Bagi Eleanore bertemu orang banyak dan berbincang membicarakan hal yang tak berguna membuatnya enggan untuk terus berdekatan bersama mereka. Dengan atau tanpa adanya dirinya toh mereka tak mau mengajak ia bercengkrama. Mereka sungkan pada Eleanore karena gadis itu memiliki hubungan dengan kerajaan.["Dia gadis yang tidak mengasyikan."]["Dia tidak pernah keluar dari kastilnya. Gadis yang membosankan."]["Kalau saja ayahku tak menyuruhku berteman. Aku tidak mau berteman dengan gadis pendiam itu."]Eleanore sudah kebal dengan semua sindiran yang dibicarakan teman-temannya dari belakang. Mereka tak berani mengatakannya langsung dan melakukannya di kamar mandi kampus.Kesendirian dan kesepian sudah menjadi keseharian bagi Eleanore, ia menyukainya daripada menggosipkan orang lain yang tidak kebenarannya. Ia dianggap aneh sebab banyak perempuan senang bergosip daripada membaca buku di perpustakaan. ["Nona, apa perlu kami temani di atas?"]Earpiece miliknya berbunyi dari Hellen, kedua penga
Malam yang seharusnya menjadi kebahagian bagi keluarga Montgemery berubah kelabu saat putra pertama mereka meninggal dibunuh oleh seorang wanita di sebuah hotel mewah. Saat ditemukan pria itu sudah terbujur kaku dengan wanita yang ketakutan dan bersembunyi di bawah meja."Aku tidak percaya kakakku meninggal!"Bocah laki-laki yang berusia sembilan tahun itu terus meraung, ia tak dapat memercayai jika sang kakak yang ia sayangi harus pergi dalam keadaan tragis dan pembunuhnya adalah wanita yang pernah dikenalkan. "Ken, tenangkan dirimu," ujar Tuan Montgemery mencoba menenangkan sang anak yang terus saja meronta untuk dilepaskan agar bisa melihat jenazah kakaknya."Ludric masih hidup. Bukan begitu, Ayah?" Di dalam pelukan sang ayah, Ken kecil menangisi kepergian Ludric dan belum dapat menerima kenyataan yang mengguncangkan pikirannya saat itu. Baginya sang kakak adalah dunianya dan sahabat terbaik, tetapi kini tempat ia bernaung telah meninggalkan dirinya."Ken, ayah tahu kau begitu be
"Ken, kau akan datang ke pernikahan Emilita, bukan?""Tentu saja, Yah. Aku akan datang tepat waktu."Tuan Montgemery tahu benar Ken tak akan menolak dengan adanya sebuah acara apalagi pesta kerajaan di mana para wanita berkumpul dan memperkenalkan dirinya pada Ken dan berharap dapat dipersunting."Belinda menjadi pendamping pengantin Emilita. Pamanmu sendiri yang meminta," kata tuan Montgemery ketika Ken menanyakan pakaian dress wanita yang berjejer rapi di ruang tengah.Ken berasal dari keturunan kerajaan, sang kakek telah dinobatkan menjadi raja sejak usia masih bayi dan baru memimpin ketika berusia lima puluh tahun. Hanya tiga puluh tahun saja ia memimpin kerajaan dan digantikan dengan anak pertamanya.Hanya Mario Joseph Montgemery merupakan anak kedua yang tak mau menjadi raja menggantikan sang kakak kelak, sedari muda ambisinya menjadi seorang pengusaha dan semua dilakukan tanpa campur tangan sang ayah. Terbukti setelah membangun usaha lebih dari empat puluh tahun kini perusahaan
Bayi mungil, cantik dan kulitnya seputih salju itu tampak terdiam seharian seakan memahami keluarganya sedang dalam keadaan berduka. Keluarga Ulmer mengalami tragedi yang menyedihkan ketika sang nyonya meninggal.Jaquavius sang suami terus berada di samping peti jenazah Erendira yang tersenyum dan berpakaian putih meski sudah meninggal kecantikannya tetap tak luntur. Erendira Melisenda adalah wanita lemah lembut, tutur katanya halus dan seorang anak dari keluarga bangsawan.Pernikahan Jaquavius dengan Erendira dua puluh satu tahun lalu meninggalkan kenangan indah bagi pria tersebut. Ius yang keras kepala dan mudah meluapkan emosi mampu diredakan dengan sikap tenang sang istri.Namun kini semua perasaan Ius tak dapat ia kendalikan, Ius sempat marah pada takdir karena memisahkan dirinya dengan sang istri. Ia tak habis pikir pada Tuhan sudah mengambil Erendira, ia ingin mengumpat tetapi dirinya sadar jika semua sudah menjadi bagian rencana-Nya."Tuan, nona kecil dan tuan Naval masih di
"Nona, anda dipanggil tuan besar di ruang kerjanya."Perintah ayah tak bisa kuabaikan begitu saja meski aku masih sibuk dengan mengisi tugas kuliah. Jangan sampai ada panggilan kedua dari sekretaris ayah karena ayah tak suka orang yang mengabaikan perintahnya."Baik Mr Johans. Aku akan segera ke sana," ucapku kepada sekretaris kepercayaan ayah yang sudah ikut lama jauh sebelum aku lahir.Pria paruh baya memberiku seulas senyuman hangatnya, aku menyukai Mr Johans layaknya seorang ayah yang selaly memberi dukungan kepadaku. Kadang beliau membelaku di hadapan ayah jika di mata ayah ada kesalahan dariku."Berpakaianlah yang bagus, Nona. Kemungkinan tuan besar akan mengajak anda keluar hari ini."Keluar bersama ayah belum tentu mengajak ke suatu tempat dan jangan harap itu terjadi. Ayah tak pernah sekalipun mengajak kami anak-anaknya berlibur, beliau sibuk dengan tugas kerajaan dan biasanya aku beserta ketiga kakakku saja yang berlibur."Nona, pakaian apa yang harus saya persiapkan?" tanya
Ternyata acara yang dimaksud Naval adalah acara sederhana saja, sekedar rapat juga memperbarui foto-foto anak panti yang sudah beranjak dewasa dan pemilihan beberapa anak panti untuk bekerja di kerajaan atau kastil milik para perdana menteri."Keluarlah bersama anak-anak panti. Ada hal yang ayah bicarakan dengan pamanmu saat ini.""Iya ayah. Eleanore ada di taman jika ayah memanggil nanti."Ayah hanya memagutkan kepala saja lalu menyuruhku menutup pintu. Entah apa yang ingin ayah dan paman Pedro bicarakan, ayah tak melibatkan Naval maupun Smith. Mungkin mengenai perjodohan Esperanza karena kebetulan paman Pedro-lah yang memperkenalkan pria itu pada kakak perempuanku."Sudah selesau pembicaraan dengan ayah anda, Nona?" tanya Hellen saat aku sudah berada di luar. "Iya seperti itula. Ayah menyuruhku keluar. Oh, ya di mana Julian?"Tak seperti biasanya Hellen dan Julian terpisah, mereka selalu bersama-sama mengikutiku dari samping. Aku tak pernah membiarkan mereka berjalan di belakangku.
Sepasang mata sedang menatap lekat-lekat dua orang perempuan muda dari balkon. Sesekali ia menyunggingkan senyuman ketika salah satu perempuan itu kalah dalam bermain lempar kartu, ikut tertawa kala ada yang terjatuh dan mendengkus kesal ketika kartu yang dilempar melesat.Ia jarang sekali melihat pemandangan seperti ini, kesibukannya sebagai pebisnis membuatnya sering berada di luar daripada di rumah. Ya bicara soal rumah, tempat yang ia tinggal sekarang bersama adik-adik dan ayahnya bukanlah sebuah tempat tinggal yang nyaman melainkan seperti penjara. Ada kalanya ia ingin mengajak adik-adiknya tinggal di apartemen yang selama ini ia tempati jika merasa sibuk atau memerlukan ketenangan kala masalah melanda. Namun hal tersebut tak pernah bisa terealisasi, sang ayah melarang hanya karena privasi. "Aku benar-benar tak menyukai hal ini, Naval."Suara dari arah balik pintu membuatnya berpaling dari pandangannya di taman. Ia memutar badannya lalu berjalan ke arah sang adik yang sudah dud
Pada akhirnya ayah melakukan hal yang tak aku sukai. Setelah Ez terus terang tak mau lagi menemui teman kencannya kini gantian aku yang harus pergi dan makan malam bersama pria yang tak kukenali. Aku ingin menolak, tetapi ayah akan marah besar dan menyebabkan pertengkaran antara Naval dan ayah.Beberapa jam lagi aku akan menghadiri makan malam dan pakaian pun sudah disiapkan oleh bibi meski masih lama, tetapi tangan cekatan bibi Brigith telah memilihkan sebuah gaun untukku. Rasanya tak nyaman jika kehidupan bahkan perjodohan diatur."Non, warna toska ini saja ya?" Bukankah lebih bagus daripada yang biru?""Iya terserah bibi," jawabku malas sembari mengerjakan tugas kuliah. Untungnya hari ini ayah mengijinkan membolos kelas bahasa. Jadi setidaknya aku memiliki waktu santai."Kenapa memangnya, Non? Apa nona enggan menemui calon suami?" tanya bibi dengan bercanda."Pria itu belum tentu jadi calon suamiku, Bi. Lagipula aku tak tahu seperti apa pria yang akan dijodohkan denganku," desahku