Home / Romansa / ELEGI WANITA KEDUA / KENYATAAN PAHIT

Share

KENYATAAN PAHIT

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-03-15 22:40:36

Setelah mobil keluar dari hotel. Amelia terpaksa berputar, hanya untuk menghindari Adrian.

"Kenapa hari ini aku bener-bener sial banget?"

Berulang kali Amelia memukul setir mobilnya. Setelah jalan memutar. Mobil Amelia kembali masuk ke dalam halaman hotel. Di parking valley seorang petugas Valley sudah menyambutnya. Amelia segera turun di depan pintu utama hotel.

Dengan bergegas Amelia yang kesal segera masuk menuju lift hotel. Tampak dari raut wajahnya terlihat sangat lelah. Lelah hati dan pikiran yang menghunjam dirinya.

Dia menekan angka lima. Terdengar ponsel yang berdering.

"Dita?"

Buru-buru dia menerima panggilan dari anaknya.

"Dita Sayang."

"Mama di mana? Semua udah pada kumpul di rumah Budhe. Om Romy sama Tante Salsa juga sudah datang Ma."

Deg!

Ada desir kepedihan yang menyelinap dalam dirinya saat ini. Bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Amelia tak langsung menuju kamar. Dia memilih berdiri di sudut lantai lima. Dengan dinding yang terbuat dari kaca.

Sepintas Amelia bisa melihat pemandangan kota Semarang dari atas. Sesekali terdnegar hembusan napasnya.

"Ehhh, Mama kayaknya malam ini enggak bisa ke sana Sayang. Bisanya besok pagi, gimana? Mama capek buanget. Apa Dita ingin tidur di hotel juga?"

Hening tak ada suara. Membuat Amelia kebingungan.

"Dit ... Dita Sayang! Jangan marah dong!"

"Dita enggak marah. Aku memang ingin bicara sama Mbak!"

Tiba-tiba terdengar suara Romy. Membuat jantungnya berdetak lebih kencang.

"Berikan HPnya pada Dita, Rom!"

"Nanti dulu, Mbak. Aku ingin bicara!"

"Apalagi yang ingin kamu bicarakan?"

"Banyak! Apa kamu kira dengan pernikahan ini aku bahagia Amelia?!"

Wanita cantik itu pun terdiam. Mereka berdua kini saling diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Tolonglah aku Romy! Bahagialah dengan Salsa. Dia istri kamu sekarang. Hubungan kita sudah berakhir. Iya 'kan?"

"Siapa bilang?!" sentak Romy Pradipta.

"Rom, please kasihan istri kamu. Lagian aku enggak mau jadi wanita kedua dalam hidupmu. Kamu tau aku 'kan Rom. Permasalahan aku yang segudang. Aku enggak mau menambah masalah lagi."

"Tapi--"

"Sudahlah Rom. Hubungan kita sudah berakhir. Benar yang dibilang Mbakyu Maya. A-ku ini enggak pantas buat kamu. Mengertilah Rom ...," ucap Amelia dengan suara yang terisak.

Dengan cepat dia mematikan ponsel. Lalu memasukkan ke dalam tas. Langkahnya cepat berjalan dan tanpa melihat ke arah kanan. Amelia menabarkan seseorang.

Bruuukkk!

"Ups! Maaf," ucap Amelia tanpa melihat siapa yang ditabrak.

"Kamu?"

Saat mendengar suara itu. Sontak Amelia berbalik. Dia melihat sosok Adrian sudah berdiri di hadapannya dengan mata yang terbelalak.

"Jadi, kamu juga di hotel sini?"

"Maaf!"

Amelia pergi meninggalkan Adrian yang tersenyum lebar.

"Apa kamu enggak ingin KTP kamu?"

Seketika langkahnya terhenti. Dengan tangan mengepal, dia kembali berbalik. Menahan rasa geram dalam hatinya.

"Mana sekarang?"

"Kamu di kamar nomer berapa? Lima satu ya?"

Tak ada jawaban yang terdengar. Amelia menatap tajam Adrian dengan raut wajah menahan kekesalam. Entah karena Adrian atau Romy?

"Mana KTP aku?"

Tampak Adrian mengambil sesuatu di saku kemeja. Lalu menyodorkan pada Amelia.

"Nomer HP kamu sudah aku save. Pasti aku akan hubungi kamu soal pembayaran ganti rugi kerusakan mobil aku. Oke, Non?"

"Terserah!"

Bergegas Amelia meninggalkan Adrian, yang begitu memesona bagi setiap wanita yang memandang dirinya.

"Ameliaaa ...," desis Adrian.

Pandangan matanya masih mengekor pada tubuh wanita cantik itu, hingga menghilang di balik pintu kamar.

"Kamu di kamar itu. Hemmm ... nanti malam akan aku ajak makan keluar. Pasti dengan setengah paksaan, dia akan mau," bisik Adrian terkesan licik.

Sedangkan di dalam kamar. Amelia melempar tasnya ke atas kasur. Dia pun merebahkan tubuhnya yang sangat penat dan letih.

"Ahhhh ...."

Tatap matanya menerawang jauh. Memandang langit-langit kamar. Bayangan sosok Romy Pradipta tak mudah begitu saja dia lupakan. Bagai masih terngiang ucapan kakak iparnya, Maya.

"Bagaimana bisa kamu menjalin hubungan sama anakku Amelia? Dia itu keponakan suami kamu! Biarpun adik aku sudah meninggal, yo enggak pantes kamu menjalin hubungan sama Romy. Apa kata keluarga besar kita. Kata teman-teman, tetangga, dan saudara jauh kita? Pikirkan itu semua Amelia!!!"

"Aaaaahhh! Aku yang salah. Aku benar-benar salah!" isaknya lirih.

Tanpa terasa air mata itu kembali menetes. Untuk yang kesekian kali. Kedua tangannya meremas kuat seprai putih.

Sekian detik berlalu. Tangisannya meledak. Himpitan perasaan yang melesak ke palung hati terdalam. Seakan menyeruak. Menempati dinding-dinding hati yang kosong. Yang kini kian terasa hampa.

*

Kalian penyuka genre horor/ misteri baca juga cerita KUKU BU SAPTO dan GEISHAKU KARMILA cerita yang sangat menarik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Natalia Luis Naik0
Si Amelia ju bodoh orng nikah mash mau mikir
goodnovel comment avatar
FastLand
seruuuu banget. gk nyangka kereen mbak gk kalah ambek horor🤗😍
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ELEGI WANITA KEDUA   BULAN MADU

    “Saya terima nikahnya dan kawinnya Amelia Pratiwi binti Assobri dengan maskawinnya tersebut, tunai karena Allah.”Suara Adrian terdengar tegas dan lantang."Sah?!" teriak penghulu. Disambut dengan jawaban serempak para undangan yang hadir, "Sah!""Alhamdulillah, Tabarakallah. Aamiin."Kali ini perhatian kembali tertuju pada pasangan pengantin Adi Hermansyah dan Salsa Munandar.“Saudara Muhammad Adi AlQorni bin H. Ahmad Komarudin. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Salsa Munandar, dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat dan uang seratus juta, tunai!”“Saya terima nikahnya dan kawinnya Salsa Munandar binti Munandar, dengan maskawinnya yang tersebut, tunai karena Allah.”"Bagaimana, sah?""Sah!!!""Alhamdullillah." Rumah Maya dan Hartono terdengar riuah dengan ucapan doa yang penuh kebahagiaan. Begitu juga terpancar dari wajah-wajah penuh cinta dan kasih sayang.

  • ELEGI WANITA KEDUA   MENUJU PERNIKAHAN

    _Dua bulan berlalu_Sejak kematian Romy Pradipta. Membawa duka yang mendalam bagi Maya dan Hartono. Begitu juga bagi Salsa dan Amelia. Walau pernah menoreh luka bagi mereka. Namun, anak yang dititipakan oleh Romy, membuat Salsa dan Amelia akan selalu teringat padanya.Hingga Maya dan Hartono meminta pada Salsa dan Amelia untuk melangsungkan pernikahan mereka di Semarang. Secara bersamaan. Walau awalnya Adrian menolak, pada akhirnya dia mencoba untuk mengerti.Karena bagi Amelia, Maya dan Hartono satu-satunya keluarga bagi dirinya. Tepat di hari jumat akad nikah akan dilangsungkan. Tak ada acara besar, atau pun pesta meriah. Karena baik Amelia maupun Salsa tak menginginkan hal itu.Pada hari kami pagi. Amelia beserta Adrian dan Dita serta Rini sudah berada di hotel yang tak terlalu jauh dari rumah Maya. Dia meletakkan kebaya pengantin milik Renata dulu. Mengusapnya perlahan dari ujung leher hingga ujung paling bawah."Ren ... mungkin aku tak p

  • ELEGI WANITA KEDUA   ANUGERAH TERINDAH

    "Maaa ... Mama!""A-ada apa, Sa?""Perut Salsa kok sakit ya, Ma?""Sa-sakit gimana?""Sepertinya mau melahirkan, Ma.""Haaahhh?!"Maya pun kelihatan panik. Dia memanggil beberapa saudara dan kerabatnya. Untuk segera mengantar Salsa ke rumah sakit terdekat."Sa, semisal menunggu Papa pulang gimana?""Salsa udah enggak kuat, Ma. Kok sakit banget.""Apa pakaian semuanya sudah kamu siapkan?""Sudah, Ma. Di kamar."Maya berjalan cepat menuju kamar. Dia mengambil tas yang ada di atas kasur. Sesaat Maya terpaku dalam diam. Selintas kenangan Romy masih membayang di matanya. Terbayang saat dia masih sakit dan terbaring di atas kasur."Haahhh! Ya Allah, anakku Romy!" desahnya.Teringat akan Salsa yang kesakitan. Buru-buru dia keluar kamar."Sa, ayo aku gandeng!" Salsa yang tak bisa jalan cepat, dibantu Maya berjalan ke luar rumah. Dari arah dalam Bulek Titut berlari ke arah mereka."Bulek!

  • ELEGI WANITA KEDUA   ADA KEMATIAN ADA KEHIDUPAN

    Sengaja Adrian tak langsung memberitahukan kematian Romy, pada Amelia. "Bapak Adrian!" Segera dia mendatangi seorang perawat. "Silakan Bapak kalau mau ke kamar Bu Amelia. Baru saja dipindah kamar." "Baik, Sus. Di sebelah mana Sus?" "Bapak lurus dan belok kanan. Ada Pavilium mawar nomer 2, itu kamar Bu Amelia." "Maksih, Sus." "Sama-sama." Adrian menghampiri Dita dan Rini. "Ayo ke kamar Mama, Dit!" "Mama sudah di kamar?" "Sudah!" tegas Adrian. Mereka mengikuti langkah lebar Adrian yang berjalan mendahului. Pintu kamar terbuka lebar. Seorang perawat masih membantu Amelia pindah ranjang. "Nanti jangan terlalu banyak gerak dulu ya Bu. Besok pagi, kita rangsang ASInya buat Dedek bayi." "Iya, Sus." Amelia masih terlihat lemah. Wajahnya terlihat kuyu dan lelah. "Dita, adek kamu cowok apa cewek?" "Cowok, Ma." Amelia tersenyum senang. "D

  • ELEGI WANITA KEDUA   KEMATIAN

    Pandangan Romy terlihat bersinar terang. Tak lagi hampa dan kosong, seperti sebelumnya."Mas Rom! Mas Romy bisa dengar Salsa?"Namun, Romy seperti tak mendengar. Dia masih menggerakkan tangan perlahan. Terus membelai, entah apa yang ada dalam pandangannya saat ini. Sembari senyum yang tak lepas dari wajahnya."Rooom, ini Mama Nak. Coba lihat Mama, Sayang!"Namun tak ada respon yang ditunjukkan Romy. Dia terus memandang ke atas. Maish terus tersenyum.Tiba-tiba, seisi kamar terkejut dibuatnya. Mereka sampai tak percaya setelah sekian lama, tak mendengar Romy bicara."Amel ... Amelia," desis Romy. "Amelia ... Amelia."Romy terus menyebut nama Amelia terus menerus."Salsa, co-coba kamu telponkan Amelia. Mungkin dia ingin mendnegar suaranya.""Ba-baik, Ma."Saat Salsa mengambil ponslenya. Terdengar Romy yang terbatuk-batuk, hingga muntah darah. Membuat semua terperanjat."Dok! Kenapa Romy?""

  • ELEGI WANITA KEDUA   KELAHIRAN

    Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Kontraksi yang dirasakan oleh Amelia, intervalnya mulai teratur. Sakit yang dia rasa berkisar 30 sampai 70 detik."Adrian kayak ada yang merembes di kaki aku.""Haaahhh?!!!" Adrian tersentak. Sekilas dia melihat pada bagian perut kebawan yang tampak basah. "Tenang, Mel." Wajah Adrian semakin tegang. Dia terus membunyikan klakson agar mobil di depannya memberikan ruang untuk dia lewat."Mama enggak apa-apa ya Om?" tanya Dita ikut panik."Enggak apa-apa Dita. Semua jangan ikutan panik kayak Om ya.""Mas Adrian jangan panik dong. Kita jadi ikutan cemas juga," sahut Rini, smabil mendekap Dita. Yang ikut panik."Enggak apa-apa, mulesnya mulai berkurang kok," lanjut Amelia. "Adrian, nanti aku minta tolong.""Apa?""Tolong adzankan anakku ini.""I-iya, Mel. Aku udah siapin soal itu.""Makasih, Adrian."Hampir dua puluh menit perjalanan. Mobil memasuki pelataran parkir ru

  • ELEGI WANITA KEDUA   KETEGANGAN

    Dalam kepanikan mereka, Salsa memberi kabar kalau Dokter Helmi akan datang ke rumah."Dia langsung ke sini, Sa?""Iya, Ma. Kata Dokter mungkin sepuluh sampai lima belas menit.""Ya, udah kalau gitu, kita tunggu."Hartono yang cemas, hanya bisa mondar mandir di dalam kamar Romy. Sedangkan Maya semakin gelisah dengan suhu tubuh Romy yang masih tinggi. Tak lama, Salsa masuk membawa Dokter Helmi ke kamar."Ohhh, syukurlah Dok. Saya udah cemas sekali.""Biar saya periksa dulu!""Dari tadi, Romy enggak bangun-bangun Dok," ucap Salsa kalut. Sedari tadi dia meremat jemari tanganya yang dingin. Lalu menghampiri Maya yang hanya bisa bungkam."Kita harus bawa ke rumah sakit. Ini Mas Romy bukan cuman tidur biasa.""Maksud Dokter?" tanya Hartono mengejar."Saya masih belum bisa pastikan, Pak Hartono. Cuman kalau di rumah sakit, Mas Romy bisa terbantu dengan obat yang masuk lewat selang infus. Saya yang langsung tangani di sana

  • ELEGI WANITA KEDUA   PANAS TINGGI

    Langkah Salsa bergerak cepat menuju arah kamar. Sekilas dia mendapati Maya yang menangis di ruang tengah. Sedang ditenangkan oleh Hartono."Kamu mau ke kamar, Sa?""Iya, Pa.""Panggilah Yono, biar dia yang angkat di atas kasur.""Baik, Pa."Maya masih terlihat sesenggukkan."Memangnya kamu ini kenapa sih, Ma?""Aku sedih, Pa. Barusan aku telponan sama Amelia. Mama jadi merasa semua ini salah kita.""Hussst! Apa maksud Mama bilang kayak gitu?"Bukan malah tangisannya berhenti. Maya semakin terisak, hingga beranjak pergi meninggalkan Hartono yang ikut sedih. Maya melangkah cepat menuju kamar. Diikuti oleh Hartono.Maya menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Menelungkupkan wajahnya di bantal."Maksud kamu tadi apa, Ma?""Mungkin ini teguran buat kita juga, Pa. Terlalu memaksakan kehendak kita, pada Romy.""Bukan, Ma. Mama jangan merasa bersalah kayak gitu.""Entahlah Pa. Mama merasa bersala

  • ELEGI WANITA KEDUA   TELEPON AMELIA

    Selepas kepulangan Adi, tampak Salsa masih berdiri termenung di depan pagar. Dia menoleh pada taman samping rumah. Sepertinya Maya sedang mengajak Romy jalan-jalan. Bergegas Salsa mengejar langkah mereka."Ma ... Mama!""Ehhh ... kamu kok nyusul ke sini?""Iya, Ma. Mas Adi sudah pulang kok.""Ka-kamu ... apa mencintai dia?"Wajah Salsa memerah. Dia tersipu saat mendapat pertanyaan itu."Kenapa Mama tanya kayak gitu?""Mama tidak bisa menuntut apa pun dari kamu, Sa. Kebaikan yang kamu berikan pada keluarga kami, itu tak ternilai buat Mama. Sama Papa juga. Apalagi cinta dan sayang kamu pada Romy masih terlihat nyata di mata Mama."Salsa langsung memeluk wanita itu dari samping."Maafkan Salsa, Ma. Yang mungkin enggak bisa selamanya menemani Mas Romy.""Mama tahu, Sa. Dan sangat paham sekali.""Makasih atas semuanya ya.""Iya, Ma. Salsa juga makasih sama Mama, yang mau menganggap Salsa anak sendiri."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status