Jiwa Zelona tidak menyangka bahwa Orilin akan mengatakan hal tersebut. Ia tidak terima dan berteriak, "Mama! Mereka berdua sudah merencanakan hal ini. Mama sudah masuk dalam perangkap."
Sementara Dexon menatap Floxa yang juga menatapnya. Ia mencoba mengelak. "Tapi, Bibi, bagaimana dengan Zelona?""Om tahu bila kau sangat mencintai anakku. Sebenarnya hal ini sangat berat. Hanya saja keadaan memaksa kami untuk memutuskan sesuatu.""Tapi Pa, Ma. Kak Dexon adalah calon tunangan kak Zelona. Bukankah hal bisa merusak reputasi dua keluarga? Floxa tidak ingin membuat orang-orang salah paham. Aku tidak menikah dengan kak Dexon.""Tolong mengertilah Flo. Tidak ada yang ingin hal seperti ini terjadi. Kakakmu mengalami kecelakaan hingga koma. Mama dan Papa tidak tahu kapan dia akan bangun. Sementara anak yang lainnya justru mendapat kemalangan. Orang tua mana tega melihat anak-anaknya menderita?""Tapi, Flo tidak bisa menikah dengan Kak Dexon. Lebih baik, Anak ini digugurkan saja!""Apakah kamu gila!" Teriak Dexon marah. Ia tidak menduga bahwa calon bayi yang begitu disayangi akan disingkirkan oleh ibunya."Meskipun demikian, kau tidak bisa membunuh bayi yang tidak berdosa. Maka izinkanlah aku menikah denganmu hari ini, Flo," ucap Dexon dengan menggenggam tangan wanita yang sedang hamil muda tersebut.Orlin dan Xander pun mengangguk setuju. Hanya menunggu reaksi dari Flo yang masih dalam posisi pura-pura menolak. Setelah berpikir lama bibirnya berkata, "Baiklah jika begitu. Flo mau menikah dengan Kak Dexon. Hanya saja aku tidak akan memaksa kakak untuk mencintai diriku. Flo paham di hati kak Dexon masih bertahta kak Zelona."Ketiganya bernapas lega. Namun Flo mengajukan tanya, "Namun untuk pesta aku ingin setelah ujian Nasional selesai. Yang terpenting pemberkatan pernikahan saja dulu. Jangan sampai teman-teman di sekolah tahu bahwa aku menikah karena hamil duluan.""Kakak janji. Akan merahasiakan pernikahan kita sampai kamu benar-benar lulus ujian. Kakak tidak akan menyakitimu. Hanya saja tolong jangan sakiti bayi di rahimmu.""Yang dikatakan Dexon benar. Sekarang kita pergi ke gereja. Dexon segera siapkan baju pengantin untuk Floxa karena ia tidak boleh kecapekan. Biarkan Mama yang menunggu Zelona dan Om yang menjadi wali untuk Flo," kata Xander yang diberikan anggukkan oleh istrinya.Jiwa Zelona yang mendengar hal tersebut hanya mendengus. Ketiganya segera beranjak dari tempat duduk. Saat Zelona hendak mengikuti langkah ketiganya, Orlin tiba-tiba berujar."Zee, maafkan Mom dan Dad. Seharusnya kamu yang akan menikah dengan Dexon, bukannya Flo. Semua diluar kendaliku dan maafkan Mama bila tidak mendapatkan persetujuan darimu. Sayang cepatlah bangun.""Mama maafkan Zee bila hal ini memberatkan. Mama tidak perlu khawatir, dua penghianat itu begitu menjijikkan sehingga Zelona baru tahu kelakuan mereka di belakang Zee."Jiwa Zelona segera berlari mengejar tiga orang yang hendak pergi ke gereja. Ia nebeng di mobil Flo dan Dexon. Saat mobil sudah dilajukan. Flo menghapus jejak bulir air matanya dan tersenyum puas."Apakah aktingku tadinya menyakinkan?""Jadi tadi kamu hanya berpura-pura saja ingin menggugurkan bayi kita, hah? Nakal!" Seru Dexon seraya mengacak-acak rambut wanita disampingnya menggunakan sebelah tangan kiri.Flo malah terkikik sendiri dan menyahut, "Ya untuk menipu. Jika begitu, kita berdua tidak akan menikah. Perutku akan semakin membesar nantinya.""Selain cantik kamu juga licik sayang. Setelah kita menikah, sebaiknya kau tinggal di apartemen milikku. Aku tidak leluasa untuk tinggal di rumah orang tua angkatmu. Apalagi di sana ada banyak sekali kenangan bersama Zelona.""Tidak masalah kakak. Aku justru senang bisa bersamamu. Tidak perlu sembunyi-sembunyi bila ingin berjumpa lagi.""Jangan lupa nanti malam servisnya."Flo mencubit lengan calon suaminya dan berkata, "Bahkan kita terlalu sering melakukannya hingga aku hamil anak kakak. Apakah belum puas juga?""Tubuhmu adalah candu buatku, sayang."Jiwa Zelona yang mendengar ingin muntah. "Seharusnya aku tidak menebeng mobil kalian. Aku menyesal telah mendengar percakapan menjijikkan dari mulut para penghianat.""Apakah sudah makan?" tanya Dexon."Sudah. Sekarang kita ke butik untuk beli baju pengantin dan meriasnya. Aku tidak sabar menjadi gelar istri darimu kak.""Sesuai perintah tuan putri."Mobil yang dikendarai mereka tiba di butik. Sementara Xander menyiapkan persiapan pemberkatan pernikahan di gereja dan mencari postur.***Dexon turun dari mobil menggunakan texudo warna abu dan membukakan pintu mobil untuk Floxa yang mengenakan gaun putih selutut. Rambutnya ditata rapi dengan menyelipkan bunga kecil. Ia dirias sangat cantik."Kau begitu mempesona, Flo.""Kak Dexon bisa saja."Sementara jiwa Zelona yang mendengar hal tersebut hanya mendengus beberapa kali. Ia ingin melihat bagaimana proses pernikahan akan berlangsung. Saat ia hendak memasuki gereja. Seolah ada sekat tak kasat mata yang menjadi pembatas dirinya tidak bisa masuk."Sialan. Aku harus menunggu diluar sampai kapan? Jika tahu begini lebih baik aku duduk di rumah sakit menemani ragaku," gerutu Zelona dan tentunya tidak akan ada yang bisa mendengar atau melihatnya.***"Sayang, bagaimana jika sekarang kita menemui dokter spesialis kandungan untuk konsultasi? Aku ingin cepat-cepat memeriksa diri. Kamu juga harus diperiksa," ujar Poppy pada suaminya setelah tangisan reda."Baiklah. Aku ambilkan kursi roda dulu."Dokter Arkav kembali membawa kursi roda dan membopong tubuh istrinya ke kursi. Mendorongnya untuk keluar dari ruang inap dan menuju dokter Obgyn."Selamat siang, eh, dokter Arkav dan istri rupanya. Apa kabar?" sapa Luna dengan senyum mengembang."baik dokter. Kami kesini untuk konsultasi mengenai inseminasi buatan," jawab Poppy memberitahu."Bukankah kak Poppy belum lama ini melakukan operasi bedah dibagian perut ya? Jadi karena itu ingin inseminasi di luar rahim?"Poppy menggeleng kepalanya dan berkata, "Aku Ingin inseminasi dilakukan di dalam rahimku. Aku ingin anak yang lahir dari diriku."Arah mata Luna tertuju pada Arkav yang diam-diam ia cintai. Bahkan saat mendengar kabar berita pernikahan tersebut. Hatinya begitu tersayat. Apalagi saat mengetahui bahwa dua bulan kemudian istri Arkav hamil. Ia benar-benar tidak memiliki peluang untuk merebut hati pria di hadapannya.Arkav mengisyaratkan dengan kedipan mata dua kali. Luna segera menyahut, "Jika itu keinginan Kak Poppy. Sebaiknya kita periksa dulu kualitas calon benih dari dokter Arkav.""Sayang bantu aku untuk menyelesaikan tugas ya?" goda Arkav di telinga Poppy. Luna yang mendengar hal tersebut mengepalkan tangannya di bawah meja meskipun wajahnya dipaksa untuk tersenyum. Padahal dalam hati membatin, "aku pastikan jika benih itu tidak akan sampai di rahimmu kak Poppy!""Dokter Luna. Minta tabung untuk menampung benihku. Dan pinjam dulu kamar di dalam ya?""Silahkan dokter. Harap tutup rapat ya. Aku takut ada yang tidak sengaja ingin melakukan tindakan kalian nanti.""Hahaha, maka menikahlah segera. Apakah perlu aku yang carikan calon suami untukmu?""Sayang, aku, kau harus mengeluarkan benihmu.""Oke."Luna semakin geram ketika keduanya sudah memasuki kamar."Pamer kemesraan, hah? Hal itu tidak akan lama saat proses inseminasi itu gagal nantinya!" serunya dalam hati dengan amarah yang meletup-letup.Selang tiga puluh menit berlalu, Poppy dan Arkav keluar dari kamar. Luna melihat bekas cupang ada di leher Poppy. Bahkan ia dapat melihat baju pasien yang masih berantakan. Buru-buru Arkav membantu mengancingkan baju."Tolong jaga benihku ya. Aku serahkan padamu dokter Luna. Jika sudah selesai uji kelayakan aku akan datang kembali," ucap Arkav dengan senyum mengembang. Begitu juga dengan Poppy ia tampak malu-malu sehingga wajahnya memerah."Sayang. Jangan membuat diriku malu di depan dokter Luna.""Tidak masalah kak Poppy. Melihat kalian bahagia. Juga tertular padaku."Jeda sejenak untuk melanjutkan percakapan. "Rupanya banyak sekali benih yang kau keluarkan? Sukses ya untuk kedepannya.""Aku percayakan kepada dokter Luna," ucap Poppy dan berpamitan.Setelah kepergian dua pasangan tadi terbesit di pikiran tentang seorang pasien yang sedang koma."Sebaiknya aku berikan saja benih Arkav pada pasien yang koma? Toh belum tentu berhasil. Darimana mubazir. Aku akan menyisakan sedikit dan mencampurnya dengan air. sehingga peluang kehamilan untuk Poppy tidak ada. Ia akan depresi dan mati. Aku akan datang sebagai pengganti. Hahaha." Kelakar Luna dengan seringai yang menakutkan."Sudah bangun?" tanya Calvi yang sudah berada diatas tubuh Dania yang berbalut selimut. Matanya membulat sempurna dan mencoba mendorong tubuh kekar Calvi yang bertelanjang dada. "Kau … pria brengsek. Apa yang kau lakukan padaku hah?""Apa yang aku lakukan padamu … hmmm, sebagai seorang wanita dewasa kamu paham kan artinya jika kita sedang berada di ranjang begini?" tanya Calvi disertai senyum menyeringai. "Bedebah! Pria brengsek. Bukankah kau yang menjenguk dokter Luna tadi? Apa sebenarnya maumu, hah?" tanya Dania yang berusaha melepaskan cekalan dari genggaman pria yang sedang menindihnya. Namun, Calvi tak ingin melepaskannya dengan mudah. Rantai yang berada di sisi atas Dania segera diikatkan oleh Calvi. Membuat sang wanita ketakutan. "Apa mauku … hmmm, tentu saja banyak. Tapi yang paling utama, kau harus menuruti setiap ucapanku. Atau videomu tanpa sehelai benang akan sampai kepada ibumu yang sakit.""Kau! Apa salahku kau melakukan hal seperti ini!" teriak Dania tak terima.Cal
Sesampainya di rumah sakit, Zelona segera ditangani oleh tim medis. Arkav bahkan lupa mengunci pintu dan membawa ponsel sanking terburu-buru. Bahkan kini ia hanya mengenakan celana boxer saja. Calvicar datang dan menyapa, "Kau ini kenapa datang ke Rs malah pakai kolor saja, hah? Dasar tidak sopan. Lihat tuh, banyak para wanita melihat tubuhmu."Arvav menimpali dengan raut panik. "Please Calvi, aku sedang terburu-buru tadi. Pinjam ponsel sebentar."Saat panggilan itu terjawab. Arkav langsung buka suara. [ Ma, ini Arkav. Soalnya tadi tidak sempat bawa hspe. apakah Mama dan Papa di rumah?] Terdengar suara di seberang begitu bahagia.bia memberondong berbagai pertanyaan. [ oh menantu. Apa kabar nih? Semenjak menikah dengan Zelona belum sempat berkunjung nih. Pasti jadwal praktiknya padat ya? ][ I-iya sih, Ma. Arkav sehat. ][ Syukurlah. Kami sedang berada di luar negeri. Jika ingin menginap di rumah Mama, menginap saja.][ Oh, oke Ma. Jika begitu Arkav tutup. ]"Sebenarnya ada apa sih?"
"Oh ya suster, tolong nanti belikan serbuk yang kutulis ya," ujar Luna seraya menyerahkan kertas. Suster itu membacanya dan paham tentang apa yang dimaksudkan, ia menimpali, "Oh, baiklah dokter Luna. Saya permisi. Mau diberikan jus apa nanti supaya tidak tertukar minumannya?" "Berikan saja jus alpukat untuk dokter Arkav. Aku air putih saja, bisa?" Suster itu mengangguk dan berlalu dari hadapan sang dokter. Setelah menutup pintu ia membatin, "Untuk apa dokter Luna memberikan obat kuat pada dokter Arkav?" Suster langsung menutup mulutnya. "Jangan bilang ingin menjebak dokter Arkav. Astaga bar-bar sekali kelakuannya. Ini sih cinta ditolak obat bertindak." Suster itu menangkap sosok Arkav yang dirindukan oleh Luna. Ia pun menyapa, "Hai dokter Arkav. Sendirian aja ya?" "Iya nih. Maklum saja istri baruku baru memberikan servis, jadi takut ketahuan orang banyak bila cara berjalannya berbeda," bisik Arkav sedikit mencondongkan badannya. Suster pun terkesiap. Ada rasa bersalah dalam
"Dokter Vivian? Bisa bicara sebentar?" tanya Arkav pada wanita yang lebih cocok dipanggil ibu. Rekan kerjanya itu tidak memiliki suami namun memiliki anak kandung. "Ya dokter Arkav. Ada yang bisa dibantu?" tanya Vivian saat ia berada di ruangannya, sebentar lagi ia akan pensiun. "Duduk dulu, sepertinya ada hal yang serius."Arkav tersenyum merekah dan duduk. Ia menghela nafas sejenak lalu bertanya, "Begini, saya ingin menanyakan sesuatu yang begitu sensitif. Kejadian ini terjadi pada istri baruku.""Apa itu, dok? Oh ya, mau kopi?" "Boleh."Vivian meracik kopi lalu memberikan pada rekan kerjanya di atas meja. Arkav berterimakasih kemudian melanjutkan cerita. "Jadi begini dokter, apakah mungkin seseorang bisa hamil tanpa melakukan hubungan badan?"Pertanyaan dari rekan kerjanya membuat ia syok. Sebab ia pun pernah melakukannya sendiri untuk bisa mendapatkan anak dari lelaki yang ia cintai namun sudah memiliki istri. "Bisa, bahkan hal itu sering dilakukan untuk mencapai tujuan.""Apak
"Kalian anakku, kah?" tanya Arkav bingung. Ia berpikir bahwa anak kecil tersebut adalah anaknya bersama sang istri, Poppy. Lalu dua bocah itu kompak menunjuk ke sebuah danau."Pasti Poppy, ya?" Kedua anak itu hanya diam saja. Arkav yang merasa rindu dengan mendiang istrinya perlahan mendekati seorang wanita yang mengenakan dress putih selutut dengan membelakanginya. Tanpa aba-aba, Arkav segera memeluk dari belakang. Menghirup aroma yang begitu wangi. Pria berkacamata itu berbisik, "Sayangku Poppy, Mas rindu. Sudah lama aku menantikan hadirmu dalam mimpiku. Anak-anak rupanya tumbuh sehat di sini."Wanita itu tak bergeming. Arkav semakin mengeratkan pelukan. Kembali berujar, "Sayang, apakah kau tidak rindu padaku? Kenapa tidak berkata satu kalimat?"Arkav melepaskan pelukan, memegang pundak sang istri guna membalikkan tubuhnya. Saat wajah wanita itu bersibobrok dengannya, mata Arkav membola sempurna. "Ze-zelona?""ZELONA!" teriak Arkav masih dalam memejamkan matanya dengan gelisah.
Arkav melajukan mobilnya dan bertanya, "Kok tidurnya pisah, kan katanya tadi mau unboxing kan?""Mager," sahut Zelona singkat. Arkav mendelik mendengar perkataan istri kecilnya. Ia berusaha mengendalikan hasrat yang sedari tadi ia tahan. Setelah geloranya dipaksa bangkit lantas dihempaskan begitu saja. Itu sungguh menyiksa. "Sabar, Arkav. Mungkin saja bawaan bayi," gumam dalam hati. Zelona melihat di pinggir jalan ada seorang pedagang buah. Air liurnya menetes melihat sekumpulan buah. "Dokter berhenti di penjual buah. Belikan aneka buah dong. 7 rasa ya. Mau dibikin es kul-kul sama rujakkan.""Oke. Sebentar."Arkav turun dari mobil, ia membeli mangga muda dan matang, kelengkeng, melon, belimbing jumbo, pepaya california, apel, anggur. Sesuai permintaan sang istri, 7 macam buah. Sesampainya mereka di rumah, Zelona segera mengupas segala jenis buah, dipotong kecil-kecil dan ditusuk seperti sate. Arkav bingung memperhatikan sosok wanita yang dengan telaten menekuri buah tersebut. Ia