Beranda / Romansa / Dream come true / Bab 5 Pengangguran

Share

Bab 5 Pengangguran

Penulis: Vivi Cynthia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-05 19:38:16

Bab 5

Sudah dua minggu Zeya menjadi pengangguran. Untung saja mendiang neneknya mewariskan rumah untuk Zeya hingga Zeya tidak perlu mengkhawatirkan mengenai atap rumah.  Zeya memang bukan berasal dari kalangan menengah ke bawah namun hidupnya yang sederhana, seringkali membuat orang menyangka kalau Zeya bukan anak orang kaya. 

Seperti saat ini....

"Zeya ... Zeya ... untuk apa kamu masih sibuk mengumpulkan kaleng bekas," Decak Lenna saat bertandang ke rumah Zeya. 

Kehilangan pekerjaan membuat Zeya pun memilih meninggalkan apartemen tipe studio yang dia sewa selama ini. 

Zeya juga terpaksa merumahkan nanny (pengasuh) Anze sedari kecil karena Zeya sudah tidak sanggup membayar gaji sang pengasuh. 

Tengah berjongkok di dekat pintu belakang rumah, sembari sibuk memilah kaleng bekas makanan bertepatan sekali dengan kehadiran Lenna di kediaman Zeya. 

Lenna, Zeya, dan Kiki adalah teman baik semasa putih abu-abu. Mereka sempat terpisah hampir lima tahun sebelum kembali bertemu. 

"Kamu tahu aja aku ada di belakang sini," Kekeh Zeya mengalihkan pembicaraan Lenna.

"Ini anak kayak orang susah saja. Tinggal di rumah gedongan tapi masih saja urusin barang bekas pakai," Oceh Lenna geram dengan kebiasaan aneh Zeya. 

"Lenna sayang, kamu kira dengan tinggal di rumah mewah lalu kamu akan bisa makan minum tanpa bekerja. Kamu kira nenek tersayangku mewariskan untukku sejumlah harta? Tidak Lenna sayang. Almarhum nenek mewariskan hartanya untuk papa. Dan almarhum papa mewariskan harta untuk Anna. Bukan Zefanya," Zeya menjelaskan kembali maksud dan tujuan yang sedang dia kerjakan saat ini.

"Jadi kamu tidak mempunyai simpanan uang sama sekali?" Tanya Lenna tidak percaya. 

Ingin rasanya Zeya berdusta pada Lenna yang tengah berbadan dua. Namun Zeya tidak suka berbohong pada orang lain.

Diamatinya penampilan Lenna siang ini. Dengan gaun ibu hamil, Lenna terlihat lucu dan menggemaskan. 

"Makin cantik aja, bumil," Puji Zeya.

Lenna tersipu malu. Semburat warna merah menghias pipinya. 

Zeya yang tengah berjongkok di pintu belakang dapur, mengangkat kantong plastik hitam, lalu meletakkan kantong plastik tersebut di samping pohon mangga tua yang berdiri kokoh di tengah area taman rumah. 

Zeya berjalan kembali ke tempat Lenna berdiri.

"Mau aku minta Kiki untuk mencarikanmu job baru?" Tanya Lenna

Menggoyangkan tangannya, Zeya menanggapi penawaran Lenna, sang sahabat. 

Lenna mendesah pasrah saat mendapat penolakan Zeya. 

"Ya sudah. Ayo ajak tamu rumah ini masuk ke dalam," Lenna mengamit lengan Zeya lalu bersama-sama mereka melangkah masuk ke dalam rumah. 

&+&+&

Sudah menjadi kebiasaan  saat Lenna berkunjung ke rumah Zeya akan memakan waktu berjam-jam hingga Kiki datang ke rumah Zeya untuk menjemput sang istri.

Kiki, pria berusia tiga puluh tahun, berwajah oriental dan berparas wajah cukup tampan. 

Lenna, wanita berusia tiga puluh tahun, berwajah oriental dan berparas wajah menggemaskan. 

Zeya melihat Kiki dan Lenna melepas rindu dengan saling memeluk. Di tengah ruang tamu rumah Zeya, kedua orang yang sudah menikah lebih dari tujuh tahun itu, masih tampak mesra. 

Dan sesungguhnya Zeya iri melihat keberuntungan Lenna. 

"Mama," panggil Anze dari arah belakang. Anze baru saja keluar dari kamar tidur yang letaknya berada di lantai bawah. 

"Iya sayang?" Zeya memutar tubuhnya ke arah belakang. 

Nampak Anze yang baru selesai mandi sore sekaligus membersihkan rambutnya. 

"Sini anak mama," Zeya melambai agar Anze berjalan mendekat.

Lenna dan Kiki melihat interaksi antara ibu dan anak tersebut. 

Anze mempercepat langkah kakinya agar segera tiba di tempat mamanya berdiri saat ini. Lalu Anze langsung menubruk tubuh Zeya lalu mendusel wajahny di perut Zeya.

Zeya mengusap penuh sayang rambut hitam tebal milik Anze. Persis seperti rambut Andrew.

"Cie...cie...anak mama," ledek Kiki.

Suara Kiki membuat pikiran Zeya kembali tetap fokus. 

"Anze memang anak mama," Ucap Anze lalu memeletkan lidah.

Lenna terkikik geli melihat tingkah Anze. Sementara Zeya berdecak tidak suka dengan tingkah tidak sopan Anze pada orang yang jauh lebih tua dari anak itu.

"Anze sayang, kamu tidak boleh memeletkan lidah seperti itu lagi ya. Tidak sopan, Nak." Zeya menegur Anze dengan suara pelan.

Anze mendongak kepalanya untuk memandangi wajah Zeya.  Menyadari keseriusan ucapan Zeya, membuat Anze merasa bersalah karena sudah tidak sopan pada Om Kiki.

"Maaf ya Om." Ucap Anze dengan wajah menunduk. Kedua tangan Anze juga saling terkait di depan dada. 

Kiki yang merasa gemas dengan tingkah laku lucu Anze, menjulurkan tangan untuk mencubit pipi Anze.

"Om Kiki... Pipi Anze sakit," Rengek Anze dengan dramatis.

Zeya yang melihat tingkah Anze, hanya bisa menghela napas lelah. Putranya itu sama persis tingkahnya dengan Andrew. 

Andrew yang tak suka disentuh, Andrew yang selalu memandang antispasi terhadap wanita. Andrew yang cerdik. 

"Ayo makan malam dulu," Ucap Zeya lantang sebelum melangkah pergi ke arah ruang makan yang berada di ujung ruangan.

Anze berlari menyusul mamanya. Sedangkan Lenna dan Kiki saling bergandengan tangan melangkah di belakang Zeya dan Anze.

&+&+&

Hari telah larut dan Zeya masih duduk diam di atas ranjang.

Dia memperhatikan tulisan yang tertera di atas buku tabungan miliknya.

Tersisa uang sebesar sepuluh juta di atas kertas buku tabungan miliknya. 

Zeya menghela napas gusar lalu melemparkan buku tabungan itu ke dalam laci yang berada di samping tempat tidurnya. 

Zeya tidur di lantai satu dan Anze tidur di lantai dasar. Dua minggu yang lalu, Anze masih tidur bersama sang nanny di kamar namun berbeda dengan saat ini. Saat ini Anze tidur sendirian di kamar.

#Apa yang harus aku lakukan supaya bisa kembali bekerja# Keluh Zeya yang suaranya tidak  didengar oleh siapapun. 

Memanjatkan doa sebelum tidur adalah kebiasaan Zeya hingga saat ini. 

Kebiasaan yang Zeya lakukan kembali selama bertahun-tahun sejak dia tidak mempercayai Tuhan. 

&+&+&

"Selamat pagi Nona Zeya," Sapa Wilona Park. 

Zeya yang sedang menyapu halaman rumahnya, mengangkat wajahnya untuk menatap Wilona. Tatapan mereka saling bertemu lalu Zeya tersenyum sopan. 

"Pagi Tante."

"Bagaimana penawaran Tante kemarin? Mau bekerja di perusahaan keluarga Tante ?" Tanya wanita paruh baya yang sedang memakai pakaian olahraga. 

Wilona Park diam berdiri menunggu jawaban dari penawarannya kemarin pada Zeya. Mereka berdiri di jalan kompleks perumahan. Mengenal asal usul Zeya sejak kecil, membuat Wilona iba terhadap wanita muda yang tengah memegang sapu lidi di tangan kanannya. 

Zeya menatap gugup ke wajah cantik Wilona. Sikap Wilona yang keibuan membuat Zeya merasa nyaman. 

"Maaf Tante. Zeya sudah ditawari oleh sahabat Zeya untuk bergabung di perusahaan Maxima," Dusta Zeya menyebut salah satu tempat kerja yang dia incar selama seminggu terakhir.

Lamaran CV sudah dia serahkan ke bagian HRD namun dia belum menerima panggilan untuk inteview. Zeya menyangsikan bahwa dia akan mendapat panggilan interview dari perusahaan Maxima. Sudah seminggu berlalu. 

"Kamu sudah diterima di sana?" Tanya Wilona terlihat bersemangat.

Zeya tidak ingin berdusta lebih jauh. Dia tidak ada koneksi dengan pegawai di Maxima jadi untuk apa dia berdusta mengenai lamaran yang sudah pasti telah ditolak Maxima.

"Belum Tante. Masih mengajukan CV saja. Mudah-mudahan diterima ya Tante. Bantu doanya," Ucap Zeya.

Wilona terlihat mengangguk antusias. Tidak terlihat lagi rona kecewa di wajah cantik wanita paruh baya yang merupakan ibu kandung Andrew Park. Nenek kandung Anze.

"Pasti kamu diterima. Tante ada koneksi di sana. Kamu tenang saja Zefanya," Ucap Wilona.

Zeya tentu saja kaget dengan pernyataan Wilona. Zeya paling tidak suka masuk ke dunia pekerjaan karena koneksi orang dalam. Pengalaman masa lalunya membuatnya sadar bahwa diterima kerja melalui koneksi tidak selalu berakhir baik.

"Eh, tidak udah Tante. Zeya juga sudah melamar di beberapa tempat. Zeya tidak mau diterima kerja karena koneksi lagi, Tante."

"Pasti karena William, Kan?" Kekeh Wilona. Mengingat peristiwa sepuluh tahun yang lalu saat suaminya membawa Zeya masuk ke perusahaan suaminya sebagai sekretaris.

Sampai Zeya digosipkan oleh karyawan lain bahwa Zeya dihamili oleh William. 

Zeya tersipu malu karena pernah menyembunyikan kehamilannya saat baru kembali dari Dallas. Bahkan almarhum Nenek Zeya pun tidak tahu kalau cucu perempuannya mengandung.

"Maaf ya Tante," Zeya kembali meminta maaf atas gosip yang pernah melanda keluarga Park.

"It's okay. Itu semua hanya masa lalu. Jadi kamu tidak mau Tante bantu untuk kali ini?" Tawar Wilona lagi sebelum melanjutkan olahraga jogging paginya.

Zeya menggeleng

"Tidak perlu Tante. Terima kasih."

Wilona mengangguk paham atas penolakan Zeya. 

"Tante lanjut olahraga ya," Wilona melambaikan tangan berlari menjauh dari gerbang rumah Zeya.

&+&+&

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dream come true   Bab 50

    Malam pertama Zeya bukan merupakan malam pengantin namun sensasi perasaan dag dig dug masih dialami Zeya. Jantungnya tidak bisa berdetak normal hingga dia terus menerus menegak air putih dari gelas yang ada di atas nakas. Dia berpikir setelah meminum air putih, perasaannya menjadi tenang kembali.Dia telah duduk di pinggir ranjang kamar hotel menunggu suaminya kembali dari acara resepsi. Putranya, Anze dia titip untuk dijaga oleh Wilona.Tangan Zeya saling bertautan di pangkuannya. Matanya memperhatikan gerak jarum jam dari layar ponselnya.-Ke mana Andrew pergi. Kenapa belum kembali juga- batin Zeya duduk gelisah.Ceklek, daun pintu didorong terbentang lebar. Melihat keadaan Andrew di ambang pintu membuat Zeya bergegas menghampiri suaminya."Kamu mabuk?" tanya Zeya jelas masih tidak percaya melihat suaminya sempoyongan."Istriku," ujar Andrew berusaha bergelayut di bahu Zeya.Dengan tangan sigap, Zeya memapah

  • Dream come true   Bab 49

    Perhelatan akbar pernikahan pengusaha Park berlangsung megah dan meriah. Dua sosok manusia berdiri di atas podium panggung acara menjadi sosok sorotan para tamu hadirin.Zeya tampil begitu memukau dengan gaun pengantin berwarna putih gading. Kepalanya juga dihiasi tiara bertabur berlian kecil yang memang sengaja dipesan oleh Wilona ke pengrajin perhiasan untuk dipakai Zeya malam ini. Lihatlah, betapa memukau penampilan Zeya menjadi ratu di hari bahagianya.Senyum tidak lepas dari bibirnya kendati rahangnya sudah mulai kaku. Dia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia bahagia.Penampilan Andrew juga tampak tampan dengan tuxedo putih dan kemeja putih. Untuk celana, dia juga memakai warna putih. Rambutnya disisir begitu rapi dengan bantuan gel rambut. Senyum juga tidak lepas dari bibir Andrew sepanjang hari."Lihatlah Anna belum sempat makan. Tubuhnya sudah mulai limbung," omel Andrew mencondongkan tubuhnya berbisik di telinga Zeya.M

  • Dream come true   Bab 48

    Anze menghabiskan akhir pekan bersama Andrew atas keinginan Zeya.Minggu depan mereka akan menikah jadi Zeya ingin Anze lebih akrab lagi bersama Andrew.Andrew membawa Anze pergi ke salah satu tempat wisata terbuka. Pantai Ancol di sabtu pagi ini.Bukan tanpa alasan Andrew membawa Anze kemari. Andrew ingin bersantai menghilangkan penat beban kerjanya sekaligus ingin mengenal dekat calon anaknya.Zeya memilih tidak ikut serta acara ayah dan anak. Zeya mempercayai Andrew mampu menjaga Anze tanpa kehadirannya."Om, ayo kita main di pasir. Anze mau buat istana dari pasir. Anze pengin coba kayak mereka," tunjuk Anze pada satu keluarga yang posisinya tidak jauh dari mereka.Andrew mengangguk setuju. Dia akan memenuhi apa pun keinginan Anze."Ayo, kita bikin seperti itu juga."Mereka berdua mengambil peralatan yang sengaja Andrew bawa didalam bagasi mobil. Satu sekop plastik dan dua ember plastik. Hanya itu yan

  • Dream come true   Bab 47

    "Kalian mau menikah secepatnya?" Pekik Alin menatap tak percaya dua orang yang duduk di seberang meja.Mereka bertiga duduk di salah satu meja restoran favorit Alin untuk menyantap makan siang.Alin duduk berhadapan dengan Zeya dan Andrew.Mata Alin sedari tadi tak mengalihkan pandangan dari pasangan bucin di depannya. Tangan Andrew yang terus menggenggam tangan Zeya tentu tidak luput dari mata jeli Alin.Alin cukup heran melihat Zeya begitu mudah memaafkan Andrew. Alin malah menduga bakal ada drama sebelum hubungan kakak lelakinya dan Zeya kembali membaik. Ternyata yang terjadi malah diluar prasangkanya."Wajahmu terlihat bodoh, Alin. Tentu saja kakak mau menikah dengan Zeya secepatnya. Kamu setuju dengan usulku kan, Zeya?" Tanya Andrew memandang Zeya penuh sorot pemujaan.Alin saja sampai meleleh melihat sikap mesra Andrew yang baru kali ini dia lihat.-Dari tadi kamu tidak menanyakan pendapatku, Andrew- batin Zeya.

  • Dream come true   Bab 46

    Sebulan telah berlalu. Zeya sudah kembali menjalani rutinitas harian bersama orang-orang terkasih. Sosok Andrew lenyap begitu saja sejak kejadian kecelakaan yang Zeya alami.Zeya mengira dia bisa berjumpa dengan Andrew di tempat kerja. Ternyata dia juga tidak menemukan sosok Andrew di Maxima.Menahan rindu itu berat. Zeya sama sekali tidak menaruh benci terhadap apa yang sudah dia alami. Awal mula dia memang merasakan kebencian namun perlahan rasa itu hilang. Rasa cinta kembali mendominasi di hati Zeya.Cinta memang terkadang tidak masuk logika. Hingga Zeya menurunkan harga dirinya mencari Andrew lewat panggilan telepon.'Nomor yang Anda panggil sedang berada di luar jangkauan. Silahkan hubungi beberapa saat lagi'Suara operator yang menyambut Zeya. Zeya langsung memutuskan panggilan telepon dan memilih menunggu jam istirahat makan siang. Dia berencana mengorek informasi keberadaan Andrew dari Alin."Kenapa lirik jam tangan

  • Dream come true   Bab 45

    Perlahan mata Zeya terbuka. Silau cahaya lampu menusuk masuk matanya. Dia berusaha menyesuaikan matanya dengan pencahayaan di sekitar.Zeya mengamati sekelilingnya untuk mengetahui di mana dirinya berada. Satu pemahaman masuk saat melihat selang infus tertancap di punggung tangan kirinya.Zeya mengingat dirinya mengalami kecelakaan di depan rumah Andrew karena sikap gegabahnya.-Apa anakku selamat- batin Zeya.Pintu ruangan Zeya terdorong ke dalam dan tubuh Alin berjalan memasuki ruangan. Zeya menatap lurus ke arah Alin. Alin yang masih belum menyadari tengah diperhatikan, menutup pintu dan berjalan dengan fokus menatap layar ponselnya.Bahkan sampai duduk di sofa, tatapan Alin tak beralih dari layar ponselnya.Zeya menggerutu kesal melihat tingkah Alin yang mengabaikannya."Hei," panggil Zeya melambaikan tangan.Sayangnya Alin tak melihat lambaian Zeya. Tapi Alin mendengar suara Zeya yang memanggi

  • Dream come true   Bab 44

    Brankar didorong oleh salah satu petugas menuju ruang ICU, Andrew dan Alin mengikuti dari arah belakang. Begitu tiba di depan pintu ruang ICU, langkah Andrew dan Alin terhenti."Mohon tunggu di sini. Kalian tidak bisa ikut masuk ke dalam. Para dokter dan suster akan menangani pasien," ucap si petugas pendorong brankar yang terbaring Zeya di atasnya.Pintu ruangan terbuka lalu tertutup didepan Andrew. Pria itu hanya menanggapi ucapan petugas dengan anggukan dan berdiri di depan pintu yang telah menutup."Ini semua salahmu Kak. Kenapa Kakak tidak bisa menerima kehadiran bayi yang Kak Zeya kandung padahal bayi itu anakmu juga."Terdengar suara isak tangis dari sisi samping Andrew. Namun Andrew tidak mau menghibur adiknya yang tengah bersedih.Dia sendiri merasa sedih. Merasa berdosa karena menyakiti Zeya. Merasa bodoh karena membentak Zeya hingga Zeya kabur dan berakhir ditabrak oleh mobil yang lewat didepan kompleks perumahan. Andrew membenci dirinya

  • Dream come true   Bab 43

    "Zeya, kamu baik-baik saja?" Wilona bangkit dari tempat duduknya dan memeluk tubuh Zeya.Tangis Zeya pecah saat tubuhnya sudah dalam pelukan Wilona. Tangan Wilona mengusap punggung Zeya penuh kasih sayang. Wilona ikut merasakan kesedihan Zeya."Sssh. Kamu baik-baik saja kan?" Wilona mengulang pertanyaannya.William bertukar pesan dengan istrinya melalui tatapan mata. Pesan yang meminta istrinya menghibur Zeya.Butuh beberapa menit hingga tangis Zeya usai. Secara perlahan, Wilona melepas pelukannya. Zeya menarik tubuhnya menjauh. Tangannya sibuk membersit hidungnya yang tersumbat dengan sapu tangan.Tangan Wilona mengusap-usap kepala Zeya dan tersenyum lembut.Setelah merasa tenang, pipi Zeya merona malu. Dia sadar sudah mempermalukan dirinya di hadapan keluarga Andrew."Maafkan aku. Aku tak bermaksud mengganggu acara sarapan kalian," Zeya mengucapkan penyesalannya."Kamu tidak menganggu kami. Kami memang belum

  • Dream come true   Bab 42

    Setelah Andrew meminta Zeya menunggu selama sebulan untuk menunggu kepulangan Anna, Zeya melakukan aksi 'ngambek' yang dimulai dari mengabaikan panggilan masuk serta pesan masuk yang dikirim oleh Andrew padanya.Bahkan saat bertemu Andrew di tempat kerja, Zeya bersikap profesional. Entah apa yang ada di otak Andrew hingga membiarkan aksi 'ngambek' Zeya terus berlanjut."Kak, apa hubungan Kakak dan Kak Zeya telah berakhir?" Alin sengaja bertanya karena melihat sikap acuh Zeya serta sikap cuek Andrew saat mereka bertemu.Tentu saja Alin merasa heran dan menduga hal buruk telah terjadi."Kami baik-baik saja. Biasalah mood wanita hamil yang kadang tak jelas," sahut Andrew membolak-balik kertas laporan yang diserahkan Alin padanya."Hah? Kak Zeya hamil? wow," Alin berlonjak gembira sambil bertepuk tangan. Tawa bahagia terdengar dari mulut Alin."Aku bakal jadi aunty sebentar lagi. Aku tidak sangka ternyata Kak Andrew tokcer juga. Aku kira K

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status