Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)

Dua Titik (Dilamar CEO Dinikahi Dosen)

last updateПоследнее обновление : 2024-05-05
От :  Aksa GegeВ процессе
Язык: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Недостаточно отзывов
29Главы
1.1KКол-во прочтений
Читать
Добавить в мою библиотеку

Share:  

Report
Aннотация
Каталог
SCAN CODE TO READ ON APP

Синопсис

Nyaris tidak saling kenal, tiba-tiba Asoka melamar Riri untuk menikahinya. Ternyata niat baik Asoka tidak selancar jalan tol, seakan takdir tidak mengizinkan Asoka dan Riri bersatu terlebih dari orang tua Asoka maupun Riri menolak keras hubungan percintaan mereka. Disaat Asoka memperjuangkan cintanya ke Riri, tiba-tiba Dia dimintai untuk berangkat ke London. Terlepas dari perjuangan Asoka, datang Kris yang diam-diam menyukai Riri. Setelah Kris dan Riri resmi menikah tanpa disangka ternyata Asoka telah datang untuk memperjuangkan kembali cintanya. Bagaimana Asoka menanggapi kenyataan bahwa Riri telah menikah bersama Kris?

Узнайте больше

Chapter 1

Bab 1

Di sebuah gedung pencakar langit dengan cat yang dominan berwarna putih, terlihat seorang wanita yang mengenakan setelan blazer krem tengah duduk di lobi perusahaan bernama Bramasta Group. Wanita tersebut ialah Riri, tujuan Dia datang kesini tidak lain dan tidak bukan untuk memenuhi panggilan interview kerja yang telah diumumkan kemarin siang dan beruntungnya pagi ini cuaca cukup cerah seakan menjadi pertanda baik untuk Riri.

"Saudari Amarilis Jelita," panggil seorang pria berkemeja krem yang jaraknya hanya dua meter dari Riri.

"Iya betul," jawab Riri singkat.

"Silakan segera masuk dan langsung memperkenalkan diri anda," ajak pria berkemeja krem sembari mendorong pintu ruangan di depannya.

Tanpa menjawab Riri segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mengekori Pria tersebut dari belakang.

"Silakan duduk disini," perintah pria berkemeja krem sembari menunjuk kursi kosong yang telah di sediakan untuk para pelamar yang hendak interview.

Segera Riri duduk manis tanpa permisi di kursi tersebut dan tanpa disadari oleh Riri, Pria berkemeja krem itu telah melenggang pergi dari ruangan tersebut.

Terlihat ada dua orang yang di yakini berbeda kelamin itu sedang sibuk membaca tumpukan berkas yang berada di mejanya. Tidak berselang lama mereka menyadari kehadiran Riri disana dan pandangan mereka segera teralihkan kearahnya.

Singkat cerita Riri langsung memperkenalkan diri dan tujuannya melamar pekerjaan disini, bahkan Dia juga menyisipkan visi dan misi hidupnya. Cukup lama Riri menunggu jawaban dari mereka, namun sudah lebih dari sepuluh menit berlalu mereka masih setia melihat ke arahnya dengan diam.

Namun Pria berjas navy yang tertuliskan nama Asoka B Kusuma terlihat dari name tag yang tertempel di dada bidangnya berdiri dan berjalan secara perlahan menghampiri Riri.

"Saya mau dengar kekurangan dan kelebihanmu apa?" tanya Asoka yang telah berada di hadapan Riri sembari duduk disana yang terlebih dahulu Dia menarik kursi disamping Riri.

"Kelebihan dari diri saya tidak banyak, kecuali kelebihan lemak di pipi. Namun kekurangan saya cukup banyak salah satunya kurang tinggi, kurang cantik, kurang berat badan, kurang uang, tapi saya tidak kurang ajar. Mungkin kurang lebih seperti itu. Sekian perkenalan singkat dari saya, terima kasih," terang Riri.

Asoka yang mendengarnya hanya mengulum senyum untuk menahan tawanya, Riri yang melihat gelagat Asoka pun spontan mengerutkan alisnya.

'Aneh.' satu kata itu yang berada di pikiran Riri untuk sosok Pria di depannya ini.

Disaat mereka sedang sibuk berbincang tanpa sadar Pandangan Asoka dan Pandangan Riri terkunci satu sama lain yang jaraknya hanya dua meter, "Aku suka kepribadianmu, Manis. Buat apa kamu melamar kerja di perusahaan saya, lebih baik kamu yang saya lamar untuk menjadi Ratuku."

Seketika Riri mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, "Bapak ini ternyata suka bercanda ya." Tanpa dipungkiri timbul rona merah di pipi tembem Riri.

Asoka yang mendengar perkataan itu langsung terkekeh-kekeh, melihat tingkah Wanita didepannya ditambah pipinya yang mulai merona membuat Asoka terpesona oleh kecantikan Wanita didepannya ini.

"Kenapa?" tanya Asoka dengan nada menggoda, "Saya tidak pernah bercanda dengan ucapan saya. Bahkan jika perlu saya akan hari ini juga melamar ke rumahmu." Peryataannya itu sukses membuat kedua mata Riri membola sempurna dan detik berikutnya Riri melirik Asoka di hadapannya yang tengah tersenyum manis sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Eh," cicit Riri, "Bapa serius?" sergahnya yang langsung di anggukki oleh Asoka yang di pastikan CEO Bramasta ini.

"Pa-bapak," ucap Riri gelagapan, "Cukup, Pak. Saya kesini mencari kerja bukan mencari tambatan hati."

Asoka tidak mengindahkan perkataan Riri, Dia memilih berdiri dan berjalan menghampiri Wanita di belakangnya. Ada percakapan diantara mereka namun tidak cukup jelas terdengar oleh Riri, yang pasti setelah percakapan mereka berakhir Wanita itu segera melenggang pergi dari ruangan ini meninggalkan mereka berdua di dalam.

"Waktu jam makan siang akan segera dimulai," ucap Asoka sembari berjalan menghampiri Riri, "Saya cukup terganggu dengan suara perutmu itu." Asoka melirik sekilas kearah perut Riri setelah itu Dia berjalan perlahan keluar ruangan.

Riri yang mendengar perkataan itu langsung tertunduk malu sembari mengusap perutnya yang memang benar cacing-cacing didalam perutnya telah berdemo meminta asupan makanan.

"Tunggu apa lagi," ajak Asoka yang telah lebih dulu berjalan didepan.

"Tapi, Pak. Bagaimana dengan peserta lain yang telah menunggu di luar ruangan ini?" Riri berkilah untuk memenuhi ajakan dari atasannya tersebut.

Asoka yang mendengar perkataan Riri segera menghentikan langkahnya, "Kamu jangan pedulikan mereka, mereka bukan urusanmu. Urusanmu bersama dengan saya." Tanpa permisi Asoka berbalik berjalan menghampiri Riri untuk mengandeng tangannya.

"Eh," cicit Riri, "Pa-bapak, ngapain main pegang-pegang tangan saya segala." Sekuat tenaga Riri mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman tangan kekar Asoka.

"Pak, lepas gak!" Riri menyalak galak.

"Gak," sahut Asoka singkat.

Dengan pasrah Riri mengiyakan ajakan Asoka karena jika Dia melawan pun akan percuma, yang membuat Riri sangat malu adalah disepanjang perjalanan tangan kiri Riri tidak terlepas dari gandengan tangan Asoka yang cukup menimbulkan keterkejutan dari karyawan yang berpapasan dengan mereka.

Disaat Asoka hendak berjalan keluar kantor yang tinggal lima langkah didepan diikuti oleh Riri di sampingnya, tiba-tiba gawai di saku jas mahalnya bergetar Dia langsung berjalan menjauh dari Riri untuk menerima panggilannya yang terlebih dahulu telah melepaskan genggaman tangannya.

Setelah selesai menerima panggilan  dari gawainya, Asoka segera berlari kecil menghampiri Riri yang telah menunggunya diambang pintu keluar kantor.

"Maaf, sepertinya lain kali saja kita makan siang bareng, Manis," ucap Asoka dengan lirih, "Karena saya besok ada metting ke luar kota untuk beberapa hari ke depan."

"Ya, itu terserah bapak. Yang jelas apa saya diterima kerja di perusahaan ini atau enggak?" Dengan tatapan tajam Riri hunuskan ke Asoka.

Asoka menyugar rambutnya sembari tersenyum menyeringai, "Apa masih kurang jelas," ucap Asoka terjeda, "Kamu itu sudah diterima. Diterima menjadi Ratuku." Dengan mengedipkan sebelah matanya Dia tunjukkan ke Riri.

"Cukup, Pak. Saya sudah jengah dengan perlakuan aneh ditambah sifat pemaksa, bapak!" sergah Riri, "Jika bapak tidak mau menerima saya bekerja disini. Ya sudah, jangan mempermainkan saya seperti ini."

Detik berikutnya Riri segera melenggang pergi tanpa permisi dari atasannya tersebut.

"Tunggu!" teriak Asoka, "Kok kamu malah marah. Apa ada perkataan saya yang salah?" Asoka ikut berjalan sembari meraih tangan Riri namun segera Riri menepis kuat-kuat genggaman tangan Asoka.

"Tunggu, Manis," panggil Asoka namun lawan bicaranya terus berjalan tanpa mengindahkannya, "BERHENTI!" Asoka tanpa sadar menaikan suaranya satu oktaf.

Seketika langkah kaki Riri terhenti setelah mendengar seruan Asoka di belakangnya tersebut yang membuat tubuhnya mendadak merinding ditempat.

Asoka segera berjalan menghampiri Riri, "Saya mohon berhentilah, saya butuh penjelasan. Ada apa denganmu?" Asoka menatap nanar punggung Riri.

"Apa yang harus dijelaskan. Mungkin seharusnya saya dari awal tidak datang ke perusahaan ini," jelas Riri tanpa melihat lawan bicaranya.

"Apa itu artinya kamu menolak ajakan nikah saya?"

"Kita baru bertemu beberapa jam yang lalu. Saya hanya mengenal anda sebatas CEO Bramasta ini tidak lebih," jelas Riri sembari melirik sekilas Asoka dibelakangnya.

Terdengar Asoka menghela nafasnya dengan kasar.

"Baiklah, tapi kamu jangan menolak kalau saya mau mengantarmu pulang," ucap Asoka dengan lirih.

Riri tidak mengindahkannya Dia memilih untuk melanjutkan langkahnya ke arah parkiran, namun disaat kakinya hendak melangkah tiba-tiba Dia merasakan kepalanya mendadak pusing, pandangannya pun lambat laun mengabur dan mengakibatkan tubuhnya langsung ambruk. Beruntungnya bagi Riri ada Asoka, Dia segera merangkul pundak Riri dan menggendong tubuh Riri ala bridal style yang sebelumnya Asoka telah menepuk pipinya untuk memanggil namun tak kunjung mendapati respon.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Комментарии

Комментариев нет
29
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status