/ Romansa / Dosen Killer Itu Calon Suamiku / Bab 4: Pesan Mendebarkan

공유

Bab 4: Pesan Mendebarkan

작가: Nareswari
last update 최신 업데이트: 2025-11-25 08:54:37

“Dih, belum bangun juga ini anak!”

Tiara mengambil toner spray-nya dan segera menyemprotkan ke wajah Naira. Naira terkejut dan gelagapan. Seperti yang tenggelam di kolam renang.

“Woy, bangun!” Tiara menepuk-nepuk pipi Naira pelan. “Kamu di kasur, kagak tenggelam, Ira!”

Naira tiba-tiba membuka matanya. Tangannya mengusap wajahnya yang basah. “Aku masih hidup ya?”

Tiara menyodorkan segelas air madu untuknya. “Nih, minum dulu. Dari Tante.”

Naira mengambil gelas itu dan meminumnya. Rasa pusingnya mulai memudar.

“Ini jam berapa sih?” tanya Naira. Matanya menyipit melihat jam.

“Jam 9. Sana mandi, abis itu makan. Tuh udah aku bawain dari Tante,” jawab Tiara.

Naira mengucek-ngucek matanya. Lalu dia tersentak kaget. “Hah?! Jam 9? Sialan! Kenapa kamu nggak bangunin aku dari tadi sih?”

Naira bergegas bangun dan ke kamar mandi. Secepat kilat, Naira sudah keluar lagi dan berganti pakaian.

“Heh, kamu nggak mandi?” tanya Tiara kaget.

“Mandi, gigi doang,” jawab Naira cuek. “Nanti ajalah pulang bimbingan mandinya. Gila, bisa-bisa gagal lulus tahun ini kalau telat.”

Lalu Naira segera ganti baju sambil sesekali melahap makanan yang disiapkan Ines tadi.

“Terima kasih, Tuhan, aku diberi teman sebaik dan sekaya Tiara. Sarapan nggak usah beli dan selalu dibuatkan Bu Kos. Lumayan, bisa ngirit banyak,” ucap Naira sambil tersenyum senang.

Tiara mendelik. “Makanya bersyukur tuh yang bener. Uangnya jangan dipake mabok-mabokan coba!”

“Sesekali doang kok, itung-itung self reward.” Naira memakai krim tabir surya dan juga liptint berwarna merah marun.

“Dah ya, aku pergi dulu,” kata Naira sambil menggantungkan tas di bahunya. “Eh, hari ini kamu nggak ngampus?”

Wajah Tiara berubah merah. “Ng-nggak kayaknya. Nggak tau tapi, tergantung nanti bimbingan atau nggak.”

Naira meringis. “Semangat ya! Semoga tiba-tiba semalam dosen killer itu tobat dan nggak ngamuk-ngamuk lagi ke kamu! Dah!”

Tiara nyengir. “Dah!”

Tiara kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur. Menatap langit-langit dengan pandangan kosong.

“Ya Tuhan! Bagaimana ini? Aku semalam tidur dengan suami orang!” Tiara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Apa statusku sekarang jadi pelakor?”

Tiara memiringkan tubuhnya ke kanan. Dia menggigit kukunya. Cemas.

“Kalau tiba-tiba viral bagaimana? Mau ditaruh di mana mukaku? Bagaimana menjelaskan semua ini sama Ayah dan Bunda?”

Terlalu banyak hal yang dicemaskan Tiara saat ini. Dia benar-benar tidak menyangka kejadian semalam benar-benar menimpanya.

Tidak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Tiara terkejut melihat nama Pak Bima pada layar ponselnya.

Jantungnya berdebar kencang. Tiara langsung terduduk sambil gemetar memegang ponselnya.

“Angkat sekarang, nggak ya?” Tiara masih terpaku menatap ponselnya. “Apa … pura-pura ketiduran aja?”

Tiara tampak gelisah. Dia belum berani menunjukkan batang hidungnya di hadapan Bima.

Ponselnya berhenti berdering. Tidak lama kemudian, sebuah pesan masuk. Untungnya pesannya bisa terbaca pada notifikasi pop-up.

Bima: Saya kosong jam 11:00-12:30. Kamu bisa bimbingan pada jam-jam tersebut.

Dahi Tiara berkerut. “Dih, siapa yang mau bimbingan hari ini?”

Tiara melemparkan ponselnya pelan. Dia kembali tiduran.

Tapi tiba-tiba, suara Bima terngiang di telinganya.

“Kamu harus terus mengikuti permainan saya,” ucap Bima pagi tadi. “Besok temui saya di kubikel jam 8 pagi.”

Tiara kembali menggigit kukunya. “Eh, bukannya tadi dia bilang besok ketemunya. Kok sekarang malah nyuruh nanti sih?”

Tiara mengambil lagi ponsel dan menatapnya. “Baca sekarang nggak ya? Atau … pura-pura masih di kamar mandi?”

Tiara benar-benar bingung. Di satu sisi, dia malas untuk bertemu Bima secepat itu. Tapi di sisi lain, dia takut ancaman Bima benar-benar terjadi.

Tiara menghela napas panjang. Lalu, dia memberanikan diri untuk membuka pesan dari Bima.

Tiara kemudian mulai membalas pesan.

Tiara: Mohon maaf, Pak. Tadi saya sedang di kamar mandi. Bukankah bimbingannya besok pagi jam 8 ya, Pak?

Tidak lama kemudian, Bima membalas pesannya.

Bima: Hari ini saja. Besok, saya ada keperluan lain.

Tiara: Baik, Pak. Kalau begitu, nanti jam 11:00 saya ke kampus. Terima kasih.

Tiara menyimpan ponselnya dan segera membuka lemari. Dia mengeluarkan beberapa pakaiannya dan dicoba sambil bercermin.

Tiara mencoba memasangkan kaos pink dan rok putih payung selutut. Lalu, dia mencoba kemeja biru dengan celana jeans cutbray.

Dia juga mengambil tanktop hitam, blazer coklat, dan celana kain hitam. Kemudian, dia mencoba memasangkan midi dress floral dengan cardigan crop top.

Tiba-tiba, Tiara tersadar. “Aku ngapain sih? Aku kan cuman mau bimbingan. Ngapain nyari-nyari outfit?”

Tiara melemparkan pakaiannya ke atas kasur sambil bergidik. Lalu, dia mengambil pakaian sembarang. Hari itu, dia merasa tidak mau berpenampilan cantik seperti biasanya.

“Tolong sadar Tiara! Kamu hanya ingin skripsi kamu cepat selesai,” ucap Tiara sambil mengenakan tabir surya dan juga lipstick berwarna merah muda.

Rambutnya yang panjang, ia cepol dengan asal. Tak lupa, ia membawa laptop dan juga print-an skripsinya yang belum sempat ia revisi ulang.

“Semoga hari ini dia nggak akan marah-marah lagi!”

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 7: Dirawat-Inap

    “Diambil darahnya kan pas Ayah pingsan. Jelas nggak sakit,” celetuk Septha. Anak satu ini memang suka ceplas-ceplos. Gen Alpha memang beda. Semua orang jadi tertawa mendengarnya. Tidak lama kemudian, seorang dokter jaga bertubuh tinggi dengan kulit yang eksotis datang. Perawat cantik bertubuh mungil mengikutinya di belakang sambil membawa berkas medis. “Selamat siang Bapak dan Ibu, juga Kakak dan Adik. Hasil tes laboratorium sudah saya terima,” ucap dokter jaga sambil meminta berkas dari perawat. Dokter membaca kembali hasil tesnya. “Kadar hemoglobin Bapak cukup rendah di 8,5 g/dL, nilai normalnya untuk pria di angka 13 ke atas. Ada kemungkinan, Bapak mengalami anemia.”Tiara, Mia, dan juga Septha mendengarkan dokter dengan seksama. Mereka berpegangan tangan, berharap semuanya baik-baik saja. Dokter melanjutkan penjelasannya. “Dan juga kadar gula darah Bapak Jeremy juga cukup rendah, di angka 60 mg/dL. Kondisi ini bisa jadi membuat Bapak pusing, pandangan kabur, dan bahkan pingsa

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 6: Maaf yang Mengejutkan

    Bima menggeleng. “Bukan menyiapkan, tapi membelikan dan mengantarkan ke sini.”“Yah, Pak, kalau saya tidak bisa bagaimana, Pak?” rengek Tiara. “Saya harus kerja soalnya, Pak.”Bima merapikan mejanya. “Saya tidak mau tahu. Bagaimanapun, sesibuk apapun, kamu harus menyempatkan diri untuk mengantar makanan saya ke sini.”Lalu, dia berdiri dan mencondongkan wajahnya ke arah Tiara. Tiara agak tersentak kaget. “Kamu harus ingat kesepakatan kita,” ucap Bima dengan tatapan yang tajam dan senyum sinisnya.Tiara tampak syok. “B-baik kalau begitu, Pak.”Bima melihat jam tangannya. “Ya sudah, kamu boleh keluar.”“Kita nggak bimbingan, Pak?” tanya Tiara tak percaya. “Sudah selesai,” ucap Bima. Tiara hanya mendengus kesal. Mau tidak mau dia hanya mengangguk dan bergegas membereskan laptopnya. Tidak lupa, dia masukkan black card milik Bima ke dalam dompetnya. Lalu, dia pamit. Belum juga Tiara melangkahkan kakinya keluar, Bima memanggilnya kembali. “Tiara,” ucap Bima.Tiara menoleh. “Ya, Pak?”“

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 5: Bimbingan

    “Aku nggak telat, kan?” tanya Tiara sambil melihat jam tangannya. Tiara segera masuk ke lift dan menekan tombol 4, jurusan Sastra Inggris berada. Gedung fakultas bahasa memiliki bentuk yang unik. Dari luar tampak seperti kubus-kubus bertumpuk tak beraturan dan berwarna-warni. Keluar dari lift, tampak sebuah lobby penuh dengan nuansa merah, biru, dan putih. Lengkap dengan ornamen bendera Inggris dan juga boneka singa sebagai hewan nasional Inggris. Di sebelah kiri lobby, terdapat kantor jurusan serta ruang Kepala Jurusan. Di sebelah kanan, terdapat ruang Ketua Program Studi dan juga Sekretaris Program Studi. “Tiara!” panggil Pak Fendy, Ketua Administrasi Jurusan. “Ini berkas laporan penelitian yang harus kamu isi, dan nanti harap dilampirkan di dalam skripsi kamu, ya!”“Oh, iya, Pak. Terima kasih,” ucap Tiara. “Bagaimana, skripsi kamu lancar?” tanya Pak Fendy. Tiara hanya bisa tersenyum getir. Skripsinya tidak lancar. Bahkan terancam mengulang lagi dari nol. Tapi, dia juga tidak

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 4: Pesan Mendebarkan

    “Dih, belum bangun juga ini anak!”Tiara mengambil toner spray-nya dan segera menyemprotkan ke wajah Naira. Naira terkejut dan gelagapan. Seperti yang tenggelam di kolam renang. “Woy, bangun!” Tiara menepuk-nepuk pipi Naira pelan. “Kamu di kasur, kagak tenggelam, Ira!”Naira tiba-tiba membuka matanya. Tangannya mengusap wajahnya yang basah. “Aku masih hidup ya?”Tiara menyodorkan segelas air madu untuknya. “Nih, minum dulu. Dari Tante.”Naira mengambil gelas itu dan meminumnya. Rasa pusingnya mulai memudar. “Ini jam berapa sih?” tanya Naira. Matanya menyipit melihat jam. “Jam 9. Sana mandi, abis itu makan. Tuh udah aku bawain dari Tante,” jawab Tiara. Naira mengucek-ngucek matanya. Lalu dia tersentak kaget. “Hah?! Jam 9? Sialan! Kenapa kamu nggak bangunin aku dari tadi sih?”Naira bergegas bangun dan ke kamar mandi. Secepat kilat, Naira sudah keluar lagi dan berganti pakaian. “Heh, kamu nggak mandi?” tanya Tiara kaget. “Mandi, gigi doang,” jawab Naira cuek. “Nanti ajalah pulang

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 3: Kisah Kasih Tante Ines

    Ines melirik tajam. “Jangan macam-macam deh, Caro!”Caro adalah panggilan sayang dalam bahasa Italia. Sejak Ines dan Roberto menikah, mereka sepakat tetap memanggil masing-masing dengan panggilan sayang saat mereka masih pacaran dulu. “Jangan semangati Tiara seperti itu, nanti dia keluyuran lagi. Mabok lagi!” sindir Ines. Tiara menggeleng-gelengkan kepalanya. “Nggak, Tante. Suer. Janji. Aku nggak mau clubbing lagi. Kapok!”Roberto terkekeh. “Bella, nggak apa-apa lah. Sesekali. Tiara juga sudah dewasa. Sudah 22 kan?”Tiara mengangguk. “Biarkan dia menentukan hidupnya,” lanjut Roberto. Ines menyendok nasi ke piring Roberto, lalu ke piring Tiara. “Sudah, ayo kita makan!”Tiara meminum air madunya terlebih dahulu. Rasa pusing hilang seketika. Lalu makan dengan lahap. “Ahh, masakan Tante memang juara!” ucap Tiara senang. Roberto menggerogoti tulang ayam. “Kamu tahu, Tiara, masakan Tantemu ini jugalah yang meluluhkan hati Mamma Om.”“Oh iya? Emang dulu kalian nggak direstui? Gimana ce

  • Dosen Killer Itu Calon Suamiku   Bab 2: Dijebak Naira

    “Kamu dari mana? Baru pulang jam segini?”Ibu kos berdiri di depan pintu kamar Tiara. Dia adalah Ines, Tante Tiara. Ines melipat kedua tangan di depan dadanya yang besar. “Tante lihat semalam Naira cuman pulang sendiri,” kata Ines dengan tidak sabar. Ines mengendus aroma tubuh Tiara. “Kamu mabuk, ya?”Merasa ada yang salah, Tiara mencoba menciumi aroma tubuhnya sendiri. Tiara berkata, “Aku nggak tahu kalau minumanku dicampur alkohol, Tante. Sumpah!”Mata Ines melotot. Kemudian tangannya menggeplak bokong Tiara. “Kok bisa?! Bagaimana aku bisa mempertanggungjawabkan tingkah lakumu sama ibumu?”Tiara meringis. “Ampun Tante! Aku cuman minum seteguk, Tante. Beneran. Sumpah! Tapi habis itu aku nggak ingat apa-apa.”Ines berjalan mengelilingi Tiara. Tampak marah tapi juga khawatir. “Tapi kamu nggak digrepe-grepe lelaki hidung belang kan?”Untungnya, Tiara memakai gaun tanpa lengan dengan leher tinggi. Jadi, jejak ciuman pada kulit lehernya tertutup sempurna. Tiara menggeleng. “Nggak, Ta

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status