Share

Bab 4. Rencana licik

Jiwa Zelona tidak menyangka bahwa Orilin akan mengatakan hal tersebut. Ia tidak terima dan berteriak, "Mama! Mereka berdua sudah merencanakan hal ini. Mama sudah masuk dalam perangkap."

Sementara Dexon menatap Floxa yang juga menatapnya. Ia mencoba mengelak. "Tapi, Bibi, bagaimana dengan Zelona?"

"Om tahu bila kau sangat mencintai anakku. Sebenarnya hal ini sangat berat. Hanya saja keadaan memaksa kami untuk memutuskan sesuatu."

"Tapi Pa, Ma. Kak Dexon adalah calon tunangan kak Zelona. Bukankah hal bisa merusak reputasi dua keluarga? Floxa tidak ingin membuat orang-orang salah paham. Aku tidak menikah dengan kak Dexon."

"Tolong mengertilah Flo. Tidak ada yang ingin hal seperti ini terjadi. Kakakmu mengalami kecelakaan hingga koma. Mama dan Papa tidak tahu kapan dia akan bangun. Sementara anak yang lainnya justru mendapat kemalangan. Orang tua mana tega melihat anak-anaknya menderita?"

"Tapi, Flo tidak bisa menikah dengan Kak Dexon. Lebih baik, Anak ini digugurkan saja!"

"Apakah kamu gila!" Teriak Dexon marah. Ia tidak menduga bahwa calon bayi yang begitu disayangi akan disingkirkan oleh ibunya.

"Meskipun demikian, kau tidak bisa membunuh bayi yang tidak berdosa. Maka izinkanlah aku menikah denganmu hari ini, Flo," ucap Dexon dengan menggenggam tangan wanita yang sedang hamil muda tersebut.

Orlin dan Xander pun mengangguk setuju. Hanya menunggu reaksi dari Flo yang masih dalam posisi pura-pura menolak. Setelah berpikir lama bibirnya berkata, "Baiklah jika begitu. Flo mau menikah dengan Kak Dexon. Hanya saja aku tidak akan memaksa kakak untuk mencintai diriku. Flo paham di hati kak Dexon masih bertahta kak Zelona."

Ketiganya bernapas lega. Namun Flo mengajukan tanya, "Namun untuk pesta aku ingin setelah ujian Nasional selesai. Yang terpenting pemberkatan pernikahan saja dulu. Jangan sampai teman-teman di sekolah tahu bahwa aku menikah karena hamil duluan."

"Kakak janji. Akan merahasiakan pernikahan kita sampai kamu benar-benar lulus ujian. Kakak tidak akan menyakitimu. Hanya saja tolong jangan sakiti bayi di rahimmu."

"Yang dikatakan Dexon benar. Sekarang kita pergi ke gereja. Dexon segera siapkan baju pengantin untuk Floxa karena ia tidak boleh kecapekan. Biarkan Mama yang menunggu Zelona dan Om yang menjadi wali untuk Flo," kata Xander yang diberikan anggukkan oleh istrinya.

Jiwa Zelona yang mendengar hal tersebut hanya mendengus. Ketiganya segera beranjak dari tempat duduk. Saat Zelona hendak mengikuti langkah ketiganya, Orlin tiba-tiba berujar.

"Zee, maafkan Mom dan Dad. Seharusnya kamu yang akan menikah dengan Dexon, bukannya Flo. Semua diluar kendaliku dan maafkan Mama bila tidak mendapatkan persetujuan darimu. Sayang cepatlah bangun."

"Mama maafkan Zee bila hal ini memberatkan. Mama tidak perlu khawatir, dua penghianat itu begitu menjijikkan sehingga Zelona baru tahu kelakuan mereka di belakang Zee."

Jiwa Zelona segera berlari mengejar tiga orang yang hendak pergi ke gereja. Ia nebeng di mobil Flo dan Dexon. Saat mobil sudah dilajukan. Flo menghapus jejak bulir air matanya dan tersenyum puas.

"Apakah aktingku tadinya menyakinkan?"

"Jadi tadi kamu hanya berpura-pura saja ingin menggugurkan bayi kita, hah? Nakal!" Seru Dexon seraya mengacak-acak rambut wanita disampingnya menggunakan sebelah tangan kiri.

Flo malah terkikik sendiri dan menyahut, "Ya untuk menipu. Jika begitu, kita berdua tidak akan menikah. Perutku akan semakin membesar nantinya."

"Selain cantik kamu juga licik sayang. Setelah kita menikah, sebaiknya kau tinggal di apartemen milikku. Aku tidak leluasa untuk tinggal di rumah orang tua angkatmu. Apalagi di sana ada banyak sekali kenangan bersama Zelona."

"Tidak masalah kakak. Aku justru senang bisa bersamamu. Tidak perlu sembunyi-sembunyi bila ingin berjumpa lagi."

"Jangan lupa nanti malam servisnya."

Flo mencubit lengan calon suaminya dan berkata, "Bahkan kita terlalu sering melakukannya hingga aku hamil anak kakak. Apakah belum puas juga?"

"Tubuhmu adalah candu buatku, sayang."

Jiwa Zelona yang mendengar ingin muntah. "Seharusnya aku tidak menebeng mobil kalian. Aku menyesal telah mendengar percakapan menjijikkan dari mulut para penghianat."

"Apakah sudah makan?" tanya Dexon.

"Sudah. Sekarang kita ke butik untuk beli baju pengantin dan meriasnya. Aku tidak sabar menjadi gelar istri darimu kak."

"Sesuai perintah tuan putri."

Mobil yang dikendarai mereka tiba di butik. Sementara Xander menyiapkan persiapan pemberkatan pernikahan di gereja dan mencari postur.

***

Dexon turun dari mobil menggunakan texudo warna abu dan membukakan pintu mobil untuk Floxa yang mengenakan gaun putih selutut. Rambutnya ditata rapi dengan menyelipkan bunga kecil. Ia dirias sangat cantik.

"Kau begitu mempesona, Flo."

"Kak Dexon bisa saja."

Sementara jiwa Zelona yang mendengar hal tersebut hanya mendengus beberapa kali. Ia ingin melihat bagaimana proses pernikahan akan berlangsung. Saat ia hendak memasuki gereja. Seolah ada sekat tak kasat mata yang menjadi pembatas dirinya tidak bisa masuk.

"Sialan. Aku harus menunggu diluar sampai kapan? Jika tahu begini lebih baik aku duduk di rumah sakit menemani ragaku," gerutu Zelona dan tentunya tidak akan ada yang bisa mendengar atau melihatnya.

***

"Sayang, bagaimana jika sekarang kita menemui dokter spesialis kandungan untuk konsultasi? Aku ingin cepat-cepat memeriksa diri. Kamu juga harus diperiksa," ujar Poppy pada suaminya setelah tangisan reda.

"Baiklah. Aku ambilkan kursi roda dulu."

Dokter Arkav kembali membawa kursi roda dan membopong tubuh istrinya ke kursi. Mendorongnya untuk keluar dari ruang inap dan menuju dokter Obgyn.

"Selamat siang, eh, dokter Arkav dan istri rupanya. Apa kabar?" sapa Luna dengan senyum mengembang.

"baik dokter. Kami kesini untuk konsultasi mengenai inseminasi buatan," jawab Poppy memberitahu.

"Bukankah kak Poppy belum lama ini melakukan operasi bedah dibagian perut ya? Jadi karena itu ingin inseminasi di luar rahim?"

Poppy menggeleng kepalanya dan berkata, "Aku Ingin inseminasi dilakukan di dalam rahimku. Aku ingin anak yang lahir dari diriku."

Arah mata Luna tertuju pada Arkav yang diam-diam ia cintai. Bahkan saat mendengar kabar berita pernikahan tersebut. Hatinya begitu tersayat. Apalagi saat mengetahui bahwa dua bulan kemudian istri Arkav hamil. Ia benar-benar tidak memiliki peluang untuk merebut hati pria di hadapannya.

Arkav mengisyaratkan dengan kedipan mata dua kali. Luna segera menyahut, "Jika itu keinginan Kak Poppy. Sebaiknya kita periksa dulu kualitas calon benih dari dokter Arkav."

"Sayang bantu aku untuk menyelesaikan tugas ya?" goda Arkav di telinga Poppy. Luna yang mendengar hal tersebut mengepalkan tangannya di bawah meja meskipun wajahnya dipaksa untuk tersenyum. Padahal dalam hati membatin, "aku pastikan jika benih itu tidak akan sampai di rahimmu kak Poppy!"

"Dokter Luna. Minta tabung untuk menampung benihku. Dan pinjam dulu kamar di dalam ya?"

"Silahkan dokter. Harap tutup rapat ya. Aku takut ada yang tidak sengaja ingin melakukan tindakan kalian nanti."

"Hahaha, maka menikahlah segera. Apakah perlu aku yang carikan calon suami untukmu?"

"Sayang, aku, kau harus mengeluarkan benihmu."

"Oke."

Luna semakin geram ketika keduanya sudah memasuki kamar.

"Pamer kemesraan, hah? Hal itu tidak akan lama saat proses inseminasi itu gagal nantinya!" serunya dalam hati dengan amarah yang meletup-letup.

Selang tiga puluh menit berlalu, Poppy dan Arkav keluar dari kamar. Luna melihat bekas cupang ada di leher Poppy. Bahkan ia dapat melihat baju pasien yang masih berantakan. Buru-buru Arkav membantu mengancingkan baju.

"Tolong jaga benihku ya. Aku serahkan padamu dokter Luna. Jika sudah selesai uji kelayakan aku akan datang kembali," ucap Arkav dengan senyum mengembang. Begitu juga dengan Poppy ia tampak malu-malu sehingga wajahnya memerah.

"Sayang. Jangan membuat diriku malu di depan dokter Luna."

"Tidak masalah kak Poppy. Melihat kalian bahagia. Juga tertular padaku."

Jeda sejenak untuk melanjutkan percakapan. "Rupanya banyak sekali benih yang kau keluarkan? Sukses ya untuk kedepannya."

"Aku percayakan kepada dokter Luna," ucap Poppy dan berpamitan.

Setelah kepergian dua pasangan tadi terbesit di pikiran tentang seorang pasien yang sedang koma.

"Sebaiknya aku berikan saja benih Arkav pada pasien yang koma? Toh belum tentu berhasil. Darimana mubazir. Aku akan menyisakan sedikit dan mencampurnya dengan air. sehingga peluang kehamilan untuk Poppy tidak ada. Ia akan depresi dan mati. Aku akan datang sebagai pengganti. Hahaha." Kelakar Luna dengan seringai yang menakutkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status