“Jack, cepat putar balik truk ini! Kita harus secepatnya pergi,” seru Bomba yang ikut menemani malam itu.
“Tidak, kita harus bisa menangkap beberapa hewan sesuai perintah Bos Edhi,” kata Holdan yang juga ikut menemani Jack.“Kalau begitu kau saja yang mati dimakan hewan buas itu!” Bomba melotot.“Hei hei, memangnya ada apa? Ini hanya mati lampu biasa,” sahut Jack.“Kita tidak akan mati. Tidak ada yang boleh mati diantara kita.” Kemudian Holdan membuka box memanjang tempat kasur di belakang kursi berasa di bagian kabin. Ia mengeluarkan beberapa senjata yang disembunyikan.Bomba tercengang melihat apa yang dibawa Holdan. “Darimana kau....”“Bos Edhi telah mempersiapkan ini semua.” Holdan memotong sambil memasang beberapa peluru pada senapan bius. Lalu memasukkan persediaan peluru bius pada wadah bening berbentuk persegi.Kemudian Holdan memberi senapan laras pendek pada Bomba dan Jack. “Selipkan senapa“Paman Hery... itu pasti Paman Hery. Ayo lebih cepat, Jerry.” Di awal perkataan suara Ellia begitu keras memanggil Paman Hery. “Bagaimana kau bisa yakin sekali bila itu Paman Hery?” “Entahlah, tapi aku sangat hapal dengan suara Boni.” “Boni?” “Iya, Boni. Dia kuda yang selalu menemati Paman Hery patroli malam.” “Oooh, aku rasa....” “Ah, benar itu Paman Hery. Lihat itu ia membawa sesuatu yang terang. Mmm mungkin itu lampu pijar.” “Baik, aku akan mengalahkan desir angin.” Jerry pun semakin kencang berlari dan berkelit dari hewan-hewan buas. “Oh tidak, Jerry berhenti. Kau menabrak sesuatu.” Jerry pun mendadak berhenti berlari. Dengan nafas menggebu ia bertanya, “Ada apa Ellia?” Tiba-tiba Ellia turun dari atas pelana di punggung Jerry. Sontak Jerry melarang keras. Namun, Ellia malah menjawab enteng, “Tenang saja Jerry, mereka sahabatku.” Kedua alis Jerry ter
Jack menginjak pedal rem kuat-kuat ketika truk yang dikemudikannya hendak menabrak seekor kuda putih yang melintas. Akibatnya rangkaian kontainer saling bertubrukan dan menimbulkan suara gaduh di malam itu.“Oh, untunglah truk ini tidak terguling,” ucap Jack dengan cucuran keringat. Kemudian ia kembali terkejut, dan melanjutkan, “Tapi apa tadi? Aku melihat... seekor kuda dan....”“Ah, seseorang!” Jack lekas membuka jendela kaca samping truk. Lalu dilihatnya kepungan gelap di luar truk.“Tak ada siapapun,” lirihnya. Ia pun menghentakkan tubuhnya pada punggung kursi dengan debaran hebat pada jantungnya.“Tapi aku melihatnya. Seorang wanita di atas kuda putih. Apa ini cuma halusinasiku?” Kemudian Jack mengintip kaca spion luar dengan jantung berdebar. Namun, ia tak melihat hewan-hewan buas yang tadi mengekor bahkan mengejar truk ini.“Jangan-jangan, i
“Jika itu benar, maka ini tak bisa dibiarkan.” Paman Hery pun memutar otak.Pikirnya, benar kata Ellia. Pemburu-pemburu itu adalah musuh utama, bukan hewan-hewan kebun binatang ini. Paman Hery meminta Romi mengabarkan pada para Security di pos jaga di empat penjuru untuk bersiaga penuh dan memastikan pintu gerbang tertutup rapat.“Perintahkan pada mereka untuk mengecek kesiapan senjata dan berjaga lebih ketat di tiap-tiap pintu gerbang. Karena kebun binatang ini telah disusupi oleh pemburu yang mengincar hewan-hewan kebun binatang.”“Siap,” jawab Romi, lalu lekas menunggang kuda dan memacunya ke pintu-pintu gerbang yang berjarak sangat jauh antara pintu gerbangnya.Namun, tetiba Paman Hery bergeming di bawah sinar bulan. Di kepalanya terlintas ucapan Mrs. Vaeolin beberapa waktu yang memaksa memberikan jam pasir kuno. “Kau tetap harus memberikan jam pasir itu. Atau kebun binatang ini akan le
“Kau yakin rencanamu itu berhasil, Ellia?” tanya Jerry.“Aku tidak tahu. Mmm mungkin itu bukan cara yang tepat. Tapi, semoga saja mereka jadi merasa terancam dengan mengetahui bahwa di Planet Zoo ada yang mengawasi perbuatan mereka,” jawab Ellia.“Aku pikir mereka ketakukan.” Usai membuang nafasnya, Jerry melanjutkan, “Lihatlah yang dilakukan pemuda itu ketika melihat kita. Ia seperti melihat hantu.”Tawa pun menyusul dari mulut lebar Jerry. Sehingga suaranya menerbangkan burung-burung yang terkaget-kaget. Sontak Jerry membungkam mulutnya sendiri seraya menghentikan langkah.“Harusnya kau tidak perlu tertawa, Jerry.” Ellia menepuk keningnya.Dan tiba-tiba saja Jerry mematung. Sementara kedua telinganya spontan bergerak-gerak. “Sssttt.”Elli lekas menutup mulutnya sambil mengamati sekitar. Kemudian, berbisik pada Jerry, “Apa
Edhi dan anak buahnya begitu terkejut dengan ledakan yang terjadi. Kini, di hadapan mereka, seorang laki-laki berdiri menghadang. Tepat di depan kobaran api, beberapa meter di depan kepala truk kontainer. Pikir Edhi dan 4 anak buahnya, ledakan yang terjadi pasti disengaja oleh laki-laki yang mereka lihat malam itu.“Kita bunuh dia,” Mike lekas membuka pintu.Namun, Edhi menahannya. Ia tak mengijinkan seorang pun dari anak buahnya keluar dari mobil.“Jangan ada yang keluar dari mobil,” kata Edhi.“Bagaimana jika....”“Holdan tak akan keluar, bila kita tidak keluar. Kita lihat dulu apa yang akan dilakukan laki-laki itu.”“Ini sangat mudah, hanya menyingkirkan satu orang,” sahut Bomba.“Bagaimana dia bisa tahu keberadaan kita?” lirih Edhi.Lindhan pun menjawab, “Mungkin dia mendeteksi dari suara sirene mobil ini,
Hingga tengah malam aliran listrik di kebun binatang Planet Zoo tak kunjung mendapat perbaikan. Akibatnya, kebun binatang yang seluas hutan raya itu tampak gelap. Di luar kebun binatang orang-orang yang berlalu lalang silih bertanya, mengapakah Planet Zoo tiba-tiba memadamkan lampu untuk waktu yang lama? Apakah ada satwa yang lepas sehingga lampu sengaja dipadamkan?Sementara di empat penjuru masih dijaga oleh para Security yang bersiap menghadang para pemburu, di dalam kebun binatang kobaran api menerangi satu titik di lintasan kandang satwa. Di sana Paman Hery berhadapan dengan para pemburu satwa dari Geroges Hat.Tiba-tiba garis kaku yang mengikat wajah Paman Hery mulia terurai. Sambil tersenyum bahkan tertawa Paman Hery balik bertanya, “Jadi kau mencari jalan keluar?”Lalu dijawab sendiri oleh Paman Hery, “Tentu saja aku bisa membantumu keluar dari kebun binatang ini lebih cepat.”Edhi pun menyambut deng
“Perhatian, tidak ada warga yang melewati police line. Atau kami akan bertindak tegas.” Pengumuman tegas dari petugas Polisi pada warga Westinhorn yang terus merangsek mendekati benteng beton kebun binatang Planet Zoo.Warga yang berkerumun dipaksa mundur oleh personil Kepolisian. Akibatnya kericuhan terjadi lantaran warga kecewa tak dapat menyaksikan huru hara di dalam Planet Zoo. Walaupun mereka mengetahui tindakan mereka itu berbahaya, namun rasa ingin tahu mengalahkan rasa takut dalam diri mereka untuk sementara.“Hei, ayolah, kita hanya ingin melihat saja. Bukan berbuat onar!” ujar Wody, warga Westinhorn yang sengaja mendatangi kebun binatang sejak pagi buta.“Ah, sudahlah. Mungkin mereka benar. Mereka hanya tak ingin terjadi sesuatu yang mengerikan pada kita,” sahut Lionel.“Benar, satwa-satwa liar bisa saja menerobos keluar benteng Planet Zoo. Lalu menerkam kita,” tambah
Ellia membuka mata perlahan begitu udara hangat menyentuh wajahnya. Dan udara itu adalah hembusan nafas Jerry dari dua lubang hidungnya. Jerry pun menyingkapkan rambut pirang yang menutupi wajah Ellia. Hangat ia rasa ketika Jerry mengendus-endus hidungnya pada telapak tangannnya. Jerry pun menyingkirkan gumpalan es yang halus, yang sering disebut salju, dari tubuh Ellia. Ketika Jerry mencari sesuatu untuk menghangatkan tubuh Ellia, tak disangka Ellia membuka kedua mata. Pusing yang hebat mendera kepalanya. Ia pun bangun sempoyongan sambil mendekap kepalanya dengan kedua tangannya. Jerry lekas kembali begitu melihat Ellia telah tersadar. Ia lekas membentangkan jaket biru pada tubuh Ellia. Pikir Jerry, entah itu jaket siapa, apalagi di tempat seperti ini yang sepertinya tak ada satu pun manusia, yang terpenting jaket itu berguna juga. “Apa ini, Jerry?” tanya Ellia dengan samar-samar melihat seperti kain tebal menyelimuti tubu