Share

9. Mancing

Pagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.

Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan.

"Acha, mancing yuk." Teriak Reno.

"Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu.

"Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?."

"Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."

Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu.

Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur.

"Lo suka baca komik sekarang?"

Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga.

"Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."

Reno geleng-geleng, panasaran dengan genre apa yang Acha baca Reno mengambil satu persatu komik yang berserakan dikumpulkannya menjadi satu.

Kebanyakan genre nya fantasy dan action, bisa Reno biarkan dari pada menonton drakor seperti waktu itu.

Reno mengambil komik yang sedang dibaca Acha menggabungkannya ketumpukan komik yang dibereskan nya tadi.

"Gue kesini mau ngajakin lo mancing."

Acha berbaring lesuh. "Gue gak mau, capek."

"Gak ngapa-ngapain juga cuman duduk doang, gak bakalan cape."

Acha menutup badannya dengan selimut. "Mancing cuman buat orang yang sabar." Ucap Acha dari dalam selimut.

"Nanti mampir ke alfa beli cemilan."

Acha membuka selimut yang menutupi badannya. "Oke, gue siap-siap dulu."

"Dasar." Reno keluar dari kamar Acha membiarkan sahabatnya bersiap-siap, dirinya menunggu didepan rumah menghampiri Bagas yang sedang menanam tanaman lidah buaya dihalamannya.

"Dibantuin gak om?."

"Gak usah.... Gimana Acha, mau kamu ajakin mancing?"

"Mau, lagi siap-siap."

"Kalo sama kamu dia nurut Ren. Dulu kalo om ajakin mancing mana mau dia."

"Mau karna ada mau nya om."

"Namanya juga Acha, Ren. Tau sendiri kamu." Ucap Bagas tertawa.

*****

Acha menghembuskan nafas bosan entah kesekian kali nya, hampir dua jam memancing Reno belum mendapatkan satu ikan pun.

Ketiga cowok itu sibuk mengobrol tidak memperdulikan Acha yang sudah digerogoti rasa bosan. Tangannya mengambil cemilan yang sempat dibelinya sebelum ke pemancingan lalu memberikannya kepada Reno.

Reno menaruh pancingannya untuk membuka bungkusan ciki yang diberikan Acha. Tidak lupa Reno juga membuka kan tutup botol mineral untuk sahabatnya.

"Bosen, ya, Acha?."

Acha menatap drista, terakhir Acha melihat cowok itu saat ulang tahun Reno tahun lalu.

"Ngantuk."

"Mau gue anterin pulang?." Tawar drista Reno langsung melihat kepadanya.

Acha berdiri dari duduknya berkacak pinggang menatap empang ikan yang lumayan luas. Rambut pendek yang tertiup angin membuat pesona Acha sebagai kembang komplek terpancar.

"Gue gak akan pulang sebelum Reno dapet ikan."

"Rugi waktu gue terbuang gitu aja tanpa ada hasil."Lanjutnya membuat Reno mengangguk-angguk setuju.

Acha kembali duduk disamping Reno mengunyah ciki-ciki nya, Reno mengelus puncak kepala Acha sambil tersenyum.

"Lo sama Acha makin deket aja gue liat semenjak putus dari Shafa." Ujar Bara.

"Pikiran lo doang, gue sama Acha sewajarnya sahabat aja." Balas Reno.

"Lo udah berapa lama sih sahabatan sama Acha?." Tanya Dristan.

Reno diam coba mengingat awal mula kedekatannya dengan Acha. "Dari gue pindah rumah, sekitar enam tahun yang lalu." Ucap Reno setelah mengingat-ingat.

"Selama itu lo sama sekali gak ada perasaan sama Acha?." Tanya Dristan.

"Ada." Bara dan Dristan tertegun. "Perasaan sebagai seorang sahabat, gak lebih." Kedua cowok itu menghela nafas kompak mendengar penuturan Reno.

"Kalo lo, Cha, lo ada perasaan gak sama Reno?."

"Selain perasaan antara sahabat."

Acha menatap Reno sekilas lalu menompangkan dagu nya menatap kedua cowok itu. "Gue suka Reno." Ucap Acha, tidak hanya Bara dan Dristan yang terkejut Reno yang mendengarnya pun ikut tertegun.

"Sebagai peliharaannya."

"Udah gak ke tolong, Bar." Dristan kembali fokus pada pancingannya.

Acha melihat bungkusan ciki yang telah habis dimakannya tanpa terasa, bagaimana tidak habis jika dari tadi mulutnya tidak berhenti mengunyah untuk menghilangkan rasa bosan,  sisa bumbu pada jemari tangannya pun Acha jilati hingga bersih lalu mengelap nya ke baju.

Jorok memang.

Acha memutar otaknya agar tidak bosan, makanannya sudah habis Acha harus memikirkan hal lain untuk membuang rasa bosannya.

Melihat pancingan yang dipegang Reno sebuah ide langsung muncul diotak Acha. Dirinya bisa berlajar memancing siapa tau hoki, mengandalkan Reno tidak ada harapan.

"Gue mau coba."

Reno menggeleng menjauhkan pancingannya dari Acha. "Lo gak bisa."

"Bisa, lo ajarin."

"Gak ada. Udah diem tunggu, bentar lagi pasti dapet ikannya, abis itu kita pulang." Ucap Reno membuat Acha cemberut.

"Sini biar gue ajarin cara mencing." Ucap Bara menepuk kursi disebelah nya agar Acha pindah.

"Boleh?."

"Gue bukan Reno."

Reno menatap tajam Bara, tidak bisa dibiarkan.

"Pegang." Sebelum Acha pindah kesamping Bara Reno langsung memberikan pancingannya pada Acha.

Reno memindahkan kursinya kebelakang Acha. "Gini cara pegang nya." Tangan Reno ikut memegang pancingan membuat posisinya seperti sedang memeluk Acha dari belakang.

"Kalo umpannya kemakan gimana?."

"Tarik kaya gini." Reno memperagakan cara menarik pancingannya dengan tangan  dibawah genggamannya.

Bara dan Dristan saling melempar pandangan melihat dua orang sahabat yang malah bermesraan, isi pemikiran mereka memikirkan hal yang sama keduanya geleng-geleng.

"SAHABATAN TAI."

*****

"Astagfirallahaladzim." Bagas istighfar melihat Acha yang basah kuyup menangis terisak di gendongan Reno.

"Om, anaknya kecemplung empang."

"Kok bisa?." Bagas tidak habis pikir bagaimana bisa putri nya yang sudah berumur 19 tahun masih kecemplung empang seperti anak kecil.

"Salah saya om, tadi Acha angkat pancingan sendiri dia gak kuat malah ikutan masuk ke empang." Ucap Reno mengakui kesalahannya yang telah lalai menjaga Acha.

Pulang mancing bukannya bawa ikan Reno malah bawa Acha yang basah kuyup kecemplung empang ikan.

Bara dan Dristan diam saja dibelakang Reno bingung ingin ketawa tapi kasian juga melihat Acha.

Bagas memijat keningnya pusing ada saja setiap hari kejadian yang terjadi pada Acha, lama-lama Bagas stres.

"Bawa masuk ke kamarnya, sekalian saja kamu mandiin." Ujar Bagas capek.

"Om gak waras?."

"Om capek Reno." Bagas mengeluh.

"Lebih baik kamu cepat nikahi Acha."

"SETUJU." Kompak Bara dan Dristan.

"Maaf om kriteria calon istri saya bukan model an Acha." Tolak Reno.

Weh.

Bagaimana bisa mereka mempergunjikan namanya dari tadi padahal orangnya disana dengan nasib yang malang, dimana hati nurani mereka.

To be continude

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status