Share

Bab 3

Penulis: Kunang
Sambil bicara, dia memeluk dan menghiburku dengan lembut,

“Asal kamu senang, apapun akan kulakukan.”

Akhirnya, perasaanku mulai tenang.

Namun, sepulangnya ke rumah, aku tak bisa tidur sama sekali.

Mungkin karena kemunculan anak itu telah mengguncang hubungan kami yang sudah berjalan bertahun-tahun ini.

Malam itu, aku terus-menerus mimpi buruk. Saat terbangun di tengah malam, perutku terasa sangat sakit.

Aku buru-buru membangunkan Benson.

“Perutku sakit sekali.”

Benson terbangun dan langsung panik.

“Tahan sebentar, aku antar kamu ke rumah sakit sekarang juga.”

Sambil bicara, dia bersiap mengenakan baju dan menggendongku.

Namun tiba-tiba, ponselnya berdering. Dia langsung berhenti dan mengangkat teleponnya.

“Halo, apa yang terjadi?”

Aku langsung merasa ada yang tidak beres.

Panggilan dari siapa yang membuatnya begitu panik?

Beberapa detik kemudian, aku mendengar suara yang paling tidak ingin kudengar.

“Benson, Leo demam tinggi.”

Mendengar itu, Benson yang tadinya masih menggendongku, wajahnya langsung berubah drastis.

“Apa?! Aku segera ke sana.”

Benson buru-buru mengambil pakaiannya dan bersiap lari keluar.

Aku cepat-cepat menarik ujung bajunya dan memohon padanya,

“Benson, perutku sakit, anak kita….”

“Tolong antar aku ke rumah sakit dulu, rasanya sakit sekali.”

Benson malah menepis tanganku dengan kasar, suaranya terdengar kesal,

“Solene, kamu bukan anak kecil lagi, jangan manja.”

“Leo lagi demam tinggi. Kalau sampai terjadi sesuatu padanya, kamu nggak merasa bersalah?”

Aku tak tahu apakah aku akan merasa bersalah pada anak haram itu nantinya, tapi yang kutahu sekarang, kalau aku tak segera ke rumah sakit, anakku sendiri pasti tak akan bisa dipertahankan.

Belum sempat aku bicara lagi, Benson sudah pergi dan meninggalkanku sendirian.

Mungkin aku memang ditakdirkan umur panjang. Aku tahu Benson sudah menyerah padaku, aku pun tak lagi menaruh harapan padanya.

“Keadaanmu sekarang sangat berbahaya, kamu harus segera menjalani kuret. Cepat hubungi anggota keluargamu.”

“Anak yang sehat begini, kok bisa terjadi hal seperti ini?”

Hatiku terasa perih seperti disayat. Apa anak ini memang ditakdirkan tak bisa dipertahankan?

“Apa karena kehamilan ektopik?”

“Dok, kumohon, bisa carikan jalan lain?”

“Aku bisa suntik penguat kandungan, berapapun biayanya, sesakit apapun, aku sanggup.”

Ujarku sambil meneteskan air mata.

Yang kudapat hanya tatapan heran dari dokter.

“Asal bicara apa? Ini bukan kehamilan ektopik, kandunganmu sangat normal.”

Bukan kehamilan ektopik? Tapi, Benson sendiri yang bilang begitu padaku!

Aku pun langsung menelepon Benson.

Begitu telepon tersambung, yang terdengar adalah suara marahnya.

“Cukup, Solene! Kok kamu keras kepala sekali? Aku benar-benar nggak bisa pergi dari sini sekarang.”

“Bukannya kamu itu perempuan yang pengertian? Kok malah jadi begini sekarang?”

Mendengar ucapannya, wajahku langsung pucat. Perutku memang sangat sakit karena pendarahan, tapi hatiku jauh lebih sakit mendengar perkataan itu.

Baru saja aku mau memberitahunya bahwa aku keguguran, tapi belum sempat bicara, telepon pun langsung ditutup.

Aku mencoba telepon lagi berkali-kali, tapi tak diangkat.

Bahkan dokter dan perawat di sekitar pun menatapku dengan penuh rasa iba.

Tanganku gemetaran dan akhirnya sadar.

“Dok, bolehkah aku tanda tangan sendiri?”

Sebenarnya aku tak boleh tanda tangan sendiri, tapi mungkin karena dokter merasa kasihan dan tak bisa menghubungi siapa-siapa, akhirnya dia pun mengizinkan.

Prosedur kuret berlangsung cepat, tak sampai setengah jam sudah selesai.

Aku dirawat di rumah sakit selama dua hari dan sudah bisa pulang.

Selama dua hari itu, Benson juga tidak pernah pulang, bahkan tak menelepon sekalipun.

“Sayang, aku pulang.”

“Kamu tahu nggak, keadaan Leo kemarin sangat genting. Aku benar-benar nggak sempat mengurusmu.”

Usai bicara, dia pun menyodorkan seikat bunga ke hadapanku.

“Tada~ cantik, ‘kan? Ini khusus aku bawakan untukmu.”

Dulu, Benson sering pulang larut karena kerja. Aku yang keras kepala selalu menunggunya pulang baru bisa tidur.

Kami pernah berjanji, kalau dia pulang telat karena bekerja, dia harus membawakan setangkai bunga.

Selama dua tahun ini, aku tak menerima bunga seperti ini. Tak disangka, hari ini aku menerimanya lagi.

Benar-benar menyedihkan sekali rasanya.

Benson seolah baru ingat kondisiku, lalu bertanya dengan perhatian,

“Bagaimana kondisimu? Perutmu masih sakit? Operasinya sudah kujadwalkan, tiga hari lagi. Nanti kutemani, aku pasti menjagamu baik-baik.”

Aku menaruh bunga itu di atas meja dengan ekspresi dingin, lalu mulai mengemasi barang-barangku.

“Nggak perlu. Anaknya sudah nggak ada, kita cerai saja.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dulu Aku Bodoh, Sekarang Tidak Lagi   Bab 7

    “Kamu sangat menyedihkan.”Aku berjongkok, menatap Benson dan mengucapkan fakta itu dengan datar.Ada sedikit cahaya yang melintas di tatapan Benson, tapi langsung padam.Dia mencengkeram tanganku erat-erat dan memohon, “Solene, kok kamu jadi seperti ini? Kamu benar-benar sudah nggak ada perasaan sedikit pun padaku?”“Atau siapa yang membohongimu? Apa mereka lihat kamu sudah punya uang sekarang, jadi mau manfaatin kamu?”Aku menatapnya dingin, lalu tiba-tiba tertawa.Tawa yang penuh sindiran. Iya, aku memang meremehkan Benson.“Kamu cinta denganku? Kamu pikir itu cinta? Kamu hanya merasa pesona dirimu kuat dan merasa ada yang bisa mencintaimu dengan tulus.”“Bahkan soal Leo pun, kamu pikir kamu benar-benar sayang padanya? Padahal kamu hanya terharu karena ada perempuan yang mau melahirkan anak demi kamu.”“Kenyataannya, kamu itu egois dan nggak pernah mencintai siapapun. Begitu mengingat pernah bersamamu dulu, aku merasa jijik!”Benson hampir pingsan karena emosi. Dia menunjukku denga

  • Dulu Aku Bodoh, Sekarang Tidak Lagi   Bab 6

    Sepanjang hidupnya, hal yang paling dipedulikan Benson bukanlah aku, melainkan perusahaannya yang sudah dia bangun dengan susah payah.Aku sudah berkali-kali berpikir, kenapa dia begitu keras kepala terus mengejarku?Jawabannya jelas, karena dia tak mau kehilangan aku, si asisten andal yang bisa menghasilkan banyak uang.Sekarang, setelah Kalyana melakukan hal seperti itu, jelas saja Benson tak akan bersikap baik padanya.Tanpa pikir panjang, dia langsung mengemasi semua barang milik Kalyana dan mengusirnya keluar dari rumah.Hari itu hujan dan udara terasa dingin.Benson melempar barang-barang Kalyana keluar rumah tanpa ragu sedikit pun.Namun, yang paling tak terima Kalyana diusir itu bukan orang lain, melainkan Leo.“Ibu, aku mau ibu! Jangan usir ibu!”“Kamu ayah jahat! Aku benci denganmu! Aku benci denganmu!”“Nanti kalau kamu sudah tua, aku nggak akan peduli denganmu!”Begitu tahu kalau ibunya bakal diusir, emosi Leo langsung meledak.Aku tak tahu bagaimana perasaan Benson saat it

  • Dulu Aku Bodoh, Sekarang Tidak Lagi   Bab 5

    Untungnya, musuh bebuyutan Benson sangat senang membelaku.“Waktu selingkuh, sikap Pak Benson nggak seperti ini. Kok sekarang malah jadi semakin tak tahu malu?”“Jangan-jangan demi saham perusahaan, Pak Benson rela jual tampang, ya?”“Kalau begitu, aku bisa bantu carikan lebih banyak orang untuk kasih dukungan pada Pak Benson.”Benson memang orang yang mementingkan citra.Begitu dengar omongan itu, dia langsung pergi tanpa ragu dengan wajah muram.Kalyana melotot ke arahku dan buru-buru mengejarnya.Aku menyentuh wajahku, merasa sedikit lega.Di dunia ini, hal paling menakutkan bukan bertemu orang gila, tapi saat kamu sadar bahwa dari awal sampai akhir, kamu mencintai orang yang benar-benar brengsek.Setelah tanda tangan kontrak, Benson pun tak lagi menggangguku.Bagaimanapun, dia bukan orang jenius, tak bisa mengurus karir dan cinta sekaligus.Namun, aku tak menyangka, tak lama kemudian, Benson malah datang menggangguku lagi.Setelah menjual saham perusahaanku, aku mulai belajar menja

  • Dulu Aku Bodoh, Sekarang Tidak Lagi   Bab 4

    Usai aku bicara, wajah Benson langsung pucat. Dia mundur dua langkah dengan tatapan tak percaya.“Apa kamu bilang? Anaknya sudah nggak ada?”“Nggak mungkin. Bukannya dokter bilang jadwal operasi lagi padat sekarang? Bukannya harus menunggu dulu?”Benson mencoba menenangkan diri, seolah menemukan secercah harapan.“Sayang, kamu bohong, ‘kan? Kamu marah gara-gara aku pergi, ‘kan?”“Aku bisa jelasin semuanya. Leo itu masih kecil dan lagi sakit parah.”“Waktu aku bawa dia ke rumah sakit, dokter bahkan bilang kalau telat sedikit saja, demam tingginya bisa membuatnya cacat.”“Aku lihat ibunya Leo repot mengurus anaknya sendirian, jadi aku memutuskan tinggal sebentar untuk bantu jagain.”Sambil bicara, Benson berusaha meraihku, tapi aku langsung menepisnya.Waktu aku keguguran, suamiku malah sibuk menemani anak dan wanita lain. Bagaimana bisa aku menerima itu?Apalagi itu adalah selingkuhan dan anak haramnya.Awalnya aku tak mau ribut soal ini karena sudah benar-benar mati rasa. Aku hanya ing

  • Dulu Aku Bodoh, Sekarang Tidak Lagi   Bab 3

    Sambil bicara, dia memeluk dan menghiburku dengan lembut, “Asal kamu senang, apapun akan kulakukan.”Akhirnya, perasaanku mulai tenang.Namun, sepulangnya ke rumah, aku tak bisa tidur sama sekali.Mungkin karena kemunculan anak itu telah mengguncang hubungan kami yang sudah berjalan bertahun-tahun ini.Malam itu, aku terus-menerus mimpi buruk. Saat terbangun di tengah malam, perutku terasa sangat sakit.Aku buru-buru membangunkan Benson.“Perutku sakit sekali.”Benson terbangun dan langsung panik.“Tahan sebentar, aku antar kamu ke rumah sakit sekarang juga.”Sambil bicara, dia bersiap mengenakan baju dan menggendongku.Namun tiba-tiba, ponselnya berdering. Dia langsung berhenti dan mengangkat teleponnya.“Halo, apa yang terjadi?”Aku langsung merasa ada yang tidak beres.Panggilan dari siapa yang membuatnya begitu panik?Beberapa detik kemudian, aku mendengar suara yang paling tidak ingin kudengar.“Benson, Leo demam tinggi.”Mendengar itu, Benson yang tadinya masih menggendongku, wa

  • Dulu Aku Bodoh, Sekarang Tidak Lagi   Bab 2

    Benson mengira aku mulai goyah. Dengan senyuman di wajahnya, dia membantuku membereskan barang-barang, katanya mau pergi melihat anak itu.Aku sempat ragu, tapi akhirnya juga tidak menolak.Aku harus tahu, apa yang sebenarnya terjadi.Benson begitu baik padaku selama ini, bagaimana mungkin dia tega mengkhianatiku?Benson mengemudikan mobil dan tak memakan waktu lama, kami pun sampai di sebuah komplek perumahan.Komplek ini adalah perumahan baru di kota kami dan orang-orang yang tinggal di sini semuanya jelas bukan orang sembarangan.Pintu pun dibuka oleh seorang wanita.Wajahnya persis seperti di foto, terlihat sangat menawan. Tatapannya saat melihat Benson tak bisa dipalsukan.Sama seperti tatapanku saat menatap Benson, tatapan penuh cinta.Leo memang anak yang manis, matanya langsung berbinar saat melihat Benson, jelas sekali dia senang.Belum sempat Leo bicara, Benson langsung berbatuk dua kali.“Leo, om datang melihatmu lagi. Kamu ada jadi anak baik nggak akhir-akhir ini?”Dengan e

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status