“Aku udah bilang sama kamu, kan?”
Sepasang tangan memelukku dari belakang. Sementara diriku masih saja tak bisa berpaling dari bayangan Carissa yang telah meninggalkanku dengan lelaki bernama Alex. Dia tak lagi terlihat di kedua mataku.
Perempuan ini melepaskan dekapannya, lalu berdiri di hadapanku dengan sebuah senyuman. Sesekali, dia membenarkan kacamatanya yang sempat melorot.
“Kita pulang, yuk.”
Entah mengapa aku menurut begitu saja, lalu berjalan sambil bergandengan tangan dengannya. Kami masuk ke dalam mobilku. Namun, aku kembali bergeming.
“Udah, nggak apa-apa. Sini, aku masih sama kamu.”
Aku mengangguk pelan, lalu perempuan berkacamata ini membenamkan kepalaku dalam dekapannya. Sungguh hangat. Sungguh nyaman dan aku terbuai akan sebuah perasaan.
“Kenapa semua harus terjadi sama gue? Kenapa orang-orang yang gue cintai nggak pernah bisa menetap dan menemani gue?”
“Aku
Hal yang tidak pernah bisa kulakukan sejak pertama kali bergabung di agensi CatHub, ialah menangis. Umumnya, seseorang akan menangis bila orang terkasih meninggalkannya.Namun, hingga detik ini, aku belum pernah merasakan sedihnya sebuah tangisan.Hanya saja, aku telah bisa merasakan sebuah kerinduan yang mencekik diriku hingga hampir terbunuh dalam sepi.Diamku adalah sebuah tangisan. Bukan air mata yang menjadi tanda kesedihan dalam diriku.Hingga suatu ketika, tergeletak dan terempas oleh kenyataan yang dadakan menikam.“Adrian, aku juga mau baju. Kamu pilihin yang bagus, dong, buat aku.”Gladis seketika menarik tanganku menuju deretan pakaian khusus perempuan di sebuah toko. Dia menunjukkan beberapa baju dan rok, meminta pendapatku tentang kecocokan di tubuhnya.“Ini warnanya kayaknya terlalu tua buat lo.”Telah puluhan baju kutolak. Memang tak ada yang cocok.Selang beberapa saat, mata Gladis
Tak habis pikir diriku dengan jalan pikiran Elaine. Dia mengetahui hubunganku dengan adiknya sendiri, tetapi mengizinkan seorang artis di agensi untuk melakukan percobaan hubungan seksual.Gila!Yah, benar-benar gila. Oleh sebab itulah aku segera kabur dari agensi. Mana mungkin aku mau meladeni perempuan asing yang bisa saja membuat hati Carissa terluka.“Adrian? Saya pikir kamu belum pulang.”Carissa menghampiri diriku yang tengah duduk di sofa.“Oh, iya. Gue baru aja nyampe rumah, kok.”“Oh, begitu.”Wanita ini duduk di sebelahku, lalu menumpu dagu dengan tangan.“Lalu, bagaimana? Kamu bertemu Elaine di agensi?Sebenarnya, aku tidak ingin membahas soal Elaine dan agensi. Kedua hal itu membuatku sudah benar-benar muak di tingkat paling tinggi.Memang benar, sih, yang Elaine katakan. Jika aku sampai tidak menurut pada prosedur yang telah tercantum pada kontrak, lalu memutu
Laras semakin menempel pada tubuhku, matanya menatap lurus seolah-olah ada sesuatu yang ia tengah lihat.“Lo keras kepala banget!”Dia tak memedulikan perkataanku. Justru, tangannya semakin mencengkeram senjata kelelakianku.Sebab penasaran, aku menoleh ke belakang. Carissa berdiri, tepat di tengah-tengah tangga. Menatap diriku yang tengah diperlakukan semena-mena oleh Laras.Tak sempat aku terbelalak. Kontan saja kusingkirkan Laras dan berjalan menemui Carissa.Sayang. Dia berjalan naik dengan langkah buru-buru.“Carissa, tunggu!”Wanita ini tak memedulikan diriku. Lantas, kuraih saja tangannya ketika tiba di ujung tangga.“Tunggu, Carissa!”Dia berbalik badan, tetapi pandangan tertunduk. Yah, aku tahu bahwa dia sangat sedih melihat diriku tengah melakukan hal panas dengan Laras.Hanya saja, aku tidak sedang dalam posisi melawan saat itu. Seharusnya, Carissa bisa melihat bahwa
Sebelum benar-benar mencapai puncak kenikmatan, kuhentikan gerakan tangan. Laras menatapku nanar. Sementara itu, aku menyeringai.“Gue nggak akan melakukannya lebih jauh.”“Kenapa, Adrian?!” Dia terkejut.Terdengar napasnya telah menderu hebat karena mendapatkan serangan bertubi-tubi dari kedua tanganku.“Karena gue nggak akan memberikan tubuh gue secara gratis sama lo!”Kulempar gaun yang berserakan di lantai ke tubuh Laras.“Pasang pakaian lo! Lo terlihat sangat memalukan!”Sudah tentu Laras tak menyerah. Dia menarikku lagi saat berjalan untuk menaiki tangga.“Lo nggak bakalan bisa lolos dari gue!”Segera kutepis tangannya secara kasar.Jika menjadi lelaki yang kejam adalah kunci untuk membuat wanita ini membenci diriku, maka itulah yang akan kulakukan.Benar saja, kudorong dirinya hingga terjungkal ke belakang. Untung saja dia tak kehilangan kes
“Jadi, mulai hari ini, kamu kembali akan menandatangani kontrak untuk syuting, Adrian.Saya rasa, kamu sudah cukup bisa dikatakan sehat secara mental. Meskipun saya melihat dirimu sesekali masih melongo tidak jelas.Tapi, sebelum itu, kamu akan check up dulu.”Elaine menyodorkan sebuah perangkat Tablet yang layarnya telah menampakkan sebuah dokumen kontrak untuk aku tandatangani.Sesekali, diriku melirik ke arah Carissa yang tengah duduk di sofa. Begitu pun dengan Elaine yang juga memberikan tatapan sinis pada kekasihku itu.Tak lama, Carissa mengangguk pelan dan melemparkan senyuman padaku. Itu tanda bahwa dirinya tidak keberatan sama sekali.“Okay.”Maka, aku pun mengambil touch pen di sebelah Tablet, lalu menandatangani kontrak tersebut.Elaine tersenyum puas sambil menatapku dengan lamat.“Akhirnya, ya, Adrian yang sangat legendaris telah kembali lagi ke agensi ini.”Sambil
“Jadi, kamu lebih percaya apa yang Elaine katakan daripada saya, Adrian?”Carissa masih menahan diriku. Dia memeluk diriku dari belakang. Aku pun tak bisa melanjutkan langkah.“Ini bukan masalah kepercayaan, tapi lo nggak ngelakuin perlawanan. Kenapa lo cuma diem?Gue berkali-kali tanya apa yang dia bilang bener atau nggak?”Tak lama, Carissa melepaskan dekapannya. Dia kembali tertunduk. Aku menatapnya dengan penuh harap.Yah, aku berharap bahwa dia punya alasan yang kuat mengenai dirinya yang hanya terdiam oleh perkataan Elaine.“Ya, benar. Apa yang Elaine katakan memang benar, Adrian.”Demikianlah, aku tersenyum kecut mendengar pernyataan wanita ini.“Udah gue duga dari awal.”“Tapi, bukan berarti semua yang dikatakannya benar. Tidak semuanya, Adrian. Kamu harus mendengarkan saya.”“Untuk apa lagi, Carissa? Bukannya udah jelas kalau lo ngedeketin
Atas kembalinya diriku bermain film dewasa, semakin aku disibukkan oleh aktivitas di agensi. Hal ini membuat diriku memiliki sedikit waktu bersama dengan Carissa.Kami sudah lama tinggal bersama. Kemesraan-kemesraan yang selalu kami lakukan, kini seolah-olah jauh dari harapan.Aktivitas syuting, pemotretan majalah, dan lain sebagainya menjadi penghalang bagi hubungan kami.Termasuk di pagi ini, aku tak lagi punya waktu untuk menikmati sarapan bersama dengan Carissa.Padahal, dia sudah membuatkan banyak sekali makanan, termasuk makanan-makanan kesukaanku.“Sayang, kamu tidak sarapan dulu?”“Sorry, Carissa. Gue udah telat. Soalnya, hari ini akan ada pemotretan 15 menit lagi.”Tanganku menggapai roti lapis yang sudah Carissa buatkan. Dan sebenarnya masih banyak makanan lain yang ingin aku masukkan ke perut.Sebenarnya tak hanya itu, aku juga ingin menikmati waktu pagi hari, sarapan sambil mengobrol dengan s
Lagi-lagi, aku pulang tengah malam. Kulihat di meja makan telah tersedia beberapa makanan yang mungkin sengaja Carissa siapkan untukku.Aku tersenyum lebar menyadari perhatian Carissa yang begitu bermakna. Segera aku melangkah menuju kamar wanita ini.Pintu kamarnya masih terbuka sedikit. Kuintip, dia sudah tidur pulas. Sebagian tubuhnya tak berselimut. Demikian aku masuk dan menaikkan selimut hingga leher Carissa.Sambil duduk, kuelus keningnya dan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.“Maaf, ya, Carissa. Gue selalu sibuk sampai-sampai nggak punya waktu buat lo.”Tanganku terhenti tatkala wanita ini bergerak beberapa saat membenarkan posisi tidur. Dia masih dalam keadaan lelap.“Lo sampai susah-susah bikin makan malam, tapi gue malah pulang jam segini. Kayaknya, lo bakalan selalu terluka kalau sama gue.”Kuembuskan napas panjang. Ketika akan beranjak, tanganku digenggam erat oleh Carissa. Dia sudah bang