Beranda / Romansa / EX to NEXT 21+ / 2. La Luna Florist

Share

2. La Luna Florist

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 17:11:49

Chapter 2

La Luna Florist

"Kau sepertinya dalam suasana hati yang tidak bagus," kata Valeria Adams, sekretaris Evander seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.

Evander melirik gelas berisi kopi yang mengepulkan asap panas di atas meja, suasanya hatinya memang sedang sangat kacau dan penyebabnya tentu saja Bianca. Evander tidak menyangka jika hari kedua menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata biru itu meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.

Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian tujuh tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dirinya hanya karena sedikit kalimat ejekannya.

Menurut pria berusia dua puluh lima tahun itu kisah asmara mereka ketika itu tidak perlu dibesar-besarkan lagi, itu sudah terlalu lama dan itu juga hanya kisah cinta anak remaja sekolah menengah atas yang tidak serius. Lagi pula siapa suruh Bianca begitu polos saat itu sehingga begitu mudah diperdaya?

Namun, Evander tiba-tiba berpikir jika mungkin Bianca masih sepolos dulu sampai-sampai tidak tahu Binter Canarias adalah perusahaan milik siapa sehingga wanita itu bersedia datang menggantikan temannya. Apakah sebelum menggantikan temannya wawancara Bianca tidak menyelidiki latar belakang perusahaan terlebih dahulu? Bianca benar-benar konyol, pikir Evander.

"Kau baik-baik saja?" tanya Valeria membuyarkan lamunan Evander.

Evander menghela napasnya kemudian menatap Valeria, sekretarisnya yang sudah bersamanya beberapa bulan sejak ia masih menjadi wakil CEO.

"Aku baik-baik saja," jawab Evander muram.

"Hari ini kau ada jadwal pertemuan dengan petinggi perusahaan, apa kau sudah mempelajari susunan materi yang kusiapkan?" tanya Valeria.

Valeria selalu bekerja dengan baik, mengingatkan hal-hal kecil dan mengatur semua jadwal Evander dengan baik.

"Oh, iya. Isabel meneleponku tadi pagi, dia bilang ponselmu tidak aktif," ujar Valeria.

Evander memang belum mengaktifkan ponselnya dari kemarin malam, ponselnya masih dalam mode terbang dan itu biasa dilakukan untuk menjaga konsentrasinya dalam bekerja. Orang-orang terdekatnya tahu ke mana harus mencari Evander jika ponselnya tidak aktif dan Valeria tahu mana yang harus diprioritaskan.

"Aku kan meneleponnya nanti," jawab Evander malas.

Isabel adalah anak dari sahabat baik ayahnya. Ia dan isabel sudah lama berteman dan hubungan di antara mereka abu-abu. Mereka tidak memiliki hubungan spesial, tetapi mereka memiliki kedekatan dan Evan enggan menyebut Isabel sebagai teman tidurnya karena kedengarannya sepertinya terlalu kasar meskipun faktanya dirinya dan Isabel seperti itu.

Setelah Valeria pergi, pria tampan dengan tinggi 189 cm itu meraih ponselnya memerintahkan seseorang menyelidiki Bianca Stanton dan lima belas menit kemudian data-data Bianca sudah ada di genggamannya. Dengan pendidikannya Bianca justru membuka toko bunga padahal ia lulus sebagai Cumlaude saat mendapatkan gelar sarjana, pemikiran sederhana seperti itu tidak dapat dicerna menggunakan akal Evander.

La Luna Florist, Evander tersenyum menatap layar ponselnya, satu tangannya mengusap rambutnya yang berwarna cokelat gelap lalu bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan kerjanya kemudian melajukan mobil sport-nya menuju La Luna Florist.

Sesampainya di tempat yang ia tuju, Evander tidak langsung keluar dari mobil. Ia mengamati bangunan toko bunga yang sederhana, tetapi terlihat rapi dan bersih. Halamannya cukup luas sehingga memudahkan tempat parkir, di teras ada berbagai macam bunga yang dipajang menambah kesan toko bunga kecil yang manis dan estetik

Ketika Evander hendak memasuki pintu toko bunga, pintu toko itu merupakan pintu geser sepeti pintu ruang kerjanya, hanya saja tidak memakai teknologi otomatis sepeti pintu kerjanya.

Evander menggeser pintunya, suasana terlihat lengang dan tidak ada seorang pun di sana. Evander memutuskan untuk melihat-lihat beberapa bunga yang dipajang di dalam toko dan bibirnya mengulas senyum tipis.

"Ada yang bisa kubantu?"

Suara wanita itu membuat Evander memalingkan wajahnya dan ia mendapati Bianca mengenakan pakaian sederhana dengan celemek di tubuhnya memegangi gunting tanaman di tangan kirinya dan Evander baru ingat kalau Bianca kidal. Rambut panjang Bianca tidak lagi serapi tadi pagi saat mereka bertemu, tetapi justru terlihat lebih nyaman dipandang dibandingkan Bianca yang berpenampilan rapi.

Tatapan mereka bersobok, ekspresi Evander langsung serius dan terlihat dingin sementara Bianca memasang tampang galak.

"Untuk apa kau ke sini?" tanya Bianca langsung.

"Bianca?" tanya Evander berpura-pura terkejut melihat Bianca di sana. "Kau bekerja di sini?"

"Hari ini tokoku tidak buka," ucap Bianca.

"Oh. Jadi, ini tokomu? Tapi, kau memasang tanda 'open' di pintumu."

"Ya, aku buka untuk pelangganku."

Evander tersenyum sinis. "Aku bisa membeli toko bungamu jika aku mau."

"Tidak sopan!" kata Bianca sambil melotot. "Kau pikir mentang-mentang kau punya banyak uang dan orang tuamu putra orang penting di negara ini kau bisa seenaknya saja menggertakku?"

"Aku hanya ingin memesan 1001 mawar merah untuk kekasihku dan aku mau sekarang," kata Evander seraya menatap mata Bianca dengan tatapan lurus yang mengintimidasi.

"Sudah kubilang, aku hanya melayani pelangganku saja," ujar Bianca tegas dan membalas tatapan Evander.

Evander tersenyum sinis kepada Bianca meskipun batinnya tidak, menyaksikan Bianca yang begitu berani dan berbeda dengan Bianca di masa sekolah menengah atas benar-benar menarik dan terasa menyenangkan.

"Kubilang aku mau 1001 mawar merah, aku akan menunggunya. Berapa pun biayanya," tegas Evander.

Bianca menghela napas, wanita itu terlihat jengkel. "Silakan mencari toko bunga lain, bunga sebanyak itu kami tidak memilikinya. Kau harus memesanpalimg tidak satu hari sebelumnya."

"Kalau begitu, besok akan kuambil, dan hari ini aku ingin sembilan puluh sembilan mawar," kata Evander.

Bianca memutar bola matanya lalu berjalan ke meja kasir, ia mengambil tumpukan kertas nota dan menulis tagihan pesanan Evander.

"Kau selesaikan dulu pembayarannya," ucap Bianca dingin.

Membeli bunga sebanyak itu tentunya hanya akal-akalan Evander, ia akan menyuruh orang membagi-bagikan di jalanan besok dari pada memenuhi tempat tinggalnya.

Evander lalu membayar seluruh tagihannya, sementara Bianca mulai merangkai sembilan puluh sembilan mawar yang Evander pesan. Diam-diam Evander memperhatikan betapa cekatannya Bianca merangkai bunga dan betapa seriusnya wanita itu memperhatikan tiap detail letak bunga.

Evander berdehem kemudian berkata, "Bagaimana kabar anak temanmu?"

"Sudah lebih baik," jawab Bianca tanpa menoleh pada Evander.

"Aku bisa memberi temanmu kesempatan, jika kau mau."

Bianca mengangkat kepalanya dan tatapan mata wanita itu bersobok dengan tatapan Evander.

"Kenapa harus aku?"

"Ya. Hanya kau yang bisa."

Alis Bianca berkerut dalam. "Omong kosong."

Evander mengambil sebuah kartu nama di meja kasir dan memasukkannya ke dalam saku celananya. "Aku akan memberitahu caranya besok dan jika kita sepakat, dan temanmu lusa bisa mulai kerja di kantorku di departemen keuangan."

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan komentar dan bintang-bintang

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
ngemes dengan interaksi mereka ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • EX to NEXT 21+   Epilogue

    Epilogue 24 Desember, tidak terasa menjadi tahun ketiga Bianca dan Evander membina rumah tangga. Tentunya cerita rumah tangga mereka tidak selalu berjalan dengan indah. Terkadang terjadi pertengkaran kecil, tetapi bukan hal yang berarti dan mereka langsung menyelesaikannya tanpa menundanya karena menurut Bianca komunikasi yang baik menjadi poin penting dalam sebuah hubungan. Besok semua orang akan merayakan natal, semua orang sibuk dengan persiapan Natal tidak terkecuali Bianca. Tahun-tahun sebelumnya mereka selalu merayakan Natal di Barcelon, di rumah orang tua Bianca. Namun, tahun ini berbeda karena kehamilan Bianca yang telah memasuki trimester ketiga bahkan tinggal menghitung hari. Dokter memperkirakan Bianca akan melahirkan di tanggal dua puluh lima, tetapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan ada kelahiran. Setelah membuat beberapa jenis kue dan hidangan lezat bersama Giselle di tempat tinggalnya, Bianca merasa sedikit jenuh. Ia ingin melihat hiruk-pikuk di luar rumah y

  • EX to NEXT 21+   End

    EndAkhir musim panas tahun ini seperti mimpi bagi Bianca, mimpi indah yang tidak bisa dilupakan. Dalam beberapa bulan La Luna Florist mengalami kemajuan yang sangat pesat, tentunya bukan karena kerja kerasnya sendiri, campur tangan Evander sangat berpengaruh. Saking seriusnya Evander membantu perkembangan tokonya, Evander pernah menyewa Billboard di dekat pusat perbelanjaan yang memuat iklan La Luna Florist dengan Vanya sebagai modelnya. Bianca sangat bersyukur karena Evander jauh di atas yang dibayangkannya, pria itu menjadi pasangan yang dapat diandalkan, menjadi partner hidupnya. Ia bisa mendiskusikan apa saja dengan Evander, bukan hanya membicarakan bisnis, tetapi hal-hal lain dari yang remeh hingga masalah konspirasi dunia yang kadang menjadi topik pembicaraan santai mereka di meja makan atau di atas tempat tidur.Memiliki pasangan yang di matanya sempurna, Bianca juga berusaha untuk mengimbangi Evander. Evander selalu memanjakannya, memberikan semua yang terbaik untuknya. Bian

  • EX to NEXT 21+   60. Pendamping Pengantin

    Chapter 60Pendamping Pengantin Bianca mengambil beberapa foto dekorasi bunga buatannya menggunakan kamera kecil yang dilengkapi dengan fitur-fitur canggih dan resolusi tinggi, Evander membelikan semua keperluannya bahkan sebelum Bianca memintanya membuat Bianca terkadang berpikir akan memberikan yang terbaik untuk Evander. Bianca menggeser layar kameranya, menatap hasil foto yang barusan diambilnya dan berpikir jika terobosan baru dalam bisnisnya berkembang maka ia harus menambah pegawai dan pastinya harus memiliki gudang untuk menyimpan properti dekorasi. Ia lalu kembali mengambil beberapa foto dari berbagai sudut untuk keperluan promosi di media sosial dan website-nya dan setelah merasa cukup ia memeriksa jam di ponselnya. Tiga puluh menit lagi upacara pernikahan Delina akan dimulai, fotografer sudah tiba dan sedang mengatur letak kamera, sebentar lagi tempat itu akan sangat meriah dengan tamu undangan.Pesta pernikahan bertema intimate wedding itu hanya dihadiri kurang dari lim

  • EX to NEXT 21+   59. Orang yang Tepat

    Chapter 59Orang yang TepatDua hari kemudian Bianca dan Evander telah kembali ke Barcelona, Bianca langsung pergi ke tokonya sementara Evander pergi ke gedung parlemen ibukota untuk menemui ayahnya. “Kudengar kau ke Barcelona kemarin,” kata Raul setelah Evander duduk di kursi di depan meja kerjanya. “Ya,” jawab Evander. Pengurus pesawat pribadi pasti memberitahu ayahnya dan menurutnya hal yang wajar. “Aku melamar Bianca kemarin,” lanjutnya dengan sangat tenang lalu menunggu reaksi ayahnya. Raul yang sedang membaca dokumen sembari berdiri mengalihkan pandangannya kepada Evander, alisnya terangkat. “Oh, ya?” Evander mengangguk pelan, meskipun ayah Bianca awalnya bersikap dingin dan acuh, bahkan terkesan tidak menyukainya pada awalnya ternyata calon mertuanya itu bukanlah pria yang sulit diajak mengobrol. Mr. Stanton terkesan kaku dan dingin sebagai guru matematika, hal itu memang diperlukan untuk menjaga wibawanya, seperti halnya ia menjaga wibawa di depan karyawannya. Di rumahnya,

  • EX to NEXT 21+   58. Memahami Anak Muda

    Chapter 58Memahami Anak Muda “Karena Isabel bilang, pria kaya seperti kalian memberikan apa saja pada wanita sebagai imbalan telah....” Bianca tidak melanjutkan ucapannya dan menggigit bibirnya. Evander tersenyum, berpikir betapa bodohnya Isabel mengatakan hal-hal seperti itu pada Bianca. Jika ia memberikan apa pun pada Bianca, itu karena ingin menyenangkan Bianca juga sekaligus sebagai bentuk cinta dan sayangnya pada Bianca. Bukan karena Bianca tidur dengannya. Isabel berkata seperti itu bukannya sangat tidak pantas? Menurut Evander seolah secara tidak langsung mengatai Bianca wanita bayaran. Lalu, apa bedanya dirinya? Pria yang tidur dengan wanita bayaran sama saja tercelanya. Evander menghela napasnya. Merasa sangat muak pada isabel dan ingin sekali membuat perhitungan dengan wanita itu, tetapi menurutnya meladeni orang seperti Isabel hanya membuang waktu saja.“Mulai sekarang, bisakah kau tidak mendengarkan Isabel lagi atau siapa pun yang tidak menyukai hubungan kita?” kata Ev

  • EX to NEXT 21+   57. Wanita Materialistis

    Chapter 57 Wanita Materialistis Bianca keluar dari dapur dengan membawa mangkuk berisi macadamia, ayahnya yang semula duduk di sofa ruang keluarga tidak terlihat lagi. Bianca meletakkan mangkuk ke atas meja lalu mengambil sebutir macadamia dan alat pengupasnya, alisnya berkerut karena mendengar ayahnya berbicara dengan seseorang, tetapi suaranya tidak begitu jelas. Bianca bangkit dari duduknya, penasaran dengan siapa ayahnya berbicara karena ibunya berada di dapur. Jadi, Bianca menuju ruang tamu dan saat melihat siapa lawan bicara ayahnya, Bianca tertegun sejenak lalu cepat-cepat melangkah mendekat. “Sayang,” ucap Evander seraya tersenyum ke arahnya. “Kenapa kau di sini?” tanya Bianca kebingungan. “Aku ingin melihatmu,” jawab Evander dan Mr. Stanton berdehem membuat Evander menyeringai sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “Mr. Stanton... aku harus bicara dengan putrimu. Maksudku, aku ingin mengajaknya keluar....” Ayah Bianca mengalihkan pandanganny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status