Home / Romansa / Duda Pilihan Mama / Pertemuan Pertama

Share

Pertemuan Pertama

Author: Ayu Anggita
last update Last Updated: 2025-02-07 08:00:22

Andara tampak duduk termenung di atas tempat tidurnya. Matanya menatap ke sudut ruangan bernuansa putih itu dengan pandangan kosong. Pikirannya melayang-layang tak tentu arah. Hatinya gamang dan kembali mempertanyakan keputusan yang baru saja ia ambil.

‘Apa benar keputusan yang aku ambil ini?’ batinnya. ‘Apa ini yang aku inginkan dan harapkan?’

‘Apa aku akan mencintai dia? Bukan hanya menjadikannya pelarian dari rasa sakit yang Dirga berikan?’

Andara menghela napas panjang. Menutup matanya sejenak dan membiarkan hati serta otaknya memilih jawaban yang menurutnya masih abu-abu itu.

‘Kalau memang ini adalah jalan yang Tuhan berikan, aku ikhlas menjalani semua ini,’ ujarnya dalam hati.

“Dan kalau memang Tuhan menghendaki demikian, pasti jalan untuk bertemu akan semakin lebar,” gumamnya.

“Tak ada halangan yang bisa mematahkan semuanya jika Tuhan sudah turun tangan.”

Andara menghela napas panjang sekali lagi. Ia semakin memejamkan matanya. Berbisik dalam hati, berharap Tuhan mendengar semuanya. Hanya takdir Tuhan yang ia percaya saat ini.

Sore harinya, Andara kedatangan tamu spesial. Keluarga calon suaminya datang dengan membawa harapan besar. Andara yang memang masih setengah hati menerima perjodohan itu hanya bisa pasrah dan menuruti semua ucapan kedua orang tuanya.

“Nah, kalau sudah begini. Bagaimana kalau kita segera tentukan tanggal untuk pertunangan keduanya,” ucap seorang pria berbadan gemuk dengan kulit putih dan mata sipit.

“Setuju. Lebih cepat lebih baik. Bukan begitu?” sahut Papa dengan antusias.

“Bagaimana, Lang? Kamu setuju untuk segera bertunangan dengan Andara?” Seorang wanita yang usianya tak jauh beda dengan Mama bertanya sembari menatap mata sang anak dalam-dalam.

“Terserah Mama dan Papa aja. Aku ikut aja. Kalau memang itu yang terbaik, aku setuju,” jawab Galang—lelaki yang dijodohkan dengan Andara.

Wanita dan pria yang duduk di samping kanan dan kiri Galang tampak menganggukkan kepalanya. Mereka lantas menatap ke arah kedua orang tua Andara dengan tatapan meminta pendapat.

“Kalau kamu gimana, Ra?” tanya Mama. “Apa kamu setuju?”

Andara mengangkat bahunya. “Aku ikut apa kata Mama dan Papa. Karena kalian yang lebih tahu mana yang terbaik untuk aku,” sahut Andara.

Mama dan Papa tersenyum mendengar jawaban Andara. Begitu juga dengan kedua orang tua Galang. Mereka juga tampak lega dan senang setelah mendengar ucapan dari calon menantunya itu.

“Alhamdulillah,” ucap semua yang ada di ruangan itu hampir bersamaan.

“Kalau gitu Minggu depan kita langsungkan pertunangannya,” ucap orang tua Galang.

“Ide bagus tuh. Lebih cepat lebih baik, kan?” sahut Papa antusias.

“Bagaimana menurut kamu, Ra?” tanya Mama. Tangannya mengelus punggung Andara dengan lembut. Mama tahu apa yang ada di dalam pikiran Andara saat ini.

Andara menghela napas panjang sembari mengangkat bahunya. “Terserah Mama dan Papa aja. Aku nurut aja.”

“Kalau menurut kamu gimana, Lang?” Kali ini giliran orang tua Galang yang menanyai anaknya.

Sama seperti Andara, lelaki itu mengatakan hal yang sama. “Semua terserah Mama dan Papa. Aku yakin apa pun keputusan Papa dan Mama adalah yang terbaik.”

“Oke. Kami anggap kalian setuju dengan keputusan ini. Sekarang tugas kita adalah mempersiapkan segalanya

Beberapa hari setelah pertemuan itu, acara pertunangan pun digelar. Andara tampak begitu cantik dengan balutan kebaya berwarna abu-abu. Riasan wajah yang tak terlalu tebal semakin memancarkan aura kecantikannya. Galang pun tak kalah mempesonanya. Lelaki itu tampak begitu gagah dengan balutan kemeja batik dan celana bahan.

Acara pertunangan itu pun berjalan dengan sempurna. Lancar dan tanpa halangan apapun. Galang tampak mengulas senyum tipis setelah menyematkan cincin di jari manis Andara. Andara pun tampak tersenyum walaupun dengan setengah hati.

*******************

Hari-hari berlalu dengan cepatnya. Tak terasa sebulan sudah Andara menjadi tunangan seorang duda pilihan mamanya. Walaupun masih setengah hati menerima semua ini, Andara tetap berusaha untuk bersikap baik di depan tunangannya itu. Dia tak ingin membuat kecewa kedua orang tuanya.

Tak terasa hari pernikahannya hanya tinggal dua bulan lagi. Semakin mendekati hari pernikahannya, Andara semakin dilanda kegundahan. Apalagi salah seorang sepupunya memberitahu dirinya tentang sulitnya kehidupan setelah menikah.

“Kamu pikirkan lagi aja, Ra,” ujar sepupu Andara. “Jangan terburu-buru! Apalagi calon suami kamu itu adalah seorang duda. Pastinya nanti kamu bakalan dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya.”

“Kamu masih muda. Masa depan kamu masih panjang. Apa kamu rela kehilangan masa muda kamu hanya karena nggak pengin ngecewain kedua orang tua kamu?”

“Apa pun yang kamu lakukan pasti akan dibandingkan dengan masa lalu calon suami kamu nantinya,” imbuh gadis berambut panjang itu.

“Walaupun kamu berbuat benar sekali pun, mereka pasti akan tetap membandingkannya dan menganggap kamu nggak becus. Percaya deh sama aku. Semua itu pasti bakalan terjadi.”

Andara hanya diam saja mendengar ucapan saudara sepupunya itu. Dalam hati dia membenarkan apa yang dikatakan oleh saudaranya itu. Namun, dirinya juga tak bisa mundur begitu saja. Selain karena hari pernikahannya sudah semakin dekat, juga karena dirinya tak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa.

“Aku ngomong begini bukan karena aku benci atau nggak suka lihat kamu menikah. Akan tetapi, aku peduli sama kamu dan nggak pengin kamu merasakan itu semua,” kata gadis itu.

“Menikah itu ibadah terpanjang yang kita jalani dalam hidup ini, Ra. Jadi, jangan sampai salah pilih pasangan! Supaya kamu nggak menyesal di kemudian hari,” lanjutnya.

“Mumpung masih ada waktu. Sebaiknya kamu pikirkan lagi semuanya. Sebelum kamu menyesal nantinya,” pungkas gadis itu. Setelah berkata demikian, gadis itu lantas pergi meninggalkan Andara di teras depan.

Sepeninggal saudara sepupunya itu, Andara mencoba mencari lagi kebenaran dalam hatinya. Dia tak ingin terpaksa menjalani semua ini. Memang dia tidak menginginkan perjodohan ini, tetapi dirinya juga tak ingin menjadi jahat dengan menjadikan ini sebagai pelarian atas rasa sakitnya.

“Kok melamun, Ra?” tegur seorang wanita cantik dengan hijab menutupi rambutnya.

Andara terkesiap mendengar teguran dari orang itu. Dia lantas mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menegurnya barusan.

“Iihh bikin kaget aja, Deh,” gerutu Andara.

Wanita itu tersenyum mendengar gerutuan Andara. Dia lalu menempatkan dirinya di kursi kosong di sebelah Andara.

“Kamu kenapa? Kok melamun? Ada yang sedang menjadi pikiran kamu?” brondong wanita cantik itu

Andara menghela napas panjang. Matanya menatap ke arah wanita itu dengan mulut yang tertutup rapat. Hati dan pikirannya menimbang apakah dia harus menceritakan bebannya kepada orang itu atau tidak?

“Kok diam aja, Ra? Ada apa?” kejar wanita itu. Wajahnya tetap terlihat lembut dengan nada suara yang membuat orang lain merasa nyaman.

Andara menatap wajah wanita itu lekat-lekat. Setelah puas memandangi wajah wanita itu, Andara memalingkan wajahnya lagi dan menghela napas panjang. Seolah ada beban yang sangat berat di dadanya.

“Ya udah kalau masih nggak mau cerita,” ujar wanita itu. “Nanti kalau …”

“Menikah itu serem banget ya, Mbak?” Andara memotong ucapan wanita itu dengan pertanyaan.

“Kok tanyanya kayak gitu?”

“Apa lagi kalau ikut mertua. Nyeremin banget ya, Mbak? Pasti nanti dibanding-bandingkan dengan masa lalu pasangan kita ya?” Andara memberondong wanita itu dengan pertanyaan yang membuatnya terdiam.

“Apa lagi kalau pasangan kita adalah seorang duda. Pasti nanti dibanding-bandingkan sama mantan istrinya ya, Mbak? Pasti semua yang kita lakukan akan selalu di bawah bayang-bayang mantan istrinya itu ya?” Berondong Andara tanpa peduli kebingungan yang menyelimuti benak lawan bicaranya.

“Kata siapa?” sergah wanita itu. “Enggak kok. Enggak semua mertua kayak gitu. Ada juga yang baik.”

“Contohnya kayak Mama. Mama adalah contoh mertua yang ….”

Wanita itu menghentikan ucapannya ketika melihat seseorang berjalan mendekat ke arah mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Duda Pilihan Mama   Akhir Dari Segalanya

    Mentari pagi menyinari bumi, seolah ikut merayakan lembaran baru dalam hidup Andara. Tak ada lagi bayang-bayang kelam Dirga, tak ada lagi teror, tak ada lagi ancaman yang mengusik tidur malamnya. Semua berakhir sudah. Dirga kini mendekam di balik jeruji besi. Mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan pada pengadil di dunia. Tentang obsesinya pada Andara dan percobaan menculik wanita muda itu. Semuanya berkasnya sudah lengkap dan siap dilimpahkan ke kejaksaan.Namun, ternyata pengadilan Tuhan datang lebih cepat. Berita tentang Dirga sampai di telinga Andara lewat telepon dari Pak Arman, penyidik yang menangani kasusnya. “Andara, aku harus memberitahumu sesuatu ... Dirga ditemukan meninggal di selnya tadi pagi,” ucap Pak Arman dengan suara serius. Andara terdiam sejenak. Seolah pikirannya berhenti bekerja. "Dia ... meninggal?" suaranya nyaris berbisik. "Ya. Diduga kuat bunuh diri. Polisi menemukan sepucuk surat

  • Duda Pilihan Mama   Hampir Berhasil

    Udara sore itu terasa gerah, seolah menyimpan firasat buruk yang sebentar lagi meledak. Di depan rumah Zacky, Andara terus meronta dengan sekuat tenaga. Berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan besi Dirga. Tubuhnya yang mungil tampak tak berdaya di hadapan laki-laki itu. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya yang pucat pasi. “Lepaskan aku, Dirga! Kamu gila!” teriak Andara histeris. Suaranya serak karena terlalu banyak berteriak sejak tadi. Namun, Dirga hanya menyeringai puas. “Diam, Andara. Kamu milikku. Seharusnya sejak dulu kamu jadi milikku, bukan Galang!” desisnya penuh amarah. Genggamannya di lengan Andara semakin kuat, hingga gadis itu meringis kesakitan. “Tolooong!” pekik Andara lagi, suaranya menggema di sepanjang jalan. Namun, tak ada siapa pun yang datang. Seolah dunia menutup mata pada penderitaannya. Dirga menarik paksa tubuh Andara menuju mobil hitam yang terparkir tak jauh dari sana. Andara teru

  • Duda Pilihan Mama   Semakin Menggila

    Langit belum sepenuhnya gelap saat Andara kembali terbangun dari tidur singkatnya. Detak jantungnya berpacu lebih cepat daripada biasanya. Dadanya sesak, seolah ada tangan tak kasatmata yang menekannya kuat-kuat. Sudah berhari-hari ia tak bisa tidur nyenyak sejak pindah ke rumah Zacky. Rumah besar dengan pagar tinggi itu tak memberinya rasa aman. Justru ia merasa terjebak dalam kurungan yang tak terlihat. “Kenapa aku terus merasa seperti ini?” gumamnya pelan sambil memeluk bantal. “Kapan semua ini akan berakhir?” Suaranya terdengar putus asa. Seolah tak ada harapan akan hari esok yang lebih baik lagi. Di setiap sudut rumah, Andara merasa ada mata yang mengintainya. Mengawasi setiap gerak langkahnya. Entah dari bayangan di balik tirai, pantulan kaca jendela, atau bahkan dari cermin di kamarnya sendiri. Ketakutannya bukan tanpa sebab. Teror yang dialaminya tak pernah mengenal waktu. Siang dan malam terasa sama mencekamnya.

  • Duda Pilihan Mama   Rasa Takut dan Ancaman

    Zacky menatap adiknya yang menggigil di pelukannya. Wajah Andara pucat, matanya kosong. Napasnya tersengal, seolah baru saja dikejar mimpi buruk yang tak kunjung usai. “Aku enggak akan biarkan kamu ngerasain ini lagi, Ra …” gumam Zacky dengan rahang mengeras. “Enggak akan ada satu orang pun yang bisa nyentuh kamu tanpa melewati aku dulu.” Galang berdiri tak jauh dari mereka, menatap Andara dengan rasa bersalah yang menggerogoti hati. Tangannya terkepal, napasnya berat, tetapi ia tetap diam. Saat ingin melangkah mendekat, Zacky justru menatapnya tajam. “Jangan dekati dia!” bentak Zacky, matanya berkilat penuh amarah. “Udah cukup kamu memberikan rasa takut padanya, Galang. Kamu enggak becus jagain istri kamu sendiri!” Galang tertegun, tetapi tidak mundur. Dia mengatur napasnya dan irama jantungnya yang tak beraturan. “Aku sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik …” “Terbaik?!” Zacky mencibir. “

  • Duda Pilihan Mama   Dia Kembali

    Dirga melarikan diri dari penjara. Joko membantunya untuk menyelinap keluar ketika ada teman yang menjenguknya di dalam penjara tempo hari. Tak ada yang melihat dan tak ada yang tahu jika Dirga sudah berdiri bebas di luar gedung yang selama ini membelenggu kebebasannya. Dirga menyeringai puas saat mendengar kabar tentang ketakutan yang menyelimuti Andara. Ia duduk santai di kursi kayu reyot di gudang tempat persembunyiannya, menikmati segelas kopi pahit yang kini terasa manis karena rasa puas yang membuncah. Wajahnya yang tirus terlihat lebih menyeramkan ketika cahaya redup dari lampu minyak menyinari setengah bagian mukanya. Matanya menyipit, menatap foto Andara yang tergeletak di atas meja penuh debu. "Aku akan buat kamu menyesal, Andara," gumamnya. “Kamu pikir kamu bisa bahagia setelah ninggalin aku? Kamu salah.” “Aku nggak akan tinggal diam, Sayang. Kamu harus tetap jadi milikku selamanya.” Seringai menakutkan tergambar di wajahnya

  • Duda Pilihan Mama   Tenang atau Tegang

    Joko akhirnya dijebloskan ke dalam penjara karena membantu rencana Dirga untuk meneror Andara. Galang bisa bernapas dengan lega setelah penangkapan yang dramatis malam itu. Namun, dia tetap harus waspada. Dia tak ingin kecolongan lagi seperti yang sudah-sudah. Semenjak Joko ditangkap dan dipenjara, rumah Andara dan Galang seperti menemukan kembali denyut damainya. Suara tawa pelan, obrolan hangat, dan langkah ringan kembali mengisi ruang-ruang yang sempat dingin oleh rasa takut dan ketegangan. Meski rasa trauma itu masih membayang, terutama saat Andara sendirian. Akan tetapi, hari-hari berjalan lebih tenang. Galang pun seolah berusaha menebus segala waktu yang sempat hilang. Ia lebih sering berada di rumah, menemaninya sarapan, menjemputnya pulang mengajar, bahkan sesekali membantu menyiram tanaman di halaman belakang rumah mereka. Sentuhan kecil semacam itu terasa besar bagi Andara. Kehangatan yang dulu sempat meredup, kini kembali menyala.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status