Share

Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)
Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)
Author: Aksa Gege

Bab 1

Author: Aksa Gege
last update Last Updated: 2024-02-17 07:04:33

Di sebuah gedung pencakar langit dengan cat yang dominan berwarna putih, terlihat seorang wanita yang mengenakan setelan blazer krem tengah duduk di lobi perusahaan bernama Bramasta Group. Wanita tersebut ialah Riri, tujuan Dia datang kesini tidak lain dan tidak bukan untuk memenuhi panggilan interview kerja yang telah diumumkan kemarin siang dan beruntungnya pagi ini cuaca cukup cerah seakan menjadi pertanda baik untuk Riri.

"Saudari Amarilis Jelita," panggil seorang pria berkemeja krem yang jaraknya hanya dua meter dari Riri.

"Iya betul," jawab Riri singkat.

"Silakan segera masuk dan langsung memperkenalkan diri anda," ajak pria berkemeja krem sembari mendorong pintu ruangan di depannya.

Tanpa menjawab Riri segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mengekori Pria tersebut dari belakang.

"Silakan duduk disini," perintah pria berkemeja krem sembari menunjuk kursi kosong yang telah di sediakan untuk para pelamar yang hendak interview.

Segera Riri duduk manis tanpa permisi di kursi tersebut dan tanpa disadari oleh Riri, Pria berkemeja krem itu telah melenggang pergi dari ruangan tersebut.

Terlihat ada dua orang yang di yakini berbeda kelamin itu sedang sibuk membaca tumpukan berkas yang berada di mejanya. Tidak berselang lama mereka menyadari kehadiran Riri disana dan pandangan mereka segera teralihkan kearahnya.

Singkat cerita Riri langsung memperkenalkan diri dan tujuannya melamar pekerjaan disini, bahkan Dia juga menyisipkan visi dan misi hidupnya. Cukup lama Riri menunggu jawaban dari mereka, namun sudah lebih dari sepuluh menit berlalu mereka masih setia melihat ke arahnya dengan diam.

Namun Pria berjas navy yang tertuliskan nama Asoka B Kusuma terlihat dari name tag yang tertempel di dada bidangnya berdiri dan berjalan secara perlahan menghampiri Riri.

"Saya mau dengar kekurangan dan kelebihanmu apa?" tanya Asoka yang telah berada di hadapan Riri sembari duduk disana yang terlebih dahulu Dia menarik kursi disamping Riri.

"Kelebihan dari diri saya tidak banyak, kecuali kelebihan lemak di pipi. Namun kekurangan saya cukup banyak salah satunya kurang tinggi, kurang cantik, kurang berat badan, kurang uang, tapi saya tidak kurang ajar. Mungkin kurang lebih seperti itu. Sekian perkenalan singkat dari saya, terima kasih," terang Riri.

Asoka yang mendengarnya hanya mengulum senyum untuk menahan tawanya, Riri yang melihat gelagat Asoka pun spontan mengerutkan alisnya.

'Aneh.' satu kata itu yang berada di pikiran Riri untuk sosok Pria di depannya ini.

Disaat mereka sedang sibuk berbincang tanpa sadar Pandangan Asoka dan Pandangan Riri terkunci satu sama lain yang jaraknya hanya dua meter, "Aku suka kepribadianmu, Manis. Buat apa kamu melamar kerja di perusahaan saya, lebih baik kamu yang saya lamar untuk menjadi Ratuku."

Seketika Riri mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, "Bapak ini ternyata suka bercanda ya." Tanpa dipungkiri timbul rona merah di pipi tembem Riri.

Asoka yang mendengar perkataan itu langsung terkekeh-kekeh, melihat tingkah Wanita didepannya ditambah pipinya yang mulai merona membuat Asoka terpesona oleh kecantikan Wanita didepannya ini.

"Kenapa?" tanya Asoka dengan nada menggoda, "Saya tidak pernah bercanda dengan ucapan saya. Bahkan jika perlu saya akan hari ini juga melamar ke rumahmu." Peryataannya itu sukses membuat kedua mata Riri membola sempurna dan detik berikutnya Riri melirik Asoka di hadapannya yang tengah tersenyum manis sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Eh," cicit Riri, "Bapa serius?" sergahnya yang langsung di anggukki oleh Asoka yang di pastikan CEO Bramasta ini.

"Pa-bapak," ucap Riri gelagapan, "Cukup, Pak. Saya kesini mencari kerja bukan mencari tambatan hati."

Asoka tidak mengindahkan perkataan Riri, Dia memilih berdiri dan berjalan menghampiri Wanita di belakangnya. Ada percakapan diantara mereka namun tidak cukup jelas terdengar oleh Riri, yang pasti setelah percakapan mereka berakhir Wanita itu segera melenggang pergi dari ruangan ini meninggalkan mereka berdua di dalam.

"Waktu jam makan siang akan segera dimulai," ucap Asoka sembari berjalan menghampiri Riri, "Saya cukup terganggu dengan suara perutmu itu." Asoka melirik sekilas kearah perut Riri setelah itu Dia berjalan perlahan keluar ruangan.

Riri yang mendengar perkataan itu langsung tertunduk malu sembari mengusap perutnya yang memang benar cacing-cacing didalam perutnya telah berdemo meminta asupan makanan.

"Tunggu apa lagi," ajak Asoka yang telah lebih dulu berjalan didepan.

"Tapi, Pak. Bagaimana dengan peserta lain yang telah menunggu di luar ruangan ini?" Riri berkilah untuk memenuhi ajakan dari atasannya tersebut.

Asoka yang mendengar perkataan Riri segera menghentikan langkahnya, "Kamu jangan pedulikan mereka, mereka bukan urusanmu. Urusanmu bersama dengan saya." Tanpa permisi Asoka berbalik berjalan menghampiri Riri untuk mengandeng tangannya.

"Eh," cicit Riri, "Pa-bapak, ngapain main pegang-pegang tangan saya segala." Sekuat tenaga Riri mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman tangan kekar Asoka.

"Pak, lepas gak!" Riri menyalak galak.

"Gak," sahut Asoka singkat.

Dengan pasrah Riri mengiyakan ajakan Asoka karena jika Dia melawan pun akan percuma, yang membuat Riri sangat malu adalah disepanjang perjalanan tangan kiri Riri tidak terlepas dari gandengan tangan Asoka yang cukup menimbulkan keterkejutan dari karyawan yang berpapasan dengan mereka.

Disaat Asoka hendak berjalan keluar kantor yang tinggal lima langkah didepan diikuti oleh Riri di sampingnya, tiba-tiba gawai di saku jas mahalnya bergetar Dia langsung berjalan menjauh dari Riri untuk menerima panggilannya yang terlebih dahulu telah melepaskan genggaman tangannya.

Setelah selesai menerima panggilan  dari gawainya, Asoka segera berlari kecil menghampiri Riri yang telah menunggunya diambang pintu keluar kantor.

"Maaf, sepertinya lain kali saja kita makan siang bareng, Manis," ucap Asoka dengan lirih, "Karena saya besok ada metting ke luar kota untuk beberapa hari ke depan."

"Ya, itu terserah bapak. Yang jelas apa saya diterima kerja di perusahaan ini atau enggak?" Dengan tatapan tajam Riri hunuskan ke Asoka.

Asoka menyugar rambutnya sembari tersenyum menyeringai, "Apa masih kurang jelas," ucap Asoka terjeda, "Kamu itu sudah diterima. Diterima menjadi Ratuku." Dengan mengedipkan sebelah matanya Dia tunjukkan ke Riri.

"Cukup, Pak. Saya sudah jengah dengan perlakuan aneh ditambah sifat pemaksa, bapak!" sergah Riri, "Jika bapak tidak mau menerima saya bekerja disini. Ya sudah, jangan mempermainkan saya seperti ini."

Detik berikutnya Riri segera melenggang pergi tanpa permisi dari atasannya tersebut.

"Tunggu!" teriak Asoka, "Kok kamu malah marah. Apa ada perkataan saya yang salah?" Asoka ikut berjalan sembari meraih tangan Riri namun segera Riri menepis kuat-kuat genggaman tangan Asoka.

"Tunggu, Manis," panggil Asoka namun lawan bicaranya terus berjalan tanpa mengindahkannya, "BERHENTI!" Asoka tanpa sadar menaikan suaranya satu oktaf.

Seketika langkah kaki Riri terhenti setelah mendengar seruan Asoka di belakangnya tersebut yang membuat tubuhnya mendadak merinding ditempat.

Asoka segera berjalan menghampiri Riri, "Saya mohon berhentilah, saya butuh penjelasan. Ada apa denganmu?" Asoka menatap nanar punggung Riri.

"Apa yang harus dijelaskan. Mungkin seharusnya saya dari awal tidak datang ke perusahaan ini," jelas Riri tanpa melihat lawan bicaranya.

"Apa itu artinya kamu menolak ajakan nikah saya?"

"Kita baru bertemu beberapa jam yang lalu. Saya hanya mengenal anda sebatas CEO Bramasta ini tidak lebih," jelas Riri sembari melirik sekilas Asoka dibelakangnya.

Terdengar Asoka menghela nafasnya dengan kasar.

"Baiklah, tapi kamu jangan menolak kalau saya mau mengantarmu pulang," ucap Asoka dengan lirih.

Riri tidak mengindahkannya Dia memilih untuk melanjutkan langkahnya ke arah parkiran, namun disaat kakinya hendak melangkah tiba-tiba Dia merasakan kepalanya mendadak pusing, pandangannya pun lambat laun mengabur dan mengakibatkan tubuhnya langsung ambruk. Beruntungnya bagi Riri ada Asoka, Dia segera merangkul pundak Riri dan menggendong tubuh Riri ala bridal style yang sebelumnya Asoka telah menepuk pipinya untuk memanggil namun tak kunjung mendapati respon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 29

    "Setiap ujian hidup pasti ada hikmahnya. Tergantung kita menyelesaikan ujian tersebut, apa lulus atau harus mengulang kembali." ~ Amarilis Jelita~"Riri!"Aku segera melirik ke sumber suara tersebut, samar-samar terlihat seorang wanita mengenakan (...) berjalan menghampiriku. Setelah cukup dekat barulah aku mengenalinya dia Angel, salahsatu teman sekolahku dulu. 'Tumben dia sendirian gak sama dayang-dayangnya?" pertanyaan itu terus berputar dalam benakku."Hai," sahutku singkat sambil membalas cipika-cipiki dengan wanita cantik didepanku."Kamu lagi piknik juga sama keluarga kamu?" tanyanya langsung duduk lesehan disampingku."Iya, An. Mumpung lagi libur tahun baru, jadi keluarga aku semua mengusulkan piknik kesini," jawabku seadanya tidak lupa aku memberikan senyum tipis.Aku melihat dahinya mengernyit dengan jawabanku."Kenapa gak ke Bali," tanya Angel terjeda sejenak, "aku denger Hasna sama keluarga nya kesana?""Enggak ah, An. Hasna juga sempat mengajakku, cuman Nana kalau perjal

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 28

    Sementara di sebuah rumah sakit yang ditempati oleh Kris dirawat, terlihat sepasang suami-istri tersebut terus beradu mulut, seperti serial kartun identik dengan pemeran kucing dan tikus yang dulu sering muncul di layar televisi. Mereka selalu tidak akur, namun jika terpisah akan ada yang kehilangan."Ri, cukup aku udah kenyang," ucap Kris sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Riri langsung menyingkirkan kedua tangan Kris sambil tangan kanannya melayang sesendok penuh bubur tanpa topping."Kamu terus bilang kenyang. Baru juga tiga kali suap," jawabnya sambil memasukkan sesendok bubur tersebut kedalam mulut suaminya."Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus habiskan semangkok bubur ini. TITIK."Satu minggu setelah berlalu, semenjak pertama kali Kris ditemukan di gudang terbengkalai dengan kondisi yang memprihatinkan.Ada beberapa luka lebam di wajah tampannya, tangan kirinya patah akibat hantaman keras dari benda tumpul. Dan lebih membuat Riri tersentuh itu, terdapat sebuah li

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 27

    Flashback onDisebuah rumah berlantai tiga yang begitu kental dengan nuansa arsitektur bangunan ala Eropa. Terdapat satu keluarga kecil dari pemilik perusahaan elektronik ternama.Mereka sedang berkumpul di ruang makan untuk menyantap makan malam dengan anak sulungnya itu bernama Bagas."Mas, kamu serius memercayai Mas Sultan memegang saham sebesar itu?" tanya seorang wanita cantik yang mempunyai bulu mata lentik itu ialah Lita.Bukan tanpa alasan Lita bertanya seperti itu, karena suaminya sudah terlalu loyal terhadap sahabat yang telah dikenalnya dibangku kuliah. Karena dia telah memercayai sahabat yang dikenalnya sejak bangku kuliah itu 50% dari saham yang didapat dari perusahaan suaminya. Bahkan saham yang diberikan kepada anak kandungnya tidak lebih dari 15%.Pria yang berstatus sebagai suami Lita itu bukan menjawab, tapi berbalik bertanya, "Kamu masih meragukan kesetiaan Sultan terhadap keluarga kita?" tanyanya tanpa melihat lawan bicaranya sambil melanjutkan suapan terakhir maka

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 26

    Suasana hening perhutanan berubah menjadi bising dari beberapa kendaraan roda empat maupun roda melaju dengan kecepatan sedang.Langkah kaki panjang yang sebelumnya telah turun dari kendaraan yang mereka tumpangi, terus berjalan mengendap-endap ke sebuah gudang terbengkalai di tengah hutan.Sinar matahari siang hari ini seakan terhalang oleh awan yang lambat laun berubah abu-abu, mengakibatkan pantulan cahaya mentari sedikit menggelap. Namun semua itu tidak menyulitkan indera penglihatan puluhan pria berseragam coklat yang khasnya.Brukkk...Terdengar nyaring suara pintu dibuka dari luar secara paksa. Bertepatan dengan itu, puluhan pria berseragam coklat yang telah menunggu diluar langsung masuk kedalam lengkap dengan senjata api yang berada di tangannya."Angkat tangan. Tempat ini telah dikepung!" titah seorang polisi dengan suara baritonnya yang khas.Spontan semua orang yang berada di dalam ruangan itu mengangkat kedua tangan mereka sambil terjongkok ditempat, setelah itu puluhan p

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 25

    Siang ini matahari memancarkan sinar nya yang cerah serta terasa panas, sepanas kabar terkait penyakit yang diderita oleh Riri. Kabar tersebut langsung menyebar melalui grup media sosial yang identik dengan icon berwarna hijau.Banyak tanggapan dan komentar beragam dari anggota grup yang berisikan angkatan sekolahnya, sampai kabar itu terbaca oleh kedua sahabat Riri.Melihat kabar yang belum tentu pasti kebenarannya, Hasna mencoba meluruskan permasalahan yang ada. Namun Indah selalu membela diri bahwa kabar ini bukan hanya kabar burung saja, seakan terus terpojok Hasna maupun Putri menghentikan perdebatan di grup tersebut walaupun puluhan chat terus membanjiri grup tersebut. Karena mereka akan menanyakan langsung ke korban yang tengah menjadi viral di grup angkatan sekolah mereka.*****Sudah hampir setengah jam mereka berada didalam ruangan yang ditempati Riri dirawat.Keadaan langsung hening, disaat Hasna memberitahukan tentang kabar yang membuat grup angkatan sekolahnya heboh, samp

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 24

    Hani masih setia duduk disamping Riri menunggu adik iparnya yang telah tertidur pulas disana, sambil mengelus rambut hitam Riri dengan lembut. Matanya terus berembun seakan air matanya terus berdesakkan untuk turun, namun wanita yang mengenakan khimar berwarna peach itu terus menahan air matanya untuk tidak jebol dari pelupuk matanya.BIP... BIP... BIP...Suara dering gawainya cukup terdengar dari arah tas branded nya.Hani meraih tasnya yang tersimpan di atas nakas dan langsung mengeluarkan gawainya didalam sana.Hubby calling...Melihat nama kontak di layar gawainya, wanita bergamis abu-abu itu bangkit dari duduknya untuk berjalan keluar ruangan. Setelah sampai di ruang tunggu, Dia segera menggeser tombol berwarna hijau yang ada pada layar gawainya itu."Hallo, Mas," ucap Hani untuk seseorang di seberang sana."Gimana keadaan Riri?" tanya Pria di seberang sana dengan suara baritonnya yang khas."Alhamdulillah. Riri baru tidur, mungkin suster yang bertugas sudah memberikan obatnya,"

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 23

    "Apa aku tidak berhak bahagia? Disaat aku kemarin baru merasakan indahnya kasih sayang seorang pasangan halalku sampai air mata kebahagiaan tertetes. Kenapa sekarang air mata itu harus tergantikan dengan air mata kesedihan." ~Amarilis Jelita~BIP... BIP... BIP...Kris calling...'Tumben Kris menelepon di jam kerja begini?' monologku dalam hati. Ada perasaan aneh dalam hati ini, namun aku langsung menepis perasaan tersebut.Aku segera menggeser tombol berwarna hijau yang ada pada layar gawaiku."Halo, Manis." Nafasku seakan tercekat setelah mendengar suara yang menelepon di seberang sana."Kamu pasti mengira bahwa yang meneleponmu adalah suamimu, bukan," ucapnya dengan nada lembut, "emang ini suamimu, Manis. Asoka Bramasta Kusuma." Mulutku tiba-tiba membisu mendengar suara yang susah payah aku hindari. Terdengar suara tertawa terbahak-bahak di sambungan telepon ini."Kenapa, Manis. Katakanlah sesuatu atau aku harus mengatakan bahwa Kris sudah MA-TI." Aku langsung memejamkan mataku seje

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 22

    Disaat Riri membisikkan lanjutan kata-kata ke kedua sahabatnya dengan mendekatkan wajah mereka satu sama lain."APA!" teriak Hasna dan Putri kompak.Mereka bertiga terdiam sejenak, setelah itu Hasna berucap, "Masa iya cowo setampan Asoka menikah sama nenek lampir itu?" tanya Hasna sambil mengernyit heran. Terlihat sebelah alisnya terangkat keatas.Hasna mengalihkan pandangannya ke arah Putri, "Put, kamu dengar gak dari Danu. Secara kan ayang kamu dulu cukup dekat sama Indah?"Putri mengelus dagu nya yang sedikit runcing sambil menundukkan pandangannya, "Setahu aku, dulu Danu bilangnya Indah itu sama Andre bahkan mereka mau married," ucapnya terjeda sejenak, "ya aku pikir, suami Indah itu Andre," sambungnya menatap ke kedua sahabatnya yang berada disampingnya."Emang kamu tahu darimana, Ri. Kalau Asoka itu istrinya Indah?" tanya Hasna sambil menyeruput milkshake strawberry yang di pesannya.Riri menghela nafasnya berat sebelum berucap, "Waktu itu aku saat makan siang bersama Kris di Ba

  • Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)   Bab 21

    Matahari telah tertidur digantikan dengan cahaya rembulan yang menyinari bumi. Kelap kelip bintang yang bertaburan di langit menambah keindahan malam hari ini.Di tengah taman belakang rumah terdapat satu meja bundar berwarna putih dengan hidangan makan malam di atasnya lengkap dengan dua kursi dengan warna senada yang saling berhadapan satu sama. Kursi tersebut telah diduduki oleh sepasang suami istri mengenakan pakaian kasual. Tidak lupa sang suami membawa sebuket bunga yang di sembunyikan di tangan kanannya.Kunang-kunang yang berkelap-kelip di sekitar mereka tempati membuat nuansa makan malam ini terkesan romantis dan berwarna."Untukmu," ucap sang suami sambil memberikan sebuket bunga dan langsung diterima oleh sang istri."Ya ampun, Kris. Kalau ngasih itu bunga bank bukannya bunga mawar merah," ucap Riri sambil menghirup aroma bunga yang berada di tangannya."Kalau kamu tidak suka buang saja," ucap Kris ketus sambil memalingkan wajahnya.Riri langsung mengelus punggung tangan Kr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status