Masukyesssss 👏👏
Abel ingin melanjutkan dengan durasi lama, tapi tidak yakin hal itu akan berakibat baik—mengingat temperamen Amory, maka dia melepaskannya, sebelum Amory bisa memproses. Amory kembali terengah, tapi kali ini dengan alasan yang berbeda. Terkejut dan heran. "Apa yang kau lakukan?" hardik Amory. “Kau tidak tahu itu apa? Kau tidak pernah melakukannya sebelum ini?” Abel hanya bercanda pastinya. “Aku tahu itu apa! Yang aku tanyakan, kenapa kau melakukannya?!” bentak Amory. “Tentu saja karena aku ingin kau sadar jika sebenarnya kau menginginkanku lebih dari itu. Lebih dari sekedar menjadi Ternak Darah.” Amory menjauhkan kepalanya dari Abel. “Tidak. Aku hanya ingin makan! Saat inipun aku ingin makan karena aku lapar!" bantah Amory. Menolak untuk kesekian kali. "Kau tidak merasa terlalu terobsesi pada diriku?" "Aku tidak terobsesi padamu!" Amory menggeleng, menegaskan. "Aku hanya merasa terlalu lapar, dan aku tahu kau adalah makanan yang lezat." Untungnya Abel adalah orang yang sabar
Abel menempelkan telinga pada pintu kamar Amory dan lega. Tidak ada suara apapun yang terdengar, dia masih pingsan. Abel membuka pintu, sambil mengurai tali yang melilit pinggangnya. Tali baru yang didapat setelah mendapat omelan panjang. Hunter mungkin bebas memakai senjata, tapi tetap akan ada pertanyaan saat ada perlengkapan yang hilang tanpa sebab jelas. Seperti penawar racun dan tali khusus Inhumane. Abel harus meminta lagi, padahal tidak bisa menjelaskan kenapa perlengkapan itu harus hilang. Abel hanya bisa memberi alasan hilang, yang tentu membuatnya mendapat omelan. Tapi alasan apa lagi yang bisa dia kemukakan? Dan kini, Abel kembali harus memakai tali itu, dan berharap kali ini tidak perlu meminta lagi setelah semuanya selesai. Dengan gerakan cepat, Abel menghampiri Amory yang masih memejamkan mata, kali ini tanpa ragu mengikat tangan dan kakinya. Seperti yang dilakukan oleh Rad kemarin. Terlihat Amory bergerak menggeliat, saat Abel membalik tubuhnya. Pertanda harus me
Abel terlihat tersenyum. “Aku tahu kalian khawatir, tapi tidak perlu. Aku tahu apa yang aku inginkan, dan apa yang ingin aku lakukan. Kalian tahu aku tidak pernah berpikir secara serampangan.” “Memang apa yang ingin kau lakukan?” tanya Rad. Abel mengangkat alis, tersenyum geli. “Bukankah tadi kau tidak ingin tahu apa yang akan aku lakukan?” “Oh ya! Aku lupa! Terserah kau saja!” Rad kembali menarik diri. “Tunggu! Tidak semudah ini, Abel. Apapun yang akan kau lakukan, Amory akan tetap mengincarmu dan mencoba untuk menghisap darahmu saat ini.” Bree mengemukakan fakta yang sepertinya dilupakan oleh Abel. Dia tidak akan bisa mendekati Amory. “Tidak juga. Aku berhasil membujuknya kemarin malam. Yah, walau harus tahu gagal karenaada gangguan.” Abel mengangkat bahu. “Membujuk bagaimana?” Rad lupa lagi pada keinginannya untuk tidak ikut campur. “Aku berhasil membuat Amory tenang selama beberapa saat. Mata hitamnya hampir luruh,” jelas Abel. “Oh! Aku mengerti! Aku mengerti!” Rad langsu
“Kau mengatakan Amory hanya menginginkanku sebagai makanan!” Abel belum bisa melepaskan kemungkinan itu, karena itu adalah hal yang amat melukainya. “Kau pikir aku mengarang? Dia sendiri yang mengatakannya padaku. Dia ingin memilikimu sebagai ternak darah! Kalau sekarang telah berubah, aku sendiri tidak mengerti bagaimana atau apa. Seharusnya kau yang bisa menjelaskan padaku bagaimana ini bisa terjadi?” Rad membalik tuduhan. Rad merasa ibunya tak akan berubah tanpa sebab. “Ibuku menjadi tidak bernafsu makan selama berminggu-minggu ini. Kesimpulan ini juga tidak mudah untukku.” Rad geleng mencoba memberi pengertian kepada Abel, agar dia paham jika semua ini bukanlah hal yang diinginkannya, dan dia sudah mencoba berbagai macam cara sebelum sampai pada keadaan ini. “Tapi kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kenapa kau tidak mengatakannya sejak kemarin?” protes Abel. Tentu ingin tahu tentang ini sejak pertama Amory menyerangnya. “Karena menurutku kau akan mati. Kau tidak dengar ta
“Kau tidak ingin menghilangkan rasa tidak enak itu?” tanya Bree, sambil duduk di samping Rad yang sedang melamun, di teras samping kastil. Sore musim panas hari ini cukup sejuk dan indah. Tapi Rad tidak ada di sana untuk menikmati pemandangan. Dia sedang memikirkan nasib ibunya. Rad berpaling, lalu menarik Bree mendekat sampai menempel, dengan senyum simpul. “Penawaran menggiurkan, tapi aku tak ingin membuatmu lemas.” “Hanya akan sebentar.” Bree memaksa, karena memang dia hanya akan lemas sebentar saja. Perubahan yang menurut Rad amat menggembirakan. Jika manusia biasa akan semakin merasakan candu pada bisa vampir, maka tidak dengan Bree. Dia justru seperti memupuk ketahanan diri. Bree masih terpengaruh oleh bisa Rad—merasa ringan, hangat dan lainnya, tapi terkadang tidak sampai pingsan, terutama saat Rad minum dalam jumlah sedikit. Bree tetap sadar selama Rad menggigitnya. Perubahan positif karena waktu Rad, dan dan Rad sangat berterima kasih untuk itu. Dia tak lagi perlu meng
“Rad?” Rome menyahut heran. “Ya. Maaf telah merepotkan.” Rad mencoba untuk terlihat tidak panik. “Apa…” Rome menatap Amory yang pingsan di tangan Rad, dan akhirnya mengenali siapa dia. “Itu ibumu?!” Rome terkejut. Dia tadi menyerang tanpa melihat, karena melihat Abel dalam bahaya. Rad mengangguk dengan wajah serius. “Dia kelaparan, jadi… Aku harap Hunter lain tidak ada yang menjadi korban.” “Tunggu.” Rome memegang kepala, dan memandang sekitar. Kebingungan. Tiga Hunter junior dan tentu Abel tergeletak. Tapi jelas semua hidup. Hunter selain Abel mengerang kesakitan, sedang Abel kini tampak mencoba duduk dengan memegangi tangannya yang jelas patah. “Ini sudah lebih dari sekadar kelaparan… Ini kacau.” “Tapi tidak ada yang mati, jadi ibuku masih bebas.” Rad langsung menyebut fakta yang sudah pasti. Rome terlihat mengeluh. “Memang tidak ada, tapi dia membuat banyak orang terluka.” “Memang, tapi perjanjian tetap mengatakan membunuh manusia, dan saat ini tidak ada yang mati.” Rad







