"Hei, aku tidak bisa memanah." Calista memegang busur panah yang Lucas berikan kepadanya, sejak tadi Lucas selalu menyuruhnya untuk mencoba.
Mereka kini berada di arena latihan para prajurit kerajaan Dragon, Lucas mengajak Calista ke Amovrion. Karena Calista yang merasa bosan, jadi ia memutuskan untuk ikut juga. Bahkan ia bolos kuliah hari ini. Ternyata Raja Naga itu membawa pengaruh buruk untuknya. Sedikit.
"Kau coba saja dulu."
Mau tidak mau Calista kembali mencobanya. Calista mengambil anak panah lalu menarik anak panah itu ke arah belakang yang sebelumnya sudah ia kaitkan dengan tali pelontarnya. Setelah menarik agak jauh, Calista melepaskannya.
Tak
Gagal. Calista gagal lagi, anak panah itu menyentuh tanah. Tidak mengenai target sama sekali. Melihat itu Putri Jingmi yang sejak tadi memperhatikan di sudut lapangan tidak bisa mengehentikan mulutnya untuk tidak menyeringai. Bodoh seka
Aslan melewati jalan setapak untuk sampai ke hutan tempat Satyr tinggal, Satyr sendiri adalah makhluk berupa kambing separuh manusia. Ah, soal manusia Aslan belum pernah datang ke dunia manusia. Selain karena ia bukan bangsawan, ia juga tidak tertarik untuk datang ke dunia tempat makhluk lemah itu.Memang, yang bisa ke dunia manusia adalah mereka yang bangsawan, tapi tidak semua bangsawan karena hanya yang terpilih bisa melakukannya. Yang pasti, yang terpilih untuk membuka portal penghubung itu tidak memiliki niat untuk mengacaukan keseimbangan. Keseimbangan dua dunia."Lewat mana lagi?" Aslan menatap jalan di depannya yang banyak cabang, Satyr memang sengaja membuat pendatang bingung. Itu tandanya mereka, para Satyr menolak makhluk lain.Aslan mengeluarkan sebuah peta yang tadi Alberio berikan bersama dengan sebuah ramuan, Aslan membolak-balik peta itu tapi ia tidak mengerti. Di depannya terdapat jalan bercabang 7 tapi di pet
"Cincin siapa yang kau pakai?" Lucas menatap cincin yang tersemat di jari manis Calista. Ia akui Calista cantik dengan cincin itu, tapi ia penasaran dengan siapa yang memberikan cincin itu kepada gadisnya."Ah, ini cincin milik seorang pria. Sangat cantik bukan?" Calista mengangkat jarinya di mana cincin itu terpasang.Lucas memelototkan matanya. "Apa Seorang pria? Katakan, katakan kepadaku pria mana yang memberikannya kepadamu." Lucas menegang bahu Calista dan menggoyang-goyangkannya. Mengabaikan beberapa orang di koridor kampus menatap mereka berdua heran."Astaga. Lucas, ini punya ayahku," jelas Calista. Spontan Lucas menghentikan kegiatannya yang menggerak-gerakkan tubuh Calista. Ia berdehem. "Ayahmu?""Ya, ibuku semalam memperlihatkannya kepadaku, jadi, aku ingin memakainya.""Hm, begitu, ya. Pokoknya kau jangan memakai cincin dari pria lain, terkecuali ini." Lucas mengangkat jari Calista dan m
Lea tiba di Pack Werewolf, Werewolf yang mengenali Lea adalah Luna-nya langsung membuka pintu gerbang. Lea dengan mudahnya masuk ke sana, dan ketika turun dari kudanya Lea harus melompat mengingat kuda itu lumayan tinggi."Apa Nicholas ada?" tanya Lea kepada salah satu warrior di sana seraya melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam."Alpha Nicholas ada di kamarnya, Luna." Warrior itu menjawab dengan kepala menunduk seraya memandu Lea ke kamar Nicholas. Istana Werewolf milik Nicholas lumayan besar walau tidak sebesar istana milik Lucas.Istana Werewolf ini di dominasi warna hitam dan putih, hal itu membuatnya terlihat sangat elegan. Ditambah dengan bangunan yang luas, Lea suka berada di sini.Langkah Lea semakin mendekati kamar Nicholas, dilihatnya pintu kamar Lucas sedikit terbuka. Aneh sekali padahal setahunya pria itu selalu menutup pintu."Kalau begitu saya undur diri, Luna." Warrior itu izin pergi
"Gabriel?!"Lea menatap seseorang yang sangat dikenalnya itu, sekarang Gabriel berdiri di hadapannya seraya memegang sebilah pedang yang terlihat sangat tajam. Sangat tajam hingga bisa memutus nadi harimau itu. Lea meneguk ludah ketika Gabriel mendekatinya."Huh?" Lea menatap bingung tangan Gabriel yang terulur di depannya.Gabriel menghela nafas, lalu menarik Lea. Membantu gadis itu berdiri. Lea tidak menolak saat Gabriel membantunya berdiri tegak, kini ia masih syok dan bingung kenapa Gabriel bisa berada di sini."Kau kenapa bisa ada di sini?""Nanti saja aku ceritakan, sekarang ikut aku. Di sini berbahaya." Gabriel melangkah lebih dulu, Lea yang melihat Gabriel mendahuluinya memutuskan untuk mengejar pria itDari belakang, Lea dapat melihat punggung tegap sahabatnya itu. Dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa pria itu ada di sini? Apakah ia juga di bawa seseorang? Atau apakah ia ma
Calista dan Lucas berencana akan pergi ke dunia manusia terlebih dahulu sebelum pergi ke gunung Alpan, Calista ingin memberi kabar kepada ibunya sekalian meminta izin untuk pergi ke gunung Alpan."Sudah siap?" tanya Lucas. Calista mengangguk, ia kembali memakai jubah bertudung yang Lucas berikan."Kalian ambil kudanya," titah Lucas kepada salah satu pengawal di sana untuk mengambil kuda. Mengingat kudanya yang satu lagi di pakai oleh Lea."Baik, Yang Mulia." Setelah mengatakan itu penjaga itu mengambil kuda di istal yang terletak di belakang istana.Drap DrapSuara derap langkah membuat perhatian Calista teralih, ia menatap dari mana sumber suara itu berasal. "Lucas, bukankah itu kuda milikmu?" Calista menunjuk seekor kuda yang berlari mendekati gerbang, di mana ia dan Lucas tengah berdiri."Ya, itu Maximus." Lucas membenarkan, itu memang kudanya yang ia beri nama Maximus. Tidak lam
"Kau hanya perlu mengikuti jalan ini, nanti kau akan keluar dari sini." Gabriel memberikan Lea petunjuk untuk keluar hutan dengan jalan yang aman, ia tidak mungkin mengantar Lea, nanti ia bisa ketahuan."Baik, terima kasih, Gab."Gabriel mengangguk. Lea berlari dari sana mengikuti jalan yang telah Gabriel tunjukan kepadanya, ia sungguh beruntung bertemu Gabriel tadi, jika tidak pasti ia sudah mati diterkam harimau.Gabriel memastikan Lea berlari dengan aman, setelah ia tidak melihat Lea, Gabriel melangkahkan kakinya untuk menjauh dari sana. Ia akan kembali ke gua. Ia harus kembali berlatih.Lae terus berlari, ketika melihat sebuah tanah lapang Lea tersenyum. Itu artinya ia telah keluar dari hutan. Lea berlari lebih cepat ketika tahu ia akan segera sampai, namun ia tidak menyadari jika ada sebuah kayu melintang yang dapat menyandung kakinya kapan saja."Akh." Benar saja, kaki Lea tersandu
Kini adalah hari keberangkatannya Calista dan Lucas ke gunung Alpan, puncak gunung yang di atasnya terdapat tanaman Bung Pelangi. Tujuan mereka bukan Bung Pelangi itu, tapi informasi tentang siapa yang mencari atau mengambil bunga itu.Jika sudah tahu siapa yang mencari atau mengambil bunga itu, maka sudah dipastikan orang itu yang membuat ramuan itu. Tapi ini masih proses pencarian. Mereka harus cepat."Kenzo kau jaga istana, perketat penjagaan dan jangan lupa terus awasi Putri Jingmi." Kini Lucas dan Kenzo berada di ruang rahasia mereka.Kenzo mengangguk begitu ia mendapat perintah dari King-nya itu. "Baik, Yang Mulia.""Ah, satu lagi. Bagaimana dengan pergerakan para Vampir itu?""Sejauh pengamatan saya, tidak ada yang mencurigakan, Yang Mulia. Ini masih penyelidikan jika ada yang mencurigakan saya akan segera melapor kepada Anda.""Baik, kau boleh pergi." Setel
Saat ini Lucas dan Calista masih berada di gua, gua tempat istirahat Calista. Ia sudah cukup lama tidur dengan posisi Lucas yang memeluknya hingga ia merasa tubuhnya terasa sangat hangat."Lucas," panggil Calista. Ia menatap Lucas yang menutup mata, apakah pria itu tidur?"Hm?" Lucas membuka matanya. "Kau masih kedinginan?" tanyanya.Calista menggeleng. "Tidak," katanya. Mana mungkin Calista kedinginan lagi disaat Lucas memeluknya erat, ditambah pria itu membuka bajunya untuk menyalurkan hangat tubuhnya. "Kita tidak melanjutkan perjalanan?" tanya Calista."Nanti saja, tunggu sampai kondisi kau benar-benar baik. Aku tidak ingin kau sakit lagi." Lucas kembali menutup matanya dan menarik Calista agar lebih dekat darinya, sangat dekat hingga Calista sedikit susah untuk bernapas."Lucas, aku baik-baik saja. Aku merasa sangat hangat sekarang." Calista tidak ingin menunda terlalu lama pencarian ayahn