Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
["Karena kamu. Istriku meninggal."]["Sehari saja apa kamu tak bisa duduk diam di kamar?"]Gadis kecil bermata hansel itu hanya tertunduk diam saat sang ayah memarahinya. Penyebabnya hanya satu, ia memecahkan vas kesayangan hadiah dari raja untuk ayahnya. Bukan karena disengaja, tetapi lantainya licin sehabis dibersihkan oleh para pelayan.["Kamu selalu saja membuatku kesal dan marah."]Satu sosok yang sebagian orang menganggap ayah adalah seorang pahlawan dan cinta pertama putrinya, hal itu tak berlaku bagi gadis kecil tersebut.Pria yang dipanggilnya ayah itu tak pernah sekalipun memanjakan atau menyayanginya. Hanya bentakan ataupun tatapan dingin yang selalu ditujukan padanya.["Kalau saja kamu tak pernah ada di sini."]Beberapa penggalan kalimat itu menjadi andalan sang ayah ketika memarahinya, ia tak tahu apapun dan tak bisa bertanya mengapa sang ayah begitu emosi kepadanya. "Nona, kita makan yuk." Sang pengasuh yang sudah dianggapnya ibu mengajak makan. Sejak tadi pagi hingga s
Pria berwajah blasteran Asia dan Amerika itu terlihat menghela napas panjang. Ia tahu perdebatan ini tidak akan menemukan titik terangnya. Percuma baginya untuk mendengar keluhan lelaki tua yang terus menggerutu."Jika tahun depan kau tak menikah juga maka ayah akan mencarikanmu jodoh," tutur seorang ayah kepada anak lelakinya."Apa yang kau tunggu, Kak?" tanya sang adik dengan memakan kue muffinnya."Aku akan mencari istriku sendiri. Kalian tidak perlu mencampuri urusanku." Lelaki itu segera beranjak meninggalkan ayah dan adiknya.Di usianya sudah hampir memasuki kepala tiga, Ken belum jua mendapatkan jodohnya. Tak ada satupun gadis yang cocok dengannya, banyak dari mereka yang ingin dinikahi oleh Ken. Namun Ken selalu menolak, tak ada getaran dari hatinya. Ia ingin mencari sendiri cintanya. "Kalau kamu tidak mau ayah carikan. Maka ayah terpaksa menyuruh pamanmu mencarikannya. Maka kamu tidak akan bisa menolak!" teriak sang ayah dengan tegas.Meskipun sang ayah sudah menyebut nama
Namaku Eleanore semua orang memanggilku dengan El. Sejak kecil hidupku sudah diatur dengan tata cara kerajaan. Paman Pedro adalah menantu dari kerajaan yang ada di negara ini. Aku dibesarkan tanpa mengenal seorang ibu. Kata kakak pertamaku, ibu meninggal saat melahirkan di usia yang tidak begitu muda lagi. Ibu pemain harpa yang terkenal di masanya. Sejak ibu meninggal ayah tidak pernah mengijinkan siapapun untuk memainkan alat musik itu. Ayah tidak pernah dekat denganku. Aku tidak tahu apa yang menjadi sebab ayah tak pernah mau mendekatiku. Apakah ayah begitu membenciku? Apa aku yang menjadi sebab ibu meninggal?Di kastil ini yang disebut rumah bagiku adalah pemberian raja untuk ayah karena jasanya. Ayah adalah perdana menteri kepercayaan raja. Apakah aku beruntung bisa hidup dengan segala kemewahan di kastil ini? Tidak. Aku justru membenci tempat ini di mana semua serba diatur. Aku memiliki dua pengawal pribadi yang setia menemani kemanapun aku pergi. Bukan itu yang kuinginkan. Aku