Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 201. Kabar Mengejutkan

Share

201. Kabar Mengejutkan

Author: OTHOR CENTIL
last update Huling Na-update: 2025-10-28 02:22:03

Malam semakin larut saat Damar sampai di rumah. Pikirannya dipenuhi rencana 'kasar' yang baru saja ia susun bersama Frans.

Lalu, ia memasuki kamar utama dengan langkah pelan, berniat langsung mandi dan berganti pakaian kotornya.

Namun, ia dikejutkan dengan pemandangan tak mengenakkan. Istrinya kini bersandar lemas di tembok kamar dekat wastafel, sambil memegangi mulutnya dan menutup hidung.

Damar segera mendekat, rasa khawatir mengalahkan semua amarahnya pada Raline. Dengan langkah tergesa, ia segera menghampiri, "Sayang, ada apa? Kamu kenapa? Pusing?"

Dengan pandangan berkabut, Diana menoleh pada Damar yang baru datang. Ia makin benci dengan bau anyir yang Damar bawa.

"Gak tahu, Mas. Aku mual," lirih Diana mengadu.

Lantas, Damar berjongkok, hendak menolong dan menyentuh punggung istrinya. Isi kepalanya sudah dipenuhi dengan praduga liar.

"Ya ampun! Mual? Mual kenapa?"

“Gak tahu! Mual aja gitu tiba-tiba.” Diana menggeleng lemah.

Bukannya membiarkan Damar mendekat untuk menolongnya
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • ENAK, PAK DOSEN!   230. Masih Curiga

    “Tapi, Aldo bagaimana, Mas?” tanya Diana, suaranya kini terdengar lirih memohon dan khawatir. Matanya masih menoleh ke arah lampu ruang operasi, seolah ia benar-benar merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Aldo. Menurut Diana, sikapnya ini masih biasa saja. Tak tahunya, suaminya yang cemburu akut itu tak mau menerima ini. Padahal, ia hanya khawatir pada Aldo, itu saja! Kini Damar menggerakkan rahangnya. Urat di pelipisnya menonjol, menahan amarah dan kecemburuan yang mendidih. Ia telah mencapai batasnya. Kemudian, Damar mengungkapkan kekesalannya dengan nada suara yang tak enak. "Kamu mau ikut aku ke dokter obgyn atau stay di sini menunggu dia, hah?" Damar menunjuk ke arah ruang operasi dengan gerakan kasar. "Lebih penting mana, emang? Aku atau dia? Kenapa kamu memikirkan dia yang bukan siapa-siapa sih, Yang?" Demi apa pun, Diana terperanjat. Kata-kata Damar terasa seperti cambuk

  • ENAK, PAK DOSEN!   229. Lebih Penting Aku atau Dia?

    Damar mendekat ke arah Diana dengan langkah gamang. Ia ingin sekali langsung memanggil nama istrinya, menariknya ke pelukan, tetapi ... rasanya tidak nyaman. Ada sesak yang tak teruraikan di dadanya. Sebuah perpaduan antara rasa kekhawatiran yang luar biasa dan rasa cemburu yang kian menyakitkan. Kini, ia hanya membawa langkah kakinya ke sana, berdiri diam di samping istrinya, tanpa mengucap apa-apa. Setelah beberapa saat, Diana menoleh padanya. Melihat Damar, Diana langsung berdiri. Raut wajahnya yang tadi pucat dan lemas, kini menunjukkan kelegaan. "Mas? Kamu datang?" tanya Diana matanya sedikit berkaca-kaca. Sambil berjalan, Diana merentangkan tangan. Begitu suaminya hanya berjarak 50 cm, ia memeluknya. “Ya Allah, Mas. Kukira kamu gak lihat pesan aku! Aku hampir aja celaka, Mas.” Damar tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia membeku bak patung

  • ENAK, PAK DOSEN!   228. Mengapa Kamu Peduli Dengannya?

    "Sial! Apa yang terjadi?" raung Damar dengan suara tertahan. Berulang kali ia memukul roda kemudi saat meninggalkan kantornya.Tadi, ia sedang meeting penting dengan klien dari pukul 11 hingga pukul 12 siang. Ia dan kliennya baru saja hendak menuju makan siang bersama untuk merayakan kesepakatan yang tercapai.Saat ia melihat ponselnya, ia sangat tterkejut. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari sang istri, Diana, dan enam kali panggilan dari Alex, sopirnya.Sadar ponsel dalam mode silent selama meeting, ia merasa kesal pada diri sendiri. Lantas, ia mengacak rambutnya frustrasi. Ia segera menghubungi Diana balik, tetapi tak diangkat.Setelah membatalkan makan siang dengan kliennya, berselang lima menit, Alex—sopirnya, menghubunginya. Saat panggilan tersambung, ia syok lantaran Alex membawa kabar yang sangat tidak ia inginkan. Aldo dan Diana berada di rumah sakit dan ia harus datang segera.

  • ENAK, PAK DOSEN!   227. Kejanggalan

    Sedangkan dari kejauhan, Diana menyaksikan itu. Ia menoleh ke belakang, matanya melebar tak percaya. Sejak tadi, perasaannya tidak enak, dan apa yang ia khawatirkan terjadi juga. Ia melihat Aldo jatuh tersungkur di aspal setelah serangan tikaman yang cepat dan keji."Pak Alex, berhenti! Berhenti!" teriak Diana dengan suara panik.Mendengar itu, Alex segera menginjak pedal rem perlahan. Ia menepi sejenak, dan ia memperhatikan wajah Nyonya-nya yang panik.Sambil ikut menoleh ke belakang dan melihat Aldo dari kejauhan, Alex berkata, "Ada apa, Nyonya? Kita sudah jauh dari mereka."Diana dengan panik berkata, "Kita kembali! Aldo ditusuk! Kita harus menolongnya! Cepat, Pak! Kalau terjadi sesuatu pada Aldo, ….”“Ba-baik, Nyonya. Ta-tapi, ….” Alex terkejut. Meskipun ia tidak melihat dengan jelas, jeritan Diana cukup meyakinkan. "Apa Anda kenal dengan dia, Nyonya?""Ya ampun, Alex! Apa itu penting sekarang? Cepat ke sana, tolong

  • ENAK, PAK DOSEN!   226. Tertu-suk

    "Aku tidak punya cash!" kata Aldo, suaranya putus asa, napasnya tersengal menahan sakit. Dia menatap mata mata bengis para penjahat itu.Penjahat pertama semakin tidak sabar, ia menyeringai kejam sembari terus mendesak. "Kalau begitu, kau bisa men-transfer!""Aku juga tidak bisa!" tolak Aldo dengan mata terpejam seolah mengakui kekalahan. Aldo tahu transfer akan membuang waktu, tetapi ia harus membuat mereka yakin dia tidak punya pilihan lain."Jangan alasan!" Penjahat itu mendengus marah, dan dalam gerakan cepat, ia mengayunkan kaki kirinya dan menghantam rusuk Aldo sekali lagi.BRAK!“Argh!”Tubuh Aldo bergetar hebat di aspal. Ia mengerang tertahan, rasa sakitnya terasa seperti tulang rusuknya retak. Darah segar membasahi jaketnya.Dari dalam mobil, Diana menahan pekikan, mencengkeram erat setir. Rasa takutnya kini dibayangi oleh rasa panik melihat betapa parahnya luka Aldo.Aldo tahu ia harus mengak

  • ENAK, PAK DOSEN!   225. Pahlawan Kesiangan

    "Astaga! Jangan!" Diana memekik, kedua tangannya menutup mulut karena terkejut. Saat misterius yang baru datang tadi memukuli pria jahat pertama yang sudah tumbang, mata Diana melihat ancaman yang lebih besar. Pria jahat lainnya kini membawa patahan kayu yang cukup besar entah datangnya dari mana. Pria itu mengangkat kayu itu tinggi-tinggi, siap menghantam kepala sang penolong. "Awaaaas!" teriak Diana dengan suara parau karena panik. Akan tetapi, ia tak bisa keluar, Diana terkunci di dalam mobil. Ia hendak memperingatkan pria yang kemungkinan akan menyelamatkannya itu. Teriakannya hanya memantul di dalam mobil dan pria di luar sana tak mendengar. Pria yang menolong Diana tadi menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki dan teriakan ancaman dari belakang tubuh, "Hiyaaaak!" Saat pria itu menoleh penuh kewaspadaan untuk menghalau serangan kayu, pandangan Diana tertuju pada wajahnya. Ia terkejut hingga napa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status