"Hei..." Sapa Arleen Park menepuk punggung Zeya dari arah belakang.
Respons spontan tubuh Zeya adalah mundur ke belakang dengan suara pekikan.
"Hehehe... Sorry Kak Zeya. Alin pasti sudah membuat Kakak terkejut," Canda Arleen Park.
Arleen Park, adik perempuan dari Andrew Park.
"Ish...kamu kagetin Kakak." Zeya memutar tubuhnya dengan tangan mengusap dadanya.
Arleen yang usil namun ramah terhadap siapa saja. Berbanding terbalik dengan Andrew.
"Kakak mau kerja di Maxima ya?" Tanya Arleen dengan mimik wajah serius.
Melihat raut wajah serius Arleen tentu saja membuat Zeya menjadi waspada.
"Kamu pasti menguping kan?" Tuduh Zeya langsung dengan pertanyaan Arleen.
Arleen tertawa terpingkal mendengar tuduhan Zeya.
"Siapa juga yang mencuri dengar. Sedari tadi Arleen berdiri di belakang punggung Kak Zeya. Kak Zeya sih caper sama Mami," Ejek Arleen.
Kesal dan malas menjawab ucapan usil Arleen, Ze
[21/6 22amu yakinma bekerja di sini tanpa koneksi?" Tanya Sekar, salah satu staf HRD yang saat ini menginterview Zefanya di kantor Maxima.Entah alasan apa hingga Sekar, wanita muda yang tengah duduk di balik meja menanyakan pertanyaan ini pada Zeya."Saya juga kaget saat menerima panggilan telepon dari Ibu Sekar," Ucap Zeya dengan tersenyum ramah.Sekar bertanya seperti ini pada Zeya bukan tanpa maksud.Salah satu pemimpin di Maxima meminta Sekar untuk menghubungi Zefanya guna interview (wawancara) pekerjaan.Melihat wajah cantik dan tubuh molek Zefanya, membuat Sekar yakin kalau Zefanya adalah simpanan salah satu pemimpin di Maxima."Kamu tidak kenal sama sekali dengan para pemilik Maxima?" Tanya Sekar lagi."Para pemilik perusahaan ini? Tidak sama sekali. Saya mendaftar di tempat ini karena melihat lowongan dari media koran," Ungkap Zeya dengan kenyataan.Sekar masih tidak percaya dengan ucapan
Bab 7 Berjumpa kembaliSenin pagi, di mana merupakan hari pertama Zeya mulai bekerja di perusahaan Maxima sebagai manager pemasaran.Setiap pagi, sudah menjadi tugas Zeya mengantar Anze ke sekolah. Namun pagi ini nampak berbeda, Zeya ditemani Lenna mengantar Anze ke sekolah."Len, aku titip Anze ya. Tolong bantu diawasi," Ucap Zeya saat ini berada di balik kemudi mobil.Anze yang tengah berdiri di halaman sekolah, melambaikan tangan ke arah Zeya. Lenna, yang berdiri di sisi pintu mobil, menganggukkan kepalanya.Setelah menyelesaikan tugas rutinnya sebagai orangtua, mata Zeya melirik ke arah jam kecil yang di taruh di atas dashboard mobil. Jam digital itu menampilkan angka delapan lewat sepuluh menit. Sudah waktunya Zeya berangkat ke gedung Maxima.Dengan tangan sigap, Zeya memundurkan kemudi mobil hingga mobil meluncur kembali ke jalan raya untuk bergabung dengan mobil-mobil lain yang sedang melintasi jalan yang sama.
Dua anak manusia tengah dilanda hasrat membara membuat mereka tidak sadar akan keadaan sekeliling mereka.Mereka saling mereguk kenikmatan dari ciuman kasar mereka. Sesekali mereka berhenti untuk sekadar mengambil napas panjang sebelum melanjutkan aktivitas mereka.Andrew memang pandai dalam mencium perempuan. Berkat pengalaman masa lalunya bersama Anna. Bahkan Zeya yang tidak memiliki pengalaman bersama pria saja sampai terbuai.Perlahan, Andrew merebahkan tubuh Zeya di atas karpet ruang kerja.Masih saling memanggut, baik Zeya maupun Andrew tidak menyadari ada sosok yang mengawasi kegiatan mesum mereka di tempat kerja. Sosok Anna sedang berdiri di depan pintu masuk ruangan.Anna memandang geli melihat gerakan tak sabar tangan Andrew saat melucuti kancing kemeja Zeya.Mata Anna pun semakin membelalak lebar saat melihat Zeya menarik turun bra miliknya. Memberikan akses untuk Andrew menjamah tubuh Zeya.
Saat Zeya pulang ke rumah setelah mengalami pengalaman memalukan di ruangan Andrew, Zeya mendapati sosok Anna tengah duduk santai di ruang tamu rumahnya."Anna..." Sapa Zeya dengan mata membelalak lebar.Zeya tidak menyangka akan melihat Anna di rumah ini.Anna yang memakai gaun santai sedang duduk di samping Andrew.Sementara itu, mata Zeya menatap sekelilingnya saat tidak menemukan sosok keberadaan anak lelakinya di ruang tamu rumah."Hai, Kak Zeya. Kejutan..." Ucap Anna dengan nada suara manja.Lenna yang tahu bahwa Zeya sedang berada di posisi terjepit, tidak punya kuasa untuk membantu Zeya menghindari pertemuan antara Zeya, Anna, dan Andrew.Lenna menyangka bahwa Andrew adalah calon suami Anna.Sehingga Lenna menyembunyikan keberadaan Anze di dalam kamar.Lagi-lagi Zeya melirik ke arah samping Anna, tempat di mana Andrew sedang duduk tapi matanya tampak mengawasi gerak gerik Zeya.
Ruang makan rumah Zeya.....Anze menatap bingung melihat suasana makan malam ini. Tidak biasanya Mama Zeya menutup mulut tanpa bertanya mengenai aktivitas Anze di sekolah.Bila kebiasaan di keluarga lain adalah menutup mulut saat makan, berbeda dengan kebiasaan di rumah ini.Zeya memang sengaja menghabiskan waktu untuk berbincang dengan Anze di saat makan malam supaya Zeya mempunyai waktu untuk "me time" saat malam tiba."Ma, kenapa Aunty Anna tidak mau menginap di rumah ini?" Tanya Anze.Zeya tahu pasti Anze akan menanyakan pertanyaan ini. Zeya pun tidak tahu alasan pasti Anna menolak untuk menginap di rumah ini."Mungkin Aunty Anna menginap di rumah temannya," Ucap Zeya menyebutkan salah satu kemungkinan yang paling masuk akal di kepalanya.Sayang sekali dugaan Zeya tidak terbukti benar. Saat ini Anna sedang berada di kediaman keluarga Andrew karena Andrew mengundang Anna untuk menginap.&+&+&A
Memegang jabatan sebagai manager pemasaran di bawah kepemimpinan Alin, seringkali membuat Zeya frustrasi.Alin seolah ingin menjadi mak comblang hubungan Zeya dan Andrew.Seperti saat meeting siang ini....."Kita makan siang di luar yuk," Ujar Alin berdiri di depan meja kerja Zeya.Di perusahaan Maxima, hanya petinggi perusahaan yang mempunyai ruang kerja terpisah dengan pekerja lain. Sementara jabatan manager tidak membuat Zeya berbeda perihal ruangan. Zeya setara dengan staf biasa. Perbedaan mereka hanya bisa terlihat dari fasilitas dan gaji yang didapat antara manager dengan staf.Beberapa pasang telinga tengah menguping pembicaraan Alin dan Zeya."Saya belum lapar, Bu."Tentu saja Zeya menolak ajakan Alin. Mungkin gosip akan semakin berhembus bila Zeya terlihat makin akrab dengan Alin.Bila menghindari Andrew masih cukup mudah untuk Zeya, menghindari Alin tidaklah muda
Damn it. Kalian adik-adik durhaka," umpat Andrew saat matanya melihat Dirga dan Koscky masih menertawakan dirinya.Untung saja adik perempuannya sudah meninggalkan mereka saat ini. Jika Alin masih berada di sini, sudah dapat dipastikan bahwa Andrew akan menjadi bahan bully-an Alin bersama dua adik sepupunya."Gimana rasanya ditolak oleh Zeya?" Ejek Dirga, adik sepupu termuda Andrew.Dirga adalah keponakan dari Wilona. Usia Dirga sama seperti usia Alin."Pertanyaan bodoh, Ga. Tentu saja Andrew merasa malu," Sahut Koscky.#Dasar pemuda bau kencur. Mereka kira aku merasa malu karena penolakan Zeya#Dirga menyanggah pendapatan Koscky, Kakak sepupunya itu."Sok tahu kamu," Ujar Dirga meledek Koscky."Dasar tak sopan. Panggil aku seperti kamu memanggil Kak Andrew. Kak Koscky," Tegur Koscky menepuk pelan belakang kepala Dirga."Kak Koscky yang terhormat, bisa kita segera ke ruang rapat," Ucap Dirga dengan sika
Belakangan ini Anze sering dititipkan oleh Zeya pada Lenna. Kendati Lenna dalam kondisi hamil tua, sahabat baik Zeya itu malah senang menghabiskan waktu bersama anak lelaki Zeya."Tante Lena, Om Kiki ke mana sih. Kok jarang kelihatan?" Tanya Anze yang sedang duduk menonton tayangan kartun di televisi kabel.Lenna yang duduk di samping Anze, menjawab rasa penasaran Anze."Om Kiki lagi tugas di luar kota. Anze kangen sama Om Kiki?" Tanya Lenna.Anze mengangguk tanpa mengalihkan tatapan matanya dari arah layar televisi."Anze kangen main sepak bola di halaman rumah," Ujar Anze.#Ya ampun, memang anak Zeya ini sangat terus terang sekali# Pikir Lenna."Kenapa tidak ajak teman-teman Anze main ke rumah?" Tanya Lenna.Anze menggelengkan kepalanya.Anze malu mengatakan pada Tante Lenna bahwa dia tidak memiliki teman banyak di sekolah.Melihat wajah sendu Anze, Lenna menjadi iba. Lenna memang tahu kalau Anze ini