Beranda / Romansa / Duda Pilihan Mama / Kegilaan Anessa

Share

Kegilaan Anessa

Penulis: Ayu Anggita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 20:00:55

Mentari pagi menyibak tirai langit yang semalam kelabu. Namun, sinarnya tak mampu menenangkan hati yang bergemuruh dalam dada Anessa. Langkahnya tegap, matanya merah menahan amarah yang bergelora. Di dalam genggamannya, sebilah pisau dapur mengkilap terkena pantulan cahaya matahari. Matanya menatap lurus ke satu arah, rumah Galang.

“Ayah harus merasakannya,” gumamnya lirih namun penuh kebencian. “Kalau bukan karena dia memenjarakan Bunda. Mungkin saat ini aku masih bisa tinggal sama Bunda dan aku nggak akan sedendam ini sama lelaki tua itu. Dia harus menebus semuanya!”

Selama bertahun-tahun, Anessa tumbuh dengan cerita yang dipenuhi dendam. Ibundanya, Lydia, selalu menanamkan satu kalimat, “Ayahmu lebih mencintai anak dari perempuan itu daripada kamu, darah dagingnya sendiri.”

Dan kini, ketika Lydia benar-benar dijebloskan ke penjara karena kasus pembunuhan terhadap istri pertama Ayah dan percobaan pembunuhan terhadap Galang, Anessa me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Mama   Dendam Anessa

    Langit kota tampak mendung saat Anessa turun dari bus malam itu. Tak ada yang tahu bahwa perempuan itu telah keluar dari pusat rehabilitasi. Dengan jaket hitam dan tas kecil di pundaknya, ia melangkah menyusuri trotoar kota tempat Galang dan keluarganya tinggal. Kota ini tidak asing baginya. Justru dia sangat akrab dengan kota ini. Setiap sudut menyimpan kenangan pahit dan dendam yang belum selesai. Langkah pertama Anessa membawanya menuju penjara. Di ruang kunjungan, ia duduk di balik kaca bening, menanti satu-satunya orang yang selalu membelanya Bunda. Tak lama, sosok wanita paruh baya itu muncul dengan senyum samar. Mata mereka bertemu. Senyum itu menghilang, berganti dengan sorot dingin penuh amarah. “Kamu datang, Nak!” ujar Bunda, suara rendah, tetapi penuh dengan tekanan. “Aku keluar lebih cepat dari yang mereka kira,” balas Anessa. Bunda mendekatkan wajah ke kaca. “Galang ... anak itu harus membayar semuanya. Bersama

  • Duda Pilihan Mama   Kehidupan Selanjutnya

    Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Andara. Bagaimana tidak? Setelah empat tahun berkutat dengan diktat dan berbagai macam praktek, akhirnya kini Andara bisa lulus juga. Tak hanya Andara yang merasa bahagia, tetapi seluruh keluarganya pun turut berbahagia. Langit pagi tampak bersih, seakan turut merayakan pencapaian yang telah lama dinanti. Andara mengenakan toga hitam dengan selendang ungu yang menyilang di dada. Di atas kepala, topi persegi bertengger anggun, menandakan status barunya sebagai seorang sarjana. Hatinya berdebar, namun bukan karena gugup, melainkan karena kebahagiaan yang begitu besar.“Akhrirnya aku lulus, Mas,” bisiknya pelan di telinga Galang. Galang yang berdiri di sampingnya menggenggam tangan sang istri dengan erat. “Dan aku bangga padamu,” ujarnya, senyum tulus tergambar di wajahnya. Andara menatap pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya itu. Mereka memang belum lama menikah, tapi perj

  • Duda Pilihan Mama   Bertemu

    Setelah semua kebenaran terungkap, Andara merasa napasnya lebih ringan. Beban curiga yang dulu menggumpal di dadanya perlahan luruh. Wulan bukan ancaman seperti yang ia kira. Gadis itu ternyata adalah saudara kandung Galang. Saudara kembar yang dipisahkan sejak kecil karena sebuah tragedi kelam. "Maafkan aku yang harus bersikap dingin padamu dulu, Ra," kata Wulan waktu itu, saat mereka duduk berdua di taman belakang rumah Galang. “Aku pikir … itu adalah satu-satunya cara agar aku bisa masuk ke lingkaran permainan Anessa dan ibunya.” “Aku berpikir, jika aku bisa masuk ke pusara permainan mereka … aku akan dengan mudah mengungkap semuanya,” lanjut Wulan. Terdengar helaan napas berat ketika kalimat itu keluar dari mulutnya. Andara menatap Wulan, masih menyimpan keterkejutan atas pengakuan-pengakuan gadis itu. “Jadi ... kamu memang sengaja mendekat ke mereka?” tanya Andara lirih. “Bukan hanya mendek

  • Duda Pilihan Mama   Penjelasan Wulan

    Andara tampak buru-buru keluar dari gedung tempat perkuliahan siang itu. Helaan napas berat terdengar menyesakkan dadanya. Sejujurnya dia masih malas untuk bertemu dengan Galang. Ada sudut hatinya yang menolak untuk bertemu atau berbicara dengan lelaki bergelar suaminya itu. “Andara,” panggil seseorang dari arah belakang. Andara menoleh dan mendapati Randi berjalan cepat ke arahnya. Di tangannya ada sebuah buku bersampul merah muda dengan gambar seorang gadis yang berdiri menghadap laut lepas. “Mau ke mana? Buru-buru banget,” tanya Randi setelah berdiri di dekat Andara. Andara tersenyum. “Mau makan siang. Kenapa, Ran? Ada masalah?” Randi menggeleng. “Aku cuma mau balikin ini.” Dia mengangsurkan buku yang sejak tadi ia pegang. Andara menpuk jidatnya. Dia lupa memasukkan novel favoritnya itu ke dalam tas lagi. Saat itu dosen yang mengajar belum datang, jadi Andara memanfaatkan waktu untuk membaca

  • Duda Pilihan Mama   Patut kah Untuk Cemburu?

    Andara mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar ilusi semata. Namun, pemandangan itu tetap sama. Galang, tertawa begitu lepas di sebelah Wulan. Wanita yang mengaku hanya berteman biasa saja dengan Galang. Wanita itu bahkan menyentuh lengan Galang dengan akrab, seolah itu sudah biasa. Mereka berdiri cukup dekat, terlalu dekat menurut Andara. Seketika hatinya menghangat, tapi bukan karena cinta. Ada semburat panas yang menjalar, dari dada hingga ke ujung kepala. ‘Patutkah aku merasa cemburu?’ batinnya. ‘Ataukah ini hanya perasaanku saja?’ “Aku nggak ngerti kenapa kalian bisa sedekat ini,” gumam Andara lirih. Namun, cukup menyakitkan untuk dirinya dengar sendiri. “Kedekatan yang sangat nggak wajar untuk ukuran dua orang yang hanya berteman biasa saja,” lanjutnya. Ia tahu Galang dan Wulan adalah teman lama. Sudah sering pula Wulan menyebut bahwa hubungan mereka hanya sebatas sahabat. Ti

  • Duda Pilihan Mama   Damai

    Setelah badai yang mengguncang kehidupan rumah tangga mereka, kini Andara dan Galang akhirnya bisa bernapas lega. Mereka bisa menikmati kembali ketenangan yang telah lama mereka dambakan. Tak lagi ada ketegangan di rumah itu, tak lagi ada bisik-bisik penuh prasangka di antara mereka. Hanya ada dua jiwa yang belajar menerima, memaafkan, dan mencinta kembali dari awal. Hari itu, matahari mulai tenggelam dengan tenang di balik bukit, memandikan langit dengan warna jingga keemasan. Suasana rumah mereka begitu hening, nyaman, dan damai. Hanya terdengar desir angin yang menyusup lembut melalui jendela yang terbuka. Galang duduk di teras, membaca buku, hingga tiba-tiba Andara muncul dari balik pintu, mengenakan gaun tidur tipis berwarna putih gading. “Mas Galang,” ucapnya lirih. Sorot matanya menampakkan keraguan. Namun, kelembutan dan ketulusan tetap terpancar dari kedua manik cokelat itu. Pria berparas tampan itu menoleh. Matanya menangkap s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status