangnya ingin marah tapi sepertinya hal buruk karena pria ini menolongnya.

“Amel kamu tidak kenapa – kenapa?,” Amel menatap pria di depannya dengan khawatir.

“Bapak, sedang apa di sini?.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Don't Leave Me   Special Barry

    Aku tahu dia dari kembar yang selalu bercerita mengenai bimbingan Tina yang baik dan perhatian, beberapa mengamatinya dari kejauhan yang tidak pernah disadarinya. Sebenarnya aku memiliki hubungan dengan seketaris yang sudah seperti keluarga bahkan kami memiliki anak di mana posisinya adalah istri orang yang tidak lain aku mengenal baik suaminya. Siska namanya berkali – kali sudah ingin bercerai dengan sang suami tapi tidak pernah terjadi karena aku tidak ingin dia melakukannya, alasan tepat adalah aku tidak ingin menyakiti hati suaminya dan menikahi anak bimbingan Tina, alasan kenapa anak bimbingan Tina karena dari awal kembar tidak pernah menyukai Siska.“Menikah” aku mengangguk pelan “anak kecil itu?” mengangguk sekali lagi “aku bisa bercerai dari Pandu jadi buat apa kamu menikahi anak kecil itu?.”“Aku gak ingin menyakiti hati Pandu.”Siska tersenyum “dari awal kita sudah menyakiti hatinya bahkan Arsen hadir ditengah – tengah kita jadi tidak susah aku bercerai.”

  • Don't Leave Me   Extra Part I

    Ponsel Amel berbunyi tengah malam setelah olahraga ranjang yang dilakukan bersama Arta, anak mereka yang sudah duduk dibangku sekolah sedikit membuat Amel tenang. Kembar sendiri sudah kembali dari pendidikan di luar negeri terkadang mereka tidur di rumah Amel jarang untuk ke tempat Barry karena kembali lagi Siska masih tidak menyukai kehadiran kembar dan Rannu. Amel menatap ponselnya di mana nomer tidak dikenal menghubunginya yang langsung diambil alih oleh Arta, ekspresi terkejut Arta membuat Amel semakin berpikir yang tidak – tidak.“Arsen masuk rumah sakit ikut balapan liar” Amel membelalakkan matanya mendengar perkataan Arta “itu tadi Siska di mana katanya Barry sedang mengecek kecocokan darah mereka.”“Kita ke sana” Amel langsung bangkit namun ditahan Arta yang hanya menggelengkan kepala “mereka membutuhkan pertolongan kita.”“Aku tidak mengijinkan kamu untuk ke sana meski tadi Siska memohon” Amel menatap bingung “Siska minta tolong Rannu mendonorkan darah unt

  • Don't Leave Me   Extra Part

    Suara desahan memenuhi kamar mereka berdua seakan tidak pernah kurang dengan sekali melakukan, Amel selalu menikmati semua yang dilakukan suaminya meski saat ini sedang hamil besar dan satu bulan lagi melahirkan. Amel memberikan tatapan menggoda pada Arta agar semakin cepat dan keras menggerakkan miliknya dalam dirinya, Arta yang melihat ekspresi Amel membuatnya semakin bergairah hingga mereka mencapai puncak kenikmatan bersama.“Kamu selalu luar biasa, sayang.”Amel melepaskan milik Arta perlahan dan dapat dirasakan cairan mereka keluar perlahan di bagian bawahnya, Amel mengambil tempat di samping Arta yang langsung memeluknya erat dengan memberikan beberapa ciuman lembut di bibir Amel. Amel hanya bisa pasrah atas apa yang Arta lakukan karena dirinya menikmati semua perbuatan Arta, teriakan dari luar kamar membuat mereka berhenti melakukannya dan saling menatap seketika Amel tertawa melihat bagaimana wajah Arta.“Ayah ngapain bunda lagi?” Amel menatap sumber suara

  • Don't Leave Me   Rannu

    Cukup lama Amel tidak bertemu kembar setelah Siska melihat dirinya bersama kembar dan juga Tina serta Raffi, dan saat ini kehamilan Amel sudah akan mendekati kelahiran. Barry sesekali menghubungi Amel itu pun jika tidak ada Siska hanya untuk memastikan dirinya dan sang bayi baik – baik saja. Amel menginginkan melahirkan dengan normal tapi sayangnya tidak bisa karena posisi bayi, Arta yang menemani Amel beberapa kali membujuk Amel agar melakukan hubungan intim untuk melancarkan proses kelahirannya.“Gak usah macam – macam deh kalau aku melakukan hal itu apa bedanya dengan dia” Arta terdiam “kalau memang harus dengan operasi ya sudah gak papa, bukan berarti kalau operasi rasa menjadi ibu gak ada karena itu gak penting dan biarkan kita indah nanti saat menikah itu pun kalau mas memang benar mencintai aku.”Semenjak itu Arta tidak pernah membujuk Amel untuk melakukannya sampai tiba saatnya Amel melahirkan nantinya, Amel sangat tahu jika Arta berniat membantunya hanya saja Am

  • Don't Leave Me   Rencana Masa Depan

    Penyembuhan Yuki berjalan cepat dan Amel hanya bisa menasehati kembar untuk tidak melakukan hal tersebut lagi, kembar mengalami bully di sekolah tentang kondisi orang tuanya dan itu membuat Amel serta Barry bingung bagaimana anak sekecil itu bisa mendapatkan informasi orang dewasa dan juga menghina temannya. Amel datang ke sekolah kembar untuk bertanya lebih jauh pada guru mereka yang ternyata juga tidak mengetahui tentang semua ini, dengan berat hati Amel meminta kembar dipindahkan dari sekolah tersebut yang langsung mendapatkan sindiran dari Siska, tapi sayangnya sindiran Siska tidak membuat Barry mengikuti perkataannya dan memindahkan kembar ke sekolah lain yang tidak jauh dari kantor Barry sehingga bisa menjemput kembar.Amel mengajukan perceraian lebih cepat dari perjanjian yang membuat kedua keluarga terkejut dengan keputusannya tersebut, disamping itu keluarga tidak menyangka Amel meminta Barry dan Siska menikah secara resmi meskipun mereka belum bercerai. Keinginan Ame

  • Don't Leave Me   Penyesalan

    Perkataan Barry membuat Amel langsung tersadar dari semuanya dan ini adalah akhir dari perjalanan rumah tangganya, Amel menatap Barry dengan membelai wajahnya perlahan mencoba mengingat nantinya jika dirinya pernah bersama pria ini dan mengandung buah cinta mereka meski hanya sesaat menikmati masa – masa indah tersebut.“Kalau itu sudah keputusannya maka memang lebih baik aku keluar dari rumah ini.”Barry menggelengkan kepala “kamu lebih dibutuhkan bukan aku.”“Aku hanya menumpang di sini jadi bukan milikku” tolak Amel “aku akan bersiap untuk semuanya terutama makanan kembar.”Barry menghentikan langkah Amel “aku memang lelaki bodoh yang menyia – nyiakan wanita sepertimu.”Amel tersenyum memeluk Barry dengan tangannya menepuk punggungnya pelan “lantas apa rencana kamu?.”Barry menatap Amel yang melepaskan pelukannya “menikah dengan Siska secara resmi setelah perceraian kita karena memang itu adalah jalannya” Amel menatap bingung “Siska hamil mungk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status