Pagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.
Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu.Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur."Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan genre apa yang Acha baca Reno mengambil satu persatu komik yang berserakan dikumpulkannya menjadi satu.Kebanyakan genre nya fantasy dan action, bisa Reno biarkan dari pada menonton drakor seperti waktu itu.Reno mengambil komik yang sedang dibaca Acha menggabungkannya ketumpukan komik yang dibereskan nya tadi."Gue kesini mau ngajakin lo mancing."Acha berbaring lesuh. "Gue gak mau, capek.""Gak ngapa-ngapain juga cuman duduk doang, gak bakalan cape."Acha menutup badannya dengan selimut. "Mancing cuman buat orang yang sabar." Ucap Acha dari dalam selimut."Nanti mampir ke alfa beli cemilan."Acha membuka selimut yang menutupi badannya. "Oke, gue siap-siap dulu.""Dasar." Reno keluar dari kamar Acha membiarkan sahabatnya bersiap-siap, dirinya menunggu didepan rumah menghampiri Bagas yang sedang menanam tanaman lidah buaya dihalamannya."Dibantuin gak om?.""Gak usah.... Gimana Acha, mau kamu ajakin mancing?""Mau, lagi siap-siap.""Kalo sama kamu dia nurut Ren. Dulu kalo om ajakin mancing mana mau dia.""Mau karna ada mau nya om.""Namanya juga Acha, Ren. Tau sendiri kamu." Ucap Bagas tertawa.*****Acha menghembuskan nafas bosan entah kesekian kali nya, hampir dua jam memancing Reno belum mendapatkan satu ikan pun.Ketiga cowok itu sibuk mengobrol tidak memperdulikan Acha yang sudah digerogoti rasa bosan. Tangannya mengambil cemilan yang sempat dibelinya sebelum ke pemancingan lalu memberikannya kepada Reno.Reno menaruh pancingannya untuk membuka bungkusan ciki yang diberikan Acha. Tidak lupa Reno juga membuka kan tutup botol mineral untuk sahabatnya."Bosen, ya, Acha?."Acha menatap drista, terakhir Acha melihat cowok itu saat ulang tahun Reno tahun lalu."Ngantuk.""Mau gue anterin pulang?." Tawar drista Reno langsung melihat kepadanya.Acha berdiri dari duduknya berkacak pinggang menatap empang ikan yang lumayan luas. Rambut pendek yang tertiup angin membuat pesona Acha sebagai kembang komplek terpancar."Gue gak akan pulang sebelum Reno dapet ikan.""Rugi waktu gue terbuang gitu aja tanpa ada hasil."Lanjutnya membuat Reno mengangguk-angguk setuju.Acha kembali duduk disamping Reno mengunyah ciki-ciki nya, Reno mengelus puncak kepala Acha sambil tersenyum."Lo sama Acha makin deket aja gue liat semenjak putus dari Shafa." Ujar Bara."Pikiran lo doang, gue sama Acha sewajarnya sahabat aja." Balas Reno."Lo udah berapa lama sih sahabatan sama Acha?." Tanya Dristan.Reno diam coba mengingat awal mula kedekatannya dengan Acha. "Dari gue pindah rumah, sekitar enam tahun yang lalu." Ucap Reno setelah mengingat-ingat."Selama itu lo sama sekali gak ada perasaan sama Acha?." Tanya Dristan."Ada." Bara dan Dristan tertegun. "Perasaan sebagai seorang sahabat, gak lebih." Kedua cowok itu menghela nafas kompak mendengar penuturan Reno."Kalo lo, Cha, lo ada perasaan gak sama Reno?.""Selain perasaan antara sahabat."Acha menatap Reno sekilas lalu menompangkan dagu nya menatap kedua cowok itu. "Gue suka Reno." Ucap Acha, tidak hanya Bara dan Dristan yang terkejut Reno yang mendengarnya pun ikut tertegun."Sebagai peliharaannya.""Udah gak ke tolong, Bar." Dristan kembali fokus pada pancingannya.Acha melihat bungkusan ciki yang telah habis dimakannya tanpa terasa, bagaimana tidak habis jika dari tadi mulutnya tidak berhenti mengunyah untuk menghilangkan rasa bosan, sisa bumbu pada jemari tangannya pun Acha jilati hingga bersih lalu mengelap nya ke baju.Jorok memang.Acha memutar otaknya agar tidak bosan, makanannya sudah habis Acha harus memikirkan hal lain untuk membuang rasa bosannya.Melihat pancingan yang dipegang Reno sebuah ide langsung muncul diotak Acha. Dirinya bisa berlajar memancing siapa tau hoki, mengandalkan Reno tidak ada harapan."Gue mau coba."Reno menggeleng menjauhkan pancingannya dari Acha. "Lo gak bisa.""Bisa, lo ajarin.""Gak ada. Udah diem tunggu, bentar lagi pasti dapet ikannya, abis itu kita pulang." Ucap Reno membuat Acha cemberut."Sini biar gue ajarin cara mencing." Ucap Bara menepuk kursi disebelah nya agar Acha pindah."Boleh?.""Gue bukan Reno."Reno menatap tajam Bara, tidak bisa dibiarkan."Pegang." Sebelum Acha pindah kesamping Bara Reno langsung memberikan pancingannya pada Acha.Reno memindahkan kursinya kebelakang Acha. "Gini cara pegang nya." Tangan Reno ikut memegang pancingan membuat posisinya seperti sedang memeluk Acha dari belakang."Kalo umpannya kemakan gimana?.""Tarik kaya gini." Reno memperagakan cara menarik pancingannya dengan tangan dibawah genggamannya.Bara dan Dristan saling melempar pandangan melihat dua orang sahabat yang malah bermesraan, isi pemikiran mereka memikirkan hal yang sama keduanya geleng-geleng."SAHABATAN TAI."*****"Astagfirallahaladzim." Bagas istighfar melihat Acha yang basah kuyup menangis terisak di gendongan Reno."Om, anaknya kecemplung empang.""Kok bisa?." Bagas tidak habis pikir bagaimana bisa putri nya yang sudah berumur 19 tahun masih kecemplung empang seperti anak kecil."Salah saya om, tadi Acha angkat pancingan sendiri dia gak kuat malah ikutan masuk ke empang." Ucap Reno mengakui kesalahannya yang telah lalai menjaga Acha.Pulang mancing bukannya bawa ikan Reno malah bawa Acha yang basah kuyup kecemplung empang ikan.Bara dan Dristan diam saja dibelakang Reno bingung ingin ketawa tapi kasian juga melihat Acha.Bagas memijat keningnya pusing ada saja setiap hari kejadian yang terjadi pada Acha, lama-lama Bagas stres."Bawa masuk ke kamarnya, sekalian saja kamu mandiin." Ujar Bagas capek."Om gak waras?.""Om capek Reno." Bagas mengeluh."Lebih baik kamu cepat nikahi Acha.""SETUJU." Kompak Bara dan Dristan."Maaf om kriteria calon istri saya bukan model an Acha." Tolak Reno.Weh.Bagaimana bisa mereka mempergunjikan namanya dari tadi padahal orangnya disana dengan nasib yang malang, dimana hati nurani mereka.To be continudeFara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya." "Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan
Reno melamun menatap hamparan air pantai di hadapannya yang terhampar luas begitu indah di sore hari.Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi Reno saat banyak beban pikiran yang menghajarnya habis-habisan seperti sekarang ini.Hidup lagi berat-beratnya masalah keluarga malah datang di waktu yang tidak tepat.Perdebatan orang tua nya selalu menghantui otak Reno, keluarga Reno sangat berkecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup tapi dibalik kelebihan itu ada kekurangan yang dimana hubungan antara mamah dan papah nya tidak pernah akur dan harmonis seperti pasangan suami istri lainnya.Meskipun sudah menikah puluhan tahun tapi orang tua nya masih saja hobi bertengkar.Seperti siang tadi contohnya Papah Reno yang baru saja pulang dari Surabaya kumat dengan penyakitan nya, membawa wanita simpanan dengan tidak tau malu kerumah mereka untuk kesekian kalinya.Fara tentu saja marah dan mengamuk melihat kelakuan suami nya yang tidak pernah berubah walau dirinya selalu mengancam akan
"Makasih ya sayang udah mau nemenin tante ke pengadilan." Fara menggenggam tangan Acha diatas pangkuannya, mereka sedang duduk diruang keluarga sambil menonton drama di tv setelah beberapa saat yang lalu pulang dari pengadilan agama."Sama-sama." Acha balas tersenyum manis. Fara adalah wanita kuat seperti almarhum mamah nya, dititik terendahnya seperti ini saja Fara tidak mengeluarkan air mata sama sekali."Besok temenin tante belanja, bisa kan?""Kalo pusing kaya gini bawaannya pengen shopping ngabisin uang." "Bisa tante, nanti kabarin aja jam berapa nya."Fara mencubit gemas pipi Acha. "Kamu emang paling bisa ngertiin tante. Jadi gak sabar buat jadian mantu." Ucapnya.Acha tidak memikirkan ucapan Fara, mata nya melihat jam sebentar lalu berpamitan pada Fara untuk pulang."Kamu gak nunggu Reno pulang dulu?.""Aku ngantuk tante.""Tiduran di kamar Reno aja loh."Sebenarnya tawaran Fara boleh juga tapi Acha tetap memilih untuk pulang. "Aku pulang aja tante." Acha mencium punggung tang
Bagas menangis haru setelah mendengar ucapan putri nya yang selalu dirinya tunggu-tunggu, dipeluknya erat badan Acha sambil mengucapkan alhamdulillah."Ini bukan papah yang salah denger kan?." Bagas berusaha memastikan sekali lagi.Acha menghela nafas pendek. "Aku serius mau kuliah, dipikir-pikir bete juga dirumah terus." Ucap Acha menyebutkan alasannya."Berarti kamu beneran mau kuliah ini.""Iya, papah." Acha mulai jengkel."Alhamdulillah." "Reno harus tau kabar gembira ini." "Reno udah tau tadi aku udah bilang dia, mungkin bentar lag—." Ucapan Acha berhenti."ALHAMDULILLAH YAALLAH AKHIRNYA SAHABAT SAYA MAU KULIAH UNTUK MASA DEPANNYA." Reno teriak dari pintu sambil mengangkat kedua tangannya bersyukur.Seperti dugaan Acha cowok itu pasti langsung datang kerumah nya setelah dirinya telpon.Badan kecil Acha diangkat hingga kaki nya tidak menyentuh lantai oleh Reno. "Bego turunin." Kesal Acha meronta-ronta."Gue seneng banget akhirnya lo mau dengerin omongan gue." Ucap Reno setelah m
Setelah memutuskan untuk membiarkan Shafa ikut bergabung bersama mereka, Fara dibuat tidak tenang dan nyaman berbanding terbalik dengan Acha yang begitu santai dan tidak peduli.Padahal yang harusnya seperti itu Acha bukan Fara, jelas-jelas Shafa sedang berusaha mendekati Fara untuk mengambil perhatiannya."Tante suka koleksi jam tangan ya?.""Buat gaya-gaya aja sih ngabisin uang." Jawab Fara seperti biasa dengan senyuman palsunya.Ngobrol dengan Fara Shafa selalu dibuat mati kutu untuk menlanjutkan topik obrolannya tapi Shafa tidak menyerah begitu saja, demi Reno Shafa akan terus berusaha memenangkan hati Fara."Oh iya, Cha, tumben banget lo belanja di Sephora beli make up?." Tanya Shafa tidak sengaja melihat salah satu paper bag dari Sephora milik Acha."Biasanya kan lo paling gak peduli tentang penampilan, lo kan cewek natural." Acha menatap Shafa untuk beberapa detik lalu tersenyum membuka paper bag itu menujukan isi nya tanpa ragu pada Shafa. "Iya, cewek natural juga tetap butuh
Momentum yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, setelah mendaftarkan diri sebagai maba di periode ke 2 hari ini Acha resmi menjadi maba di salah satu Universitas Jakarta.Diantarkan oleh Reno dan juga papah nya untuk pertama kali menjadi seorang maba sebenarnya cukup memalukan untuk Acha."Udah kalian balik sana."Bagas menyeka ujung matanya yang berair. "Papah terharu liat kamu bisa dititik ini, papah bangga dan mamah kamu pun disana pasti bangga, papah yakin." Ucap Bagas memeluk Acha mencium keningnya bangga."Pah.""Kamu harus sungguh-sungguh ya buktikan keseriusan kamu."Acha menghela nafas pelan. "Ren anterin papah pulang." Suruh Acha, melihat papah nya seperti itu hanya membuat Acha menjadi tidak tega."Baik ndoro.... Lo jaga diri baik-baik."Padahal dirinya hanya pergi ke kampus yang jaraknya pun hanya ditempuh sekitar satu jam an saja tapi kenapa mereka berlagak seperti Acha pergi keluar negeri.Setelah mobil Reno pergi dari sana Acha menghirup udara sebanyak mungkin lalu membua
Seminggu sudah Acha menjadi mahasiswa, walaupun sedikit berat tapi Acha tetap berusaha menjalani nya dengan tenang dan santai.Setiap hari Acha diantar jemput oleh Reno, cowok itu selalu meluangkan waktunya untuk menjemput Acha walau sesibuk apapun. Padahal Acha bisa naik grabcar atau gojek untuk sekedar pulang saja tapi Reno tidak membiarkannya selagi dirinya masih sanggup.Kegiatan Acha selama di kampus hanya datang, belajar, istirahat lalu pulang begitu terus setiap harinya. Di kampus Acha tidak mengikuti kegiatan apapun dirinya benar-benar hanya menjadi mahasiswa Kupu-Kupu seperti ucapannya.Seperti hari ini setelah kelas pertamanya selesai Acha hanya berdiam diri di dalam kelas meletakan kepalanya pada tumpuan tangan sambil melamun mendengarkan musik lewat AirPods nya."Acha, gue panggil-panggil juga." Siska tiba-tiba datang menggebrak kursi sambil berteriak membuat Acha tersadar dari lamunannya.Acha melepas AirPods nya menatap Siska dengan tatapan bertanya."Ada yang nyariin l
Kecanggungan terjadi diantara Acha dan Reno setelah mengantarkan Bagas ke bandara untuk kembali ke pekerjaannya. Acha kembali ditinggal sendiri untuk ke sekian kalinya, bukan hal besar untuk Acha cuman sekarang keadaannya kurang pas.Sejak kejadian tadi malam Acha tidak banyak mengobrol dengan Reno, dirinya bukan marah tapi justru merasa bersalah takut jika Reno masih kesal padanya."Semalem gue beliin mochi, udah dimakan?."Acha melihat pada Reno yang tiba-tiba mengajaknya bicara. "Udah." Balas nya, matanya menatap potongan buah yang dikupaskan oleh Reno."Tentang yang semalem, maaf.""Maaf." Keduanya secara kebetulan mengucapkan kata maaf dengan bersamaan membuat pandangan keduanya bertemu untuk beberapa saat."Sahabat gue emang udah berubah, sekarang dia udah mau minta maaf." "Bukan karna gue salah.""Iya, minta maaf gak harus yang salah." Reno mengelus rambut Acha.Acha menggeser duduk lebih dekat pada Reno. "Tapi gue juga salah dikit sih, karna gak ngabarin lo, gue gak tau kalo