Beranda / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 194. Kasihan Kalau Tegang

Share

194. Kasihan Kalau Tegang

Penulis: OTHOR CENTIL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-25 13:00:39
"Sayang, jangan nakal! Kamu lagi sakit, aku gak mau maksa kamu, ya! Aku gak mau ngorbanin kamu hanya karena nafsu!" desis Damar, menarik pergelangan tangan Diana dari bagian bawah kemejanya, tetapi ia melakukannya dengan senyum yang dipaksakan.

"Gak nakal aku, Mas." Diana merajuk, matanya memancarkan rasa ingin tahu yang lucu. “Hanya gemes sama ini kamu yang tegang.”

"Gak nakal apanya? Itu apa raba-raba milikku yang tegang? Udah, jauhin tangan kamu. Aku gak mau berakibat fatal, ya!" Damar berusaha keras terdengar tegas, padahal seluruh tubuhnya bereaksi liar.

"Ya biar tidur, Mas. Kasihan kan kalau tegang begini? Mas pasti juga butuh penyaluran hasrat, ‘kan?" jawab Diana polos, meskipun ada nada genit di dalamnya. Ia yakin, suaminya tidak akan tahan dengan godaan, dan ia tak mau membuat suaminya tersiksa.

Kini, Damar menggelengkan kepala. Ia menyerah pada godaan itu, tapi ia tak menuruti mau Diana yang kemungkinan besar sangat ingin bercinta.

"Udah, gak usah gangguin dia. Bia
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chili Ruhenk
penasaran thor SIAPA yg srh lisa ,,, lanjut dong thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ENAK, PAK DOSEN!   236. Peluh Dan Desah Kenikmatan

    “Ya ampun! Diana? Kamu kenapa di sini?” Damar begitu terkejut melihat kedatangan istrinya yang tanpa disangka-sangka itu. Beruntunglah Damar sejak awal memasang peredam suara di kamar private di belakang tubuhnya itu. Sehingga kini, Diana tidak akan mendengar apa yang Jimmy dan Raline lakukan. Diana tampak memicingkan mata. Gerak-gerik suaminya terlihat mencurigakan. Ia pun akhirnya bertanya karena sang suami tidak menjelaskan apapun, “Loh, Mas sendiri yang kenapa kagetan gitu? Hayo, habis ngapain di belakang sana? Kenapa berkeringat? Mas habis ngapain?” Diana menatap curiga kepada Damar lantaran bisa saja Damar bermain serong dengan karyawatinya. Meskipun Diana percaya 100% kepada suaminya, kalau suaminya tidak akan pernah tergoda, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan perselingkuhan, ‘kan? Ketakutan-ketakutan itu membuat Diana ingin sekali masuk ke dalam ruang privat sana dan

  • ENAK, PAK DOSEN!   235. Siap Dihajar Sampai Lemas

    “Tidak, apa yang akan kamu lakukan, Tuan? Kamu menjebakku?” gumam Raline. Melihat Damar memegang seutas tali, sebuah syal dan lakban, pikiran Raline berpendar ke mana mana. Sejujurnya, Raline ingin beringsut mundur tapi ternyata tidak bisa. Damar menduduki kedua pahanya dan bobot tubuh Damar membuatnya sulit bergerak. “Gak, Tuan! Lepaskan saya! Lepaskan saya!” Raline terus meronta dengan wajah ketakutan. Melihat tali di tangan Damar, ia takut ia akan digantung di sini tanpa belas kasih. Jujur saja, Raline menyesal lantaran ia setuju pada usulan Damar dan obsesinya mengalahkan logika. Damar sendiri tidak mau pergi. Ia tetap menduduki Raline. Kemudian, ia hempaskan benda tadi di samping kepala Raline dan ia pegangi kedua tangan Raline kuat-kuat di kedua sisi kepala. Sebenarnya, di dalam ruangan itu telah Damar siapkan seutas tali, syal, cambuk mini, dan masih banyak lagi alat untuk menyiksa Ralin

  • ENAK, PAK DOSEN!   234. Kasar Dan Buas

    “Jangan menipu saya, Tuan!” Di ambang pintu, Damar menyeringai. Ia tahu Raline ragu. Tapi, ia juga tahu kalau Raline tidak akan menolak. Sejak Raline datang tadi, Damar telah memencet tombol darurat, memanggil Jimmy ke kantornya. Ia yakin, Jimmy akan datang sebentar lagi … untuk ikut menuntaskan masalah ini satu persatu. “Siapa yang akan menipu? Apa ini namanya penipu? Kalau kau ingin, kenapa tidak mengikuti ku?” Dibutakan oleh api gairah dan obsesi, Raline beranjak dari sana. Ia mengikuti damar, membayangkan betapa nikmatnya bercinta dengan pria itu. Saat ia masuk, ia terbelalak melihat damar yang … sudah melepaskan seluruh pakaiannya dan duduk bersandar di ranjang. Pose tubuh Damar begitu memikat dan menggoda. Melirik ke kanan dan ke kiri, Raline bingung. Ini jelas jebakan Damar. Bisa saja Damar menyimpan senjata api, belati tajam, atau bahkan bisa saja menyuntikkan cairan mematikan untuknya.

  • ENAK, PAK DOSEN!   233. Mencicipi Kegagahan

    “What the hell, apa yang kamu pakai itu?” “Apa ada yang salah dengan penampilan saya, Tuan?” Saat Damar mempersilakan seseorang yang mengetuk pintunya untuk masuk, ia justru terkejut dengan orang itu. Itu adalah Raline. Wanita itu datang membawakan nampan berisi cangkir putih yang entah apa isinya. Damar yakin, itu adalah kopi. Karena biasanya di jam 11 seperti ini, ia selalu memesan kopi hitam. Dan yang paling mengejutkan bagi Damar adalah … penampilan Raline yang bisa dikatakan sangat, sangat dan sangat menggugah hasrat. Raline mengenakan kemeja kerja-nya pressbody. Seluruh lekuk tubuhnya terlihat, seperti mengenakan seragam kerja yang kekecilan. Dan bahkan kancing di bagian dada seperti ingin terlepas sebab saking tidak muatnya pakaian itu di tubuh Raline, tapi tetap saja dipaksakan. Tidak hanya itu, Raline mengenakan rok pendek span 10 cm di atas lutut. Paha putih mulusnya terekspose. Warna pakaian dan kulit lembut itu seolah menyatu dengan sempurna. Secara tid

  • ENAK, PAK DOSEN!   232. Ular Berbisa Tetap Berbisa Meski Berganti Kulit

    "Nyonya," ujar Jimmy, suaranya tetap tenang dan profesional, "Tuan Damar itu perhatian dengan Anda. Bukan karena beliau dan saya miskin empati, tapi karena kami peduli dengan keselamatan Anda." Jimmy tidak gentar menghadapi tatapan tajam Diana. Ia tahu ia harus menggunakan logika, meskipun Diana sedang dikuasai emosi. Saat Diana terdiam, raut wajahnya menunjukkan keraguan, Jimmy segera menjabarkan alasan logisnya. Ia tahu majikannya ini keras kepala, persis seperti ucapan Damar tadi pagi. "Anda tahu sendiri kalau Aldo suka dengan Anda. Jadi, kami tidak mau mengambil risiko. Tolonglah mengerti, Nyonya. Saya ini bekerja, dan pekerjaan saya harus memastikan Anda selamat dan aman." Tiba-tiba, Diana meledak. Semua rasa syok, marah pada debt collector, dan kekesalan pada kecemburuan Damar ia tumpahkan pada Jimmy. "Kalau kamu bertugas memastikanku aman dan selamat," bentak Diana, matanya memerah menahan tangis dan a

  • ENAK, PAK DOSEN!   231. Pintar Mengadu

    Usai mencolokkan flashdisk ke laptop miliknya, Jimmy kembali menunjuk pada layar yang menampilkan tangkapan layar CCTV. "Ini, Tuan." Jimmy memperbesar gambar Aldo. Di sana, terlihat Aldo sedang berjalan santai di sebuah supermarket sejak pukul 9 pagi bersama dua anaknya. Setelah itu, Aldo terlihat mengantar anak-anaknya ke rumah mertuanya. "Aldo berada di supermarket ini sebelum dia pergi ke jalan yang sama dengan Nyonya Diana. Jaraknya hanya dua kilo meter dari lokasi insiden. Jadi, saat itu, dia memang tak sengaja melintas ... setidaknya, itulah yang ingin dia yakinkan pada kita. Tapi, saya juga belum yakin dengan ini." Damar mengabaikan bukti visual itu. Ia tahu kebetulan yang sempurna adalah skenario yang paling mencurigakan. Lantas, Damar melipat kedua tangannya di dada, matanya memandang tajam ke flashdisk di meja, seolah bisa membaca data di dalamnya. "Sudah cek aliran dana Aldo semingg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status