Share

3. Geram

last update Last Updated: 2025-02-27 17:12:40

Chapter 3

Geram

"Jadi, Evander memintamu melupakan dendam di masa lalu kalian lalu kalian harus berteman lagi?" tanya Lisa, ibu dari seorang balita yang sedang dirawat di rumah sakit.

"Kumohom jangan menatapku seperti itu," kata Bianca lalu mendengus karena Lisa menatapnya seolah sedang membujuk dan memohon padanya.

"Hanya berteman, Bi. Berteman. Setelah aku bekerja dan posisiku aman, kau bisa memutuskan pertemanan itu dan membalas dendam jika itu mungkin," kata Lisa sembari memotong tangkai mawar kemudian meletakkannya pada gundukan mawar yang belum disusun oleh Bianca.

Balas dendam? Balas dendam seperti apa? Lagi pula menampar Evander di hari pertama mereka bertemu kembali sudah cukup membuat Bianca puas.

"Aku lebih baik menghidupi putramu sampai kau mendapatkan pekerjaan ketimbang harus menjadi teman Evander lagi," kata Bianca cukup serius.

"Kau pikir membesarkan anak hanya memberinya makan, pakaian, dan tempat tinggal? Ada asuransi pendidikan dan asuransi kesehatan yang harus kau bayar, Bi."

Sialan, batin Bianca. Benar juga yang dikatakan Lisa, dirinya tidak berpikir sajauh itu karena kurangnya pengamalan. Meskipun toko bunga kecilnya tidak bisa dibilang sepi pembeli, tetapi uang dari keuntungan yang didapat sedang dipakai untuk pengembangan rumah kaca modern agar dapat menanam bunga sendiri, ia mungkin harus lebih berhemat jika harus membiayai Agusto.

Atau mungkin ai harus mengambil pekerjaan paruh waktu agar dirinya bisa menambah penghasilan, tetapi rasanya mustahil. Toko bunganya akan terbengkalai dan ia tidak bisa mengawasi kebun kacanya setiap saat lagi. Bianca benar-benar dilema untuk itu.

"Aku bisa saja mendapatkan pekerjaan serabutan, tapi kau tahu, 'kan? Tidak seorang pun yang bisa menjaga Agusto selaian kau saat ini. Jadi, aku perlu gaji besar agar aku bisa membayar baby sitter, aku tidak mungkin menitipkannya padamu setiap kali aku bekerja di cafe malam hari, kau juga butuh istirahat, Bi."

"Dengan kata lain kau sangat menginginkan pekerjaan itu?" tanya Bianca kemudian menghela napas berat.

"Tentu saja, itu adalah perusahaan bergengsi dan gajinya sudah pasti cukup untuk menopang kehidupan kami," jawab Lisa sungguh-sungguh lalu wanita itu menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya. "Bi, kumohon. Sekali lagi saja."

Bianca menatap buket 1001 mawar yang dibagi menjadi beberapa buket dan hampir jadi lalu menekan pelipisnya. "Tidak, Lisa. Aku lebih baik menjaga Agusto setiap malam dari pada berteman lagi dengan si brengsek itu. Kau juga harus memikirkan perasaanku. Dia pernah meninggalkanku begitu saja, membuangku seperti aku adalah sampah yang tidak bisa didaur ulang. Ya Tuhan."

Lisa memegangi pundak Bianca dan menatapnya dengan tatapan memohon. "Tapi itu sudah sangat lama, Bi."

"Dia bahkan tidak minta maaf kepada padaku sampai sekarang, dan malah menawarkan pertemanan. Konyol!" kata Bianca benar-benar kesal dan ia tidak menyembunyikan kekesalannya.

Lagi pula, untuk apa berteman dengan Evander, pria itu pasti punya banyak teman di Madrid dan Evander juga memiliki kekasih, seharusnya Evander sudah tidak memerlukan teman tambahan. Menawarkan pertemanan kepadanya menurutnya hanya omong kosong bahkan mungkin hanya trik untuk mengelabuinya lagi dan Evander seharusnya sudah tahu dengan jelas jawabannya.

Sementara Lisa kehabisan kata-kata, ia tidak dapat lagi mendesak sahabatnya, akhirnya ia memilih menyelesaikan memotong-motong tangkai mawar dibandingkan meyakinkan Bianca untuk berteman dengan Evander lagi karena Lisa tahu jika ia membuka mulut lagi untuk meyakinkan bahkan memohon pada Bianca, sahabatnya itu tetap akan pada pendiriannnya.

Dua jam kemudian Bianca dan Lisa berdiri di depan meja sambil berkacak pinggang menatap buket bunga yang berisikan 1001 bunga mawar.

"Kurasa mantan pacarmu itu benar-benar romantis, ya?" kata Lisa.

Romantis. Jika Evander tidak meninggalkannya begitu saja mungkin kata romantis cocok untuknya. Sayangnya setelah apa yng Evander lakukan padanya membuat kesan baiknya pada Evander memudar hingga tak berbekas.

"Aku justru kasihan pada gadis yang sedang dikencaninya," kata Bianca sinis dan ia menatap Lisa dengan jengkel karena memuji Evander.

"Tidak semua laki-laki memiliki effort seperti itu, 1001 mawar artinya cinta yang lengkap. Evander pasti sangat mencintai gadis itu."

Perasaan Bianca seperti tertusuk mendengar ucapan Lisa, mengingat betapa jahatnya Evander yang meninggalkannya begitu saja. Ada perasaan tidak biasa menjalari otaknya, semacam rasa iri dan Bianca langsung membeci perasaan itu.

"Kau sudah dua kali memujinya," kata bianca geram.

"Kurasa manusia bisa berubah dan saat ia meninggalkanmu dulu, dia masih hanya seorang anak-anak. Sekarang dia mungkin sudah dewasa."

Persetan dengan Evander sekarang, batin Bianca. Sikap evander yang meningglakannya setelah memanfaatkannya tidak bisa ia maafkan, sampai kapan pun. Apalagi akibat perbuatan Evander telah membuatnya trauma hingga ia bersikap antipati terhadap semua pria.

Bianca melirik jam di pergelangan tangan kanannya, waktu sudah mulai malam, toko juga sudah hampir tutup, tetapi Evander belum juga muncul untuk mengambil bunga pesanannya.

Bianca lalu memanggil salah satu pegawainya yang bernama Alma. "Alma, hubungi pemesan bunga itu, katakan padanya toko akan segera tutup dan dia harus mengambil pesanannya."

Alma baru saja hendak mendekati meja kasir untuk mengejawantahkan perintah Bianca, tetapi seorang pria tampan dengan kulit kecokelatan menggeser pintu toko.

"Bunga pesananmu sudah siap," ucap Bianca acuh.

Evander mengelus sebelah alisnya kemudian berkata, "Apa kau memperlakukan semua pelangganmu dengan ketus seperti ini?"

"Bagaimana sikapku pada pelanggan, itu bukan urusanmu," sahut Bianca semakin ketus.

Lisa mendekati Bianca, wanita itu berbisik, "Ini mantan kekasihmu itu?" tanyanya dan Bianca tidak menyahut. Sementara mata Lisa berkilat-kilat menatap Evander. "Apa Anda Tuan Evander Torrado?"

Evander menaikkan kedua alisnya dan mengangguk meskipun samar. "Bianca pasti sudah bercerita banyak tentangku, 'kan?"

"Aku hanya mengatakan jika kau pria brengsek dan licik," kata Bianca dengan datar.

"Tidak, tidak. Jangan dengarkan dia," kata Lisa sembari menggelengkan kepalanya dan satu tangannya melambai-lambai. "Mr. Torrado, aku adalah Lisa Tamlyn. Aku yang meminta Bianca untuk mewakiliku wawancara dengan bagian personalia di kantormu karena putraku sedang sakit."

"Kau pasti sudah tahu jika kau sudah kuterima dengan syarat...."

"Bianca sudah menyetujuinya," potong Lisa cepat-cepat.

"Lisa... Oh my God" erang Bianca.

Evander tersenyum. "Mulai besok kau mulai bekerja di kantorku dan biaya pengobatan putramu juga akan kutanggung."

"Ya Tuhan, terima kasih, Mr. Torrado," kata Lisa girang.

Sementara Bianca tidak bisa berkata-kata lagi, wanita itu mematung di tempatnya seraya menatap Lisa dengan jengkel.

Evander memberikan kode dengan tangannya, dua orang pria berperawakan tegap masuk ke toko. "Angkat bunga-bunga itu," titah Evander.

Evander mendekati buket bunga raksasa yang sedang diangkat oleh dua bodyguard kemudian mencabut satu tangkai mawar, bibirnya menyunggingkan senyum lalu mengulurkan mawar di tangannya kepada Bianca.

"Terima kasih," kata Evander.

Sementara Bianca meremas tangkai mawar dengan geram, ingin sekali melemperkan mawar di tangannya kepada Evander.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • EX to NEXT 21+   35. Keuntungan

    Chapter 35Keuntungan Bianca sedang berbicara dengan seorang pembeli ketika pintu tokonya digeser seseorang dan ketika Bianca mengalihkan pandangannya, orang yang menggeser pintu tokonya adalah Delina. Bianca melemparkan senyumnya pada Delina dan berkata, “Selamat datang di toko kami.” Delina tersenyum kepada Bianca seraya melangkah masuk, tetapi tidak langsung mendekati Bianca. Wanita itu mendekati rak tempat pajangan berbagai macam vas sembari menunggu Bianca selesai melayani pelanggannya barulah ia mendekati Bianca. “Sepertinya tempat tinggalku memerlukan sentuhan bunga segar,” ujar Delina sembari tersenyum lebar pada Bianca. “Sayangnya aku tidak tahu bunga apa yang cocok untuk diletakkan di kamar dan ruang makan. Jadi, aku harus meminta pendapatmu.” “Untuk kamar kau bisa memilih bunga berwarna cerah dengan aroma yang harum, sementara untuk meja makan sebaiknya kau memilih bunga kecil degan warna lembut dan tidak beraroma,” kata Bianca sembari tersenyum ramah.Delina berpikir

  • EX to NEXT 21+   34. Tantangan dari Ares

    Chapter 34Tantangan dari AresBianca membuka matanya, ia berada dalam dekapan Evander yang memeluknya dari belakang dengan posesif dan berpikir jika memiliki seseorang dalam kehidupan ini ternyata membuat hidupnya lebih berwarna. Memasak dan makan bersama lalu membagi tugas membersihkan peralatan makan juga menyenangkan, kemudian sebelum tidur menggosok gigi berduaan juga kegiatan yang menyenangkan dan berbaring di atas tempat tidur berdua sembari membicarakan hal-hal yang telah terjadi menjadi pengalaman baru yang mengesankan. Ketika pagi hari berada dalam pelukan seseorang yang mencintainya membuat perbedaan yang cukup besar, di mana biasanya di pagi hari ia bangun dan cepat-cepat bersiap-siap untuk memulai harinya meskipun di akhir pekan. Namun, hari ini ia ingin berlama-lama di atas tempat tidur menikmati pagi yang cukup hangat hingga membuatnya ingin kembali memejamkan mata. Sayangnya bermalas-malasan bukanlah kebiasaan Bianca dan ia pun mengulurkan tangan ingin meraih ponselny

  • EX to NEXT 21+   33. Pengangguran

    Chapter 33 Pengangguran Bianca membuka pintu unit apartemennya dan terkejut mendapati Evander berdiri di depan pintu dan masih mengenakan pakaian yang sama sejak pagi. “Aku merindukanmu,” ucap Evander seraya menatap Bianca. Sesuatu pasti terjadi, batin Bianca. Tatapan Evander tidak menyiratkan kebahagiaan, tetapi seolah terpancar kekecewaan dan kekalutan di sana. Bianca tersenyum, berharap bisa menghibur Evander dengan senyumnya. “Bagaimana pertemuan dengan ayahmu?” “Kami bertengkar,” ucap Evander murung. Senyum di bibir Bianca belum memudar. “Salah satu dari kalian hanya harus mengalah." Meskipun Bianca tidak akan meminta Evander mengalah karena jika Evander mengalah berarti Evander harus menerima perjodohan yang diatuir ayah Evander dan itu jelas mustahil. Evander tidak akan mau dan ia juga tidak rela. "Aku mengundurkan diri dari perusahaan," kata Evander pelan sembari menatap lurus mata Bianca. Evander pasti sedang sangat emosi saat mengambil keputusan itu, B

  • EX to NEXT 21+   32. Satu-satunya Kebahagiaannya

    Chapter 32Satu-satunya Kebahagiaannya Delina tiba di depan rumah sederhana di sekitar Carabanchel, kawasan yang banyak dihuni penduduk lokal. Ia sudah memastikan kalau tidak salah alamat dengan berkali-kali mencocokkannya dengan peta di ponselnya, ia bahkan bertanya pada seorang penduduk yang kebetulan sedang berjalan dengan menuntun anjing. Namun, setelah mengawasi beberapa menit sepertinya tidak menunjukkan tanda-tanda jika penghuni rumah itu sedang berada di sana. Tidak ada mobil parkir di halaman, juga dari tirai jendela yang terbuka itu tidak menunjukkan bayang-bayang sosok orang di dalam sana. Delina lalu mengirimkan pesan kepada Ryan, memastikan di mana keberadaan pria itu meskipun tidak terlihat keberadaan mobil Ryan di halaman rumah itu, tetapi ia harus tetap memastikannya karena misinya adalah untuk bertemu dengan Adelle. Lima menit kemudian Ryan membalas pesan dan memberitahu jika pria itu sedang berada di kantor dan mengatakan sedang sibuk—seolah tidak ingin diganggu

  • EX to NEXT 21+   31. Wanita dalam Hidupku

    Chapter 31Wanita dalam Hidupku Pukul dua belas siang Bianca sedang merangkai bunga sementara Alma membuang duri-duri mawar dari tangkainya sembari mereka mengobrol hal-hal sepele karena suasana toko lumayan sepi, tetapi mereka menghentikan kegiatan mereka sejenak manakala pintu toko digeser oleh seseorang dan kali ini pengunjung toko bukanlah seorang pria. “Selamat datang di toko kami,” sapa Alma seraya meletakkan tangkai mawar dan gunting di tangannya. “Hai,” sapa wanita itu yang tidak lain adalah Delina. “Bunga apa yang kau butuhkan? Mungkin aku bisa membantumu,” ujar Alma seraya berjalan menghampiri Delina. Delina tersenyum seraya mengamati toko itu. “Sebenarnya aku tidak ingin membeli bunga,” katanya lalu membuka tasnya dan mengambil sesuatu. “Ini berasal dari toko bunga kalian, kan?” Alma menerima kertas ucapan yang diberikan Delina dan membaca tulisan di kertas ucapan yang terdapat nama toko bunga dan nama media sosial toko. “Ya, ini dari toko bunga kami.” Delina menatap

  • EX to NEXT 21+   30. Skandal Pelanggan

    Chapter 30Skandal Pelanggan Besoknya Evander seperti hari-hari sebelumnya, datang ke tempat tinggal Bianca pagi-pagi sekali, mereka menyiapkan sarapan untuk bersama kemudian pergi ke toko bunga. Suasana tentu saja berubah, sepanjang jalan menuju toko bunga Evander menggenggam tangan Bianca dan sesekali mereka berciuman saat mobil berhenti di lampu merah, juga Evander yang tidak terhitung berapa kali mengecup punggung tangan Bianca hingga membuat pipi Bianca merah merona. “Aku akan menjemputmu untuk makan siang,” kata Evander ketika tiba di depan toko seraya menarik rem tangan mobil. “Bukankah kau bilang mau menjenguk sekretarismu saat istirahat makan siang?” tanya Bianca seraya melepaskan sabuk pengamannya. Evander juga melepaskan sabuk pengamannya. “Ya, bersamamu.” “Kau bilang baru akan mengumumkan hubungan kita setelah masalahmu dengan ayahmu selesai, kau bilang sekretarismu adalah orang yang dipilih langsung oleh ayahmu." Evander menekan tombol untuk memundurkan joknya lalu

  • EX to NEXT 21+   29. Mengaku Cemburu

    Chapter 29Mengaku Cemburu“Apa aku memiliki pilihan untuk menolakmu?” tanya Bianca sembari tersenyum dan matanya menatap Evander. “Aku tidak menerima penolakanmu.” “Kalau begitu, bukankah sudah jelas?” Evander menatap mata Bianca dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan yang tergambar jelas di matanya. “Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkanmu, aku juga akan melakukan yang terbaik untukmu, untuk kita, dan... aku tidak akan mengulangi kesalahanku.” “Jika kau berani meninggalkanku lagi....” “Itu tidak akan terjadi,” potong Evander. “Tidak akan ada kesempatan ketiga, kesempatanmu hanya kali ini saja.” Evander menatap Bianca penuh kesungguhan, tangannya terulur menyentuh kening Bianca dengan lembut lalu berkata, “Aku pasti menepati janjiku, aku tidak akan mengecewakanmu lagi karena aku tidak ingin hidup tanpa dirimu. Kau tahu keadaan keluargaku, aku tidak memiliki tempat yang hangat yang disebut keluarga, tetapi bersamamu aku merasa semua ruang kosong itu terisi. Kau adala

  • EX to NEXT 21+   28. 365 Days

    Chapter 28365 DaysEvander tidak berkata-kata lagi, memilih bangkit dari duduknya untuk mencuci tangannya lalu mulai menikmati makanannya dengan hati-hati sembari dalam benaknya berpikir jika ia harus segera mendapatkan pengakuan cinta Bianca atau berada di dalam hubungan yang ambigu seperti dirinya dan Isabel. Tentunya Evander tidak ingin berada di posisi Isabel, ia tidak ingin mencintai sendirian dan Evander bersumpah akan membiarkan Bianca lolos. Wanita di depannya harus menjadi miliknya, secepatnya. Evander mengulurkan ayam yang sudah ia gigit kepada Bianca untuk mencairkan suasana yang lumayan tegang di antara mereka. “Ayamnya enak, cobalah,” katanya. Bianca menatap ayam di tangan Evander yang posisinya sangat dekat dengan mulutnya, ia sudah kenyang dan tidak memiliki selera makan lagi terlebih dengan suasana kaku yang membuat setiap detik yang dilalui terasa begitu lambat ia tidak berencana makan sambil menikmati ketegangan yang menyelimuti ruangan itu. Juga ayam yang disodor

  • EX to NEXT 21+   27. Cemburu pada Vanya

    Chapter 27Cemburu pada Vanya“Bukannya kau seharusnya makan siang dan mau menjenguk Valeria?” tanya Lisa. Bianca menatap ayam goreng di tangannya lalu mematah sayap ayam di tangannya seolah ingin menghancurkannya. “Evander ada kesibukan lain," sahutnya dengan muram dan pelan agar tidak kedengaran orang lain di kantin perusahaan. "Dia pergi dengan gadis itu."“Apa kau bilang?” kata Lisa dengan alis berkerut dalam. Tetapi, ia ingat sesuatu dan ia tidak bisa menahan untuk tersenyum. “Gadis yang di lobi tadi?” Bianca mengangguk dengan kesal dan semakin merengut karena Lisa tersenyum seperti mengejeknya. “Kau sedang cemburu, Bi!” kata Lisa sembari menahan suara tawanya agar tidak lepas kendali. Bianca menghela napas karena sangat kesal dan ia pun menyadari kalau kini sedang cemburu. Dadanya sangat panas hingga sepertinya hendak meledak dan ia sudah berusaha menahannya sekuat tenaga. Lagi pula apa haknya cemburu? Bukannya dirinya belum menerima cinta Evander dan mereka belum kembali m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status