แชร์

ENAK, PAK DOSEN!
ENAK, PAK DOSEN!
ผู้แต่ง: OTHOR CENTIL

1. One Night Stand

ผู้เขียน: OTHOR CENTIL
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-14 00:06:59

“Eumh … kenapa diam saja? Ayo kita ke kamar dan ber-cin-ta! Apa kau bisa memberiku uang setelah ini?” racau Diana sambil mengalungkan tangan kepada pria asing yang ada di lorong itu.

“Berapa yang kau minta?”

Bagai kucing diberi ikan, siapa yang akan menolak? Meski pria ini tidak mengenal wanita yang tetiba memeluknya, tapi hasrat bergelora dalam dirinya tak bisa ditahan.

“Tidak banyak! Hanya … 10 juta. Dan kau tahu, aku masih perawan! Ha ha! Kau pasti suka, ‘kan? Bagaimana kalau kita ke dalam sana. Kau tahu, milikku sudah … basah ….” Bibir tipis Diana menggumam, cekikikan dan tatapannya sayu karena dia menenggak alkohol begitu banyak.

Sedangkan pria yang ada di depan Diana tadi menyeringai. Dia baru saja meeting dengan seseorang di bar ini dan memesan minuman.

Ternyata, minuman itu itu mengandung obat perangsang. Dan sialnya, dia tak dapat menahan semua itu.

Dia juga butuh penyaluran hasrat. Kalau ada yang menawarinya untuk bermalam bersama, kenapa tidak? Lagi pula, nominal 10 juta bukan nominal yang besar untuknya.

“Baiklah kalau kau hanya meminta nominal itu. Kuharap kau tidak menyesal setelah ini, Nona,” kata pria itu sambil mendorong Diana masuk ke dalam kamar yang telah dipesankan rekannya.

“Aku tak akan menyesal. Silakan lakukan sesuka hatimu, aku milikmu malam ini!” kekeh Diana yang semakin membakar hasrat pria itu malam ini.

Sambil terkekeh, telapak tangan Diana mengusap tonjolan keras di celana. Dan tanpa sadar dia meracau, “Aku juga ingin tahu. Pria tegap dan gagah sepertimu apakah memiliki ukuran yang panjang dan besar? Satu lagi … aku juga ingin tahu. Apakah kau memiliki durasi ber-cin-ta yang lama atau tidak? Kurasa … mungkin hanya sepuluh menit!”

“Damn! Kau merendahkanku? Oh, baiklah kalau begitu! Aku akan mencobanya! Jangan menyesal kalau kau tak bisa berjalan setelah ini, Nona! Akan kupastikan milikmu bengkak besok pagi!” maki pria itu dengan kesal.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, pria itu segera membopong tubuh wanita cantik dengan tinggi 165 cm ini, lalu membawanya ke dalam kamar yang dipesan rekannya.

Ia tak berbuat lembut sedikit pun!

Begitu sampai di dekat ranjang, ia hempaskan tubuh itu ke atas ranjang.

“Ah! Kau kasar sekali, Tuan! Bisakah saat bermain nanti kau juga memperlakukanku seperti ini? Oh, … f*ck me hard!” racau Diana sambil merintih dan berkata yang tidak-tidak.

Sejenak, pria itu memandang Diana sekilas. Ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik. Setelah menghempaskan benda berwarna abu-abu gelap itu sembarangan ke lantai, barulah ia melepaskan kemejanya.

Kancing kemeja satu per satu terlepas, memperlihatkan pemandangan yang memanjakan mata.

Otot-otot kekar terpampang jelas, hasil kerja keras di gym. Bisepnya meliuk indah saat ia mengangkat tangan, menunjukkan definisi yang sempurna.

Rahangnya tegas, terpahat dengan ketampanan yang sangat alami khas pria pribumi.

Mata cokelatnya memancarkan intensitas yang membuat jantung berdebar. Rambut hitamnya lebat dan sedikit berantakan, menambah kesan maskulin.

Alisnya begitu tebal, membingkai tatapan tajam yang menusuk. Penampilan yang membuat siapa pun akan terpana, tak terkecuali Diana yang langsung menubruknya tadi.

Setelah itu, pria ini memperhatikan wanita di atas rangjang yang bergerak bagai cacing kepanasan.

Bagaimana tidak? Kemungkinan wanita itu juga terpengaruh obat perangsang.

Sekian lama memindai tubuh Diana atas sampai bawah.

Satu kata … cantik dan seksi. Payudara besar, bokong padat berisi dan tubuh ideal.

Damn!

Jakunnya bergerak liar naik dan turun seirama dengan gemuruh di dadanya yang makin menggila setiap detiknya.

Bibir memuji lirih, “Cantik juga wanita ini! Apa dia tidak akan menyesal setelah ini? Oh, apa dia memang sungguh masih perawan?”

Ia memperhatikan wanita itu dengan gelisah. Denyut di organ intinya tak dapat dicegah. Setiap detiknya berkontraksi, ingin sekali langsung menjamah.

Tapi, ia tak akan terburu-buru. Sebelum ia melakukan itu dengan wanita ini, dia harus memastikan apakah wanita ini benar-benar masih ‘tersegel’ atau tidak.

Begitu ia menjatuhkan bobot tubuh ke atas ranjang, ia lihat Diana sudah melepaskan rok mini setinggi 15 cm di atas lutut.

“Ah, gerah sekali! Kenapa kau tidak langsung memberiku penawar! Oh, ayolah! Kumohon, sentuh aku!”

“Sial!” Pria itu berdecak.

Pemandangan indah tersaji di hadapan, membuat sekujur tubuhnya meremang. Terutama di bagian bawah sana, semakin tegak paripurna di antara kedua paha.

Kulit paha putih mulus tanpa cela, celana dalam tipis berendam model g-string, berwarna merah tua yang sangat kontras dengan kulit seputih susu.

Kini, akal sehat pria itu mulai terkikis. Waktu beranjak malam, dan ia harus segera menuntaskan hasratnya detik ini juga.

Lalu, dia jatuhkan tubuhnya di atas tubuh wanita itu, menindih kuat. Jemari kokoh membelai pipi tirus nan cantik, mengenyahkan anak rambut yang berseliweran di dekat wajah.

Kemudian, bibir tipisnya bertanya, berbisik di dekat telinga Diana yang sepertinya sangat sensitif. “Apa kau yakin dengan ini?”

“Ya … asal kau beri aku uang yang banyak, kau bisa memilikiku malam ini! Come on! Aku tidak tahan!”

“Baiklah! Kita akan mulai sesi pertama!”

Bangkit lagi dari atas tubuh Diana, pria itu kembali menegakkan badan di samping ranjang. Tak lupa, ia melepas g-string merah tua milik wanita itu dan terdengar lenguhan manja dari bibir seksi berpoles lipstick merah menyala.

“Ah … cepat masukkan milikmu di sini! Milikku gatal sekali!”

“Tunggu sebentar!” kata pria itu.

Ia kemudian melepaskan celananya begitu saja, mengambil sebuah pengaman dan memasangkannya secara asal.

Kemudian ….

“Ah … sakit!” Diana memekik lirih. Dia mencakar tubuh pria yang ada di atasnya.

Sebuah benda tumpul menerobos masuk, membuatnya memekik dan dirinya terasa sangat penuh.

Pandangannya berkabut efek alkohol yang dia tenggak, pria itu tak jelas wajahnya tapi … sangat tampan.

Maka, Diana menggumam dan meracau guna mengenyahkan rasa sakit yang terasa membelah tubuhnya. “Teruskan … jangan menyiksaku! Oh, God! Milikmu besar sekali! Kau ….”

“Kau ternyata memang masih perawan, huh?”

Sedangkan pria yang berada di atasnya menyeringai. Ia tetap menghentak kuat wanita yang ada di bawahnya tanpa peduli rintihan dan erang kesakitan terucap dari bibir Diana.

Sakit, semua terasa sangat sakit. Namun, semua telah kepalang basah. Diana tak mungkin mundur.

Dia pun akhirnya memohon dengan tatapan sayu pada pria itu. Tak merasakan gerakan apa pun, dia mendesak, “Ah … kenapa kau tidak bergerak? Bukankah aku memintamu melakukannya dengan keras? Atau, … kau justru impoten dan ingin keluar?”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • ENAK, PAK DOSEN!   5. Godaan Maut

    “Apartemennya sudah bersih? Yakin Bapak mau nyuruh saya bersihin ruangan ini? Kelihatannya nggak kotor-kotor banget?”Setelah negosiasi yang cukup alot kemarin, akhirnya Diana datang ke sebuah apartemen elit pemilik Damar yang terletak di pusat kota.Begitu dia masuk, dia disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indah. Semua barang tertata dengan rapi, bersih, dan ... dia bingung harus melakukan apa.“Bukankah kamu yang ingin membersihkan apartemen saya? Saya bahkan hanya ingin kamu mengembalikan uang milik saya!” jawab Damar sambil menghempaskan tubuh di sofa. Dia memperhatikan Diana yang juga menyusulnya dengan wajah cemberut.“Ck! Bapak tahu kalo saya gak bisa ngembaliin uang itu!” gerutu Diana sambil memajukan bibirnya.Damar agak tertarik mengulik kisah wanita itu. Lantas, dia bertanya, “Kenapa? Bukannya nominal 260 juta sangat mudah kamu dapatkan? Kamu anak orang kaya, saya rasa nominal itu sangat kecil bagi seorang putri Atmaja.”Damar sebenarnya merasa amat bersalah karena me

  • ENAK, PAK DOSEN!   4. Budak Di Atas Ranjang

    “Masuk gak ya? Masuk, enggak, masuk, enggak.” Diana menghitung jari jemarinya sambil sesekali menggigiti kuku. Resah!Sejak 2 menit yang lalu telah tiba di depan ruangan dosen barunya itu. Namun, hatinya dilanda gelisah lantaran takut bila pria yang ada di dalam sana akan memangsanya hidup-hidup. “Masuk kena sembur sama si singa, kalo enggak kena DO. Lebih baik masuk, hadapin singanya. Siapa tahu dia mau daging, ‘kan? Di bawah ada daging wagyu, gurih dan legit pula! Siapa tahu, ... itu bisa gue gunain buat pelet dosen killer itu. Lagi pula ... ya wajar aja sih kalau pria di dalam sana marah. Kemarin ‘kan gue nguras 3 kartu kreditnya sampai 250 juta lebih. Ya ampun! Gue emang suka banget berhadapan dengan maut.” Setelah mempertimbangkan matang-matang mengenai apa yang harus Diana lakukan, pada akhirnya dia mengetuk pelan. Ketukan ke tiga kali, hingga terdengar sahutan dari dalam sana. “Masuk!” “Mampus! Dari suaranya yang datar itu, gue udah tahu kalau pria itu benar-benar galak!

  • ENAK, PAK DOSEN!   3. Hukuman

    “Aduh, dia ngenalin gue nggak ya? Kalau sampai dia tahu gue ada di kelasnya, mampus gue!” Diana mencoba menyembunyikan wajahnya di belakang tubuh rekan gemuknya yang ada di hadapan. Dia duduk dengan gelisah hingga membuat Fransiska yang ada di sampingnya nampak terkejut dengan tingkah Diana yang cukup aneh. “Heh, lo kenapa sih? Takut nilai lo jongkok juga sama dosen ini?” tanya Fransiska dengan alis yang mengerut. Tidak pikir panjang, Diana langsung menganggukkan kepalanya begitu saja karena tidak memiliki alasan lain untuk menjawab pertanyaan tersebut. “Ya lo pikir aja! Mata kuliah yang diajarin sama dosen kita sebelumnya aja gue gagal terus karena dia galak! Apalagi, pria di depan sana gak kalah galaknya! Gimana gue gak takut coba? Ini sekali lagi gue gagal, gue bakalan gak lulus mata kuliah ini! Fix! Gue bakalan diamuk sama nyokap bokap gue!” Tidak mengherankan bagi Fransiska, ketakutan seperti ini sudah biasa dia lihat. Maka, dia acuh saja tanpa curiga sedikitpun. Dos

  • ENAK, PAK DOSEN!   2. Pria Itu ...

    “Ah ... ya ampun, sakit banget!” Pagi itu, Diana bangun dengan tubuh yang terasa sangat remuk. Terlebih di are intinya, sangat nyeri.Dia segera bangkit dari tempat tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang. Ketika dia menoleh ke samping, terlihat seorang pria dengan punggung tegap tengah tertelungkup di atas bantal. Rambut hitam lebat pria itu menutupi seluruh wajah. Karena sangat penasaran, Diana pun menyibak rambut itu. “Ya ampun! Apa pria ini baru saja bermalam denganku?” Melihat kondisi sekitar yang sangat kacau, Diana menduga bila dia memang melakukan itu. Seketika, ingatannya berputar ke beberapa jam yang lalu. Seingatnya, dia mabuk dan secara tidak sadar dibimbing oleh seorang lelaki yang baru dikenalnya menuju ke lantai atas bernama Ganendra. Dan ternyata, dia justru bermalam dengan pria asing. Lantas, ke mana Ganendra? Samar-samar Diana mengingat jika dirinya menggoda pria ini semalam dan meminta uang. Jika pria yang ada di sampingnya itu masih tertidur lelap,

  • ENAK, PAK DOSEN!   1. One Night Stand

    “Eumh … kenapa diam saja? Ayo kita ke kamar dan ber-cin-ta! Apa kau bisa memberiku uang setelah ini?” racau Diana sambil mengalungkan tangan kepada pria asing yang ada di lorong itu. “Berapa yang kau minta?” Bagai kucing diberi ikan, siapa yang akan menolak? Meski pria ini tidak mengenal wanita yang tetiba memeluknya, tapi hasrat bergelora dalam dirinya tak bisa ditahan. “Tidak banyak! Hanya … 10 juta. Dan kau tahu, aku masih perawan! Ha ha! Kau pasti suka, ‘kan? Bagaimana kalau kita ke dalam sana. Kau tahu, milikku sudah … basah ….” Bibir tipis Diana menggumam, cekikikan dan tatapannya sayu karena dia menenggak alkohol begitu banyak. Sedangkan pria yang ada di depan Diana tadi menyeringai. Dia baru saja meeting dengan seseorang di bar ini dan memesan minuman. Ternyata, minuman itu itu mengandung obat perangsang. Dan sialnya, dia tak dapat menahan semua itu. Dia juga butuh penyaluran hasrat. Kalau ada yang menawarinya untuk bermalam bersama, kenapa tidak? Lagi pula, nomi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status