Beranda / Romansa / EX to NEXT 21+ / 2. La Luna Florist

Share

2. La Luna Florist

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 17:11:49

Chapter 2

La Luna Florist

"Kau sepertinya dalam suasana hati yang tidak bagus," kata Valeria Adams, sekretaris Evander seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.

Evander melirik gelas berisi kopi yang mengepulkan asap panas di atas meja, suasanya hatinya memang sedang sangat kacau dan penyebabnya tentu saja Bianca. Evander tidak menyangka jika hari kedua menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata biru itu meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.

Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian sembilan tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dirinya hanya karena sedikit kalimat ejekannya.

Menurut pria berusia dua puluh tujuh tahun itu kisah asmara mereka ketika itu tidak perlu dibesar-besarkan lagi, itu sudah terlalu lama dan itu juga hanya kisah cinta anak remaja sekolah menengah atas yang tidak serius. Lagi pula siapa suruh Bianca begitu polos saat itu sehingga begitu mudah diperdaya?

Namun, Evander tiba-tiba berpikir jika mungkin Bianca masih sepolos dulu sampai-sampai tidak tahu Binter Canarias adalah perusahaan milik siapa sehingga wanita itu bersedia datang menggantikan temannya. Apakah sebelum menggantikan temannya wawancara Bianca tidak menyelidiki latar belakang perusahaan terlebih dahulu? Bianca benar-benar konyol, pikir Evander.

"Kau baik-baik saja?" tanya Valeria membuyarkan lamunan Evander.

Evander menghela napasnya kemudian menatap Valeria, sekretarisnya yang sudah bersamanya beberapa bulan sejak ia masih menjadi wakil CEO.

"Aku baik-baik saja," jawab Evander muram.

"Hari ini kau ada jadwal pertemuan dengan petinggi perusahaan, apa kau sudah mempelajari susunan materi yang kusiapkan?" tanya Valeria.

Valeria selalu bekerja dengan baik, mengingatkan hal-hal kecil dan mengatur semua jadwal Evander dengan baik.

"Oh, iya. Isabel meneleponku tadi pagi, dia bilang ponselmu tidak aktif," ujar Valeria.

Evander memang belum mengaktifkan ponselnya dari kemarin malam, ponselnya masih dalam mode terbang dan itu biasa dilakukan untuk menjaga konsentrasinya dalam bekerja. Orang-orang terdekatnya tahu ke mana harus mencari Evander jika ponselnya tidak aktif dan Valeria tahu mana yang harus diprioritaskan.

"Aku kan meneleponnya nanti," jawab Evander malas.

Isabel adalah anak dari sahabat baik ayahnya. Ia dan isabel sudah lama berteman dan hubungan di antara mereka abu-abu. Mereka tidak memiliki hubungan spesial, tetapi mereka memiliki kedekatan dan Evan enggan menyebut Isabel sebagai teman tidurnya karena kedengarannya sepertinya terlalu kasar meskipun faktanya dirinya dan Isabel seperti itu.

Setelah Valeria pergi, pria tampan dengan tinggi 189 cm itu meraih ponselnya memerintahkan seseorang menyelidiki Bianca Stanton dan lima belas menit kemudian data-data Bianca sudah ada di genggamannya. Dengan pendidikannya Bianca justru membuka toko bunga padahal ia lulus sebagai Cumlaude saat mendapatkan gelar sarjana, pemikiran sederhana seperti itu tidak dapat dicerna menggunakan akal Evander.

La Luna Florist, Evander tersenyum menatap layar ponselnya, satu tangannya mengusap rambutnya yang berwarna cokelat gelap lalu bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan kerjanya kemudian melajukan mobil sport-nya menuju La Luna Florist.

Sesampainya di tempat yang ia tuju, Evander tidak langsung keluar dari mobil. Ia mengamati bangunan toko bunga yang sederhana, tetapi terlihat rapi dan bersih. Halamannya cukup luas sehingga memudahkan tempat parkir, di teras ada berbagai macam bunga yang dipajang menambah kesan toko bunga kecil yang manis dan estetik

Ketika Evander hendak memasuki pintu toko bunga, pintu toko itu merupakan pintu geser sepeti pintu ruang kerjanya, hanya saja tidak memakai teknologi otomatis sepeti pintu kerjanya.

Evander menggeser pintunya, suasana terlihat lengang dan tidak ada seorang pun di sana. Evander memutuskan untuk melihat-lihat beberapa bunga yang dipajang di dalam toko dan bibirnya mengulas senyum tipis.

"Ada yang bisa kubantu?"

Suara wanita itu membuat Evander memalingkan wajahnya dan ia mendapati Bianca mengenakan pakaian sederhana dengan celemek di tubuhnya memegangi gunting tanaman di tangan kirinya dan Evander baru ingat kalau Bianca kidal. Rambut panjang Bianca tidak lagi serapi tadi pagi saat mereka bertemu, tetapi justru terlihat lebih nyaman dipandang dibandingkan Bianca yang berpenampilan rapi.

Tatapan mereka bersobok, ekspresi Evander langsung serius dan terlihat dingin sementara Bianca memasang tampang galak.

"Untuk apa kau ke sini?" tanya Bianca langsung.

"Bianca?" tanya Evander berpura-pura terkejut melihat Bianca di sana. "Kau bekerja di sini?"

"Hari ini tokoku tidak buka," ucap Bianca.

"Oh. Jadi, ini tokomu? Tapi, kau memasang tanda 'open' di pintumu."

"Ya, aku buka untuk pelangganku."

Evander tersenyum sinis. "Aku bisa membeli toko bungamu jika aku mau."

"Tidak sopan!" kata Bianca sambil melotot. "Kau pikir mentang-mentang kau punya banyak uang dan orang tuamu putra orang penting di negara ini kau bisa seenaknya saja menggertakku?"

"Aku hanya ingin memesan 1001 mawar merah untuk kekasihku dan aku mau sekarang," kata Evander seraya menatap mata Bianca dengan tatapan lurus yang mengintimidasi.

"Sudah kubilang, aku hanya melayani pelangganku saja," ujar Bianca tegas dan membalas tatapan Evander.

Evander tersenyum sinis kepada Bianca meskipun batinnya tidak, menyaksikan Bianca yang begitu berani dan berbeda dengan Bianca di masa sekolah menengah atas benar-benar menarik dan terasa menyenangkan.

"Kubilang aku mau 1001 mawar merah, aku akan menunggunya. Berapa pun biayanya," tegas Evander.

Bianca menghela napas, wanita itu terlihat jengkel. "Silakan mencari toko bunga lain, bunga sebanyak itu kami tidak memilikinya. Kau harus memesanpalimg tidak satu hari sebelumnya."

"Kalau begitu, besok akan kuambil, dan hari ini aku ingin sembilan puluh sembilan mawar," kata Evander.

Bianca memutar bola matanya lalu berjalan ke meja kasir, ia mengambil tumpukan kertas nota dan menulis tagihan pesanan Evander.

"Kau selesaikan dulu pembayarannya," ucap Bianca dingin.

Membeli bunga sebanyak itu tentunya hanya akal-akalan Evander, ia akan menyuruh orang membagi-bagikan di jalanan besok dari pada memenuhi tempat tinggalnya.

Evander lalu membayar seluruh tagihannya, sementara Bianca mulai merangkai sembilan puluh sembilan mawar yang Evander pesan. Diam-diam Evander memperhatikan betapa cekatannya Bianca merangkai bunga dan betapa seriusnya wanita itu memperhatikan tiap detail letak bunga.

Evander berdehem kemudian berkata, "Bagaimana kabar anak temanmu?"

"Sudah lebih baik," jawab Bianca tanpa menoleh pada Evander.

"Aku bisa memberi temanmu kesempatan, jika kau mau."

Bianca mengangkat kepalanya dan tatapan mata wanita itu bersobok dengan tatapan Evander.

"Kenapa harus aku?"

"Ya. Hanya kau yang bisa."

Alis Bianca berkerut dalam. "Omong kosong."

Evander mengambil sebuah kartu nama di meja kasir dan memasukkannya ke dalam saku celananya. "Aku akan memberitahu caranya besok dan jika kita sepakat, dan temanmu lusa bisa mulai kerja di kantorku di departemen keuangan."

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan komentar dan bintang-bintang

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
ngemes dengan interaksi mereka ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • EX to NEXT 21+   44. Keracunan?

    Chapter 44Keracunan?Setelah mengobrol tidak lebih dari lima menit dengan Isabel, Evander meninggalkan tempat pesta dan tidak menyangka di pintu keluar ia bertemu Delina yang masih mengenakan pakaian formal. Delina menyapa Evander, tetapi Evander hanya menganggukkan kepalanya karena terburu-buru untuk pulang.Ia sudah berjanji pada Bianca untuk pergi berkencan di luar, tentu saja bukan makan malam romantis di restoran karena watu sudah terlalu larut untuk makan malam dan mereka telah makan malam di rumah sebelum Evander pergi ke pesta ulang tahun Isabel. Evander mengemudikan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi karena khawatir Bianca menunggunya terlalu lama, juga ia ingin segera melamar Bianca. Evander mengambil kotak cincin di box organizer lalu memasukkannya ke dalam saku celananya. Ketika tiba di tempat tinggalnya ia mendapati Bianca sudah rapi mengenakan bluse berbahan lembut berwarna ivory yang dimasukkan ke dalam celana longgar hi-waist berwarna taupe sementara rambutnya

  • EX to NEXT 21+   43. Penuh Kepura-puraan

    Chapter 43Penuh Kepura-puraan Evander mengemudikan supercar yang dua jam yang lalu diantar oleh Valeria dan mengganggu kegiatannya dengan Bianca. Mobil itu bernilai jutaan Euro, ia tidak menyangka jika ayahnya akan begitu saja membelikannya Bugatti padahal Evander hanya mengatakan secara acak mobil yang diinginkannya. Evander tidak mengambil pusing, toh jika kembali berselisih dengan ayahnya, ia akan mengembalikan mobilnya meskipun Evander tidak mengharapkan perselisihan dengan ayahnya lagi. Evander menggeser tutup box organizer yang terletak di samping joknya lalu mengambil sebuah kotak perhiasan, di dalamnya terdapat sebuah cincin yang bertatahkan berlian. Ia baru membeli cincin itu tadi siang dan meletakkan di mobil lama Bianca, tidak membawanya pulang karena khawatir Bianca menemukannya lalu saat hendak pergi ke pesta ulang tahun Isabel, ia memindahkan cincin itu ke mobil barunya.Evander tersenyum puas lalu meletakkan kembali kotak itu ke dalam tempat semula sembari memikirka

  • EX to NEXT 21+   42. Jurang Hasrat

    Chapter 42Jurang HasratSabtu sore Bianca dan Evander telah berada di tempat tinggal mereka setelah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Bianca dari tokonya dan Evander masih berkutat dengan urusan pekerjaannya yang mengharuskan selesai sebelum hari Selasa karena Selasa memalam ia harus terbang ke salah satu negara di Timur Tengah. Evander baru selesai membersihkan tubuhnya dan hanya mengenakan handuk yang melingkar rendah di pinggangnya sementara tangannya memegangi satu handuk kecil yang digunakan untuk mengeringkan rambutnya.Ia menatap Bianca yang mengenakan piama dan menggulung rambutnya yang basah dengan handuk sedang menyusun alat-alat kecantikannya di meja rias yang mereka beli kemarin malam dan bibir Evander mengulas senyum puas, rasanya hidupnya menjadi sangat sempurna sejak kehadiran Bianca di tempat tinggalnya. Lelah karena pekerjaan tidak lagi terasa karena di tempat tinggalnya ada seseorang yang menyambutnya dengan senyum tulus, ada seseorang yang berbagi pengalaman k

  • EX to NEXT 21+   41. Tinggal Bersama

    Chapter 41Tinggal Bersama Evander tersenyum. “Pekan depan aku harus pergi ke Timur Tengah.” Bianca tidak menduganya. “Untuk?” “Ayahku sudah lama mengusulkan agar aku melanjutkan studi dan aku menolaknya, sekarang dia mengusulkan agar aku belajar langsung ke salah satu perusahaan maskapai terbaik di dunia secara langsung. Kupikir ini kesempatan bagus sehingga aku tidak menolaknya. Aku tahu ini berat untuk kita, aku mungkin akan berada di Timur Tengah untuk beberapa minggu,” ujar Evander. Bianca tersenyum. “Bukan masalah. Hanya beberapa minggu.” Evander mengelus-elus punggung tangan Bianca. “Ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiranku,” katanya sembari menatap Bianca.Bianca membalas tatapan Evander bersiap mendengar Evander memberitahunya masalah Isabel yang akan mengumumkan pertunangan. “Katakan,” kata Bianca penuh harap.“Minggu ini akan menjadi sangat sibuk bagiku, aku tidak bisa menemanimu kalau Marco membuat kegaduhan lagi.” Kulit wajah Bianca merona mendengar apa yang di

  • EX to NEXT 21+   40. Perasaan Takut Bianca

    Chapter 40Perasaan Takut BiancaDelina memarkirkan mobilnya di depan La Luna Florist, tetapi ia sebenarnya tidak memiliki alasan yang kuat mengapa ia berada di sana. Wanita itu menghela napas dalam-dalam, berpikir jika mungkin dirinya terlihat terlalu banyak mencampuri urusan Bianca, tetapi ini adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan.Bianca telah banyak membantunya tanpa memandang apa pun padahal mereka hanya dua kali bertemu dan Bianca tidak berpikir panjang untuk memberikan informasi tentang Ryan. Delina tidak mau menjadi orang yang tidak berterima kasih, ia harus memastikan jika Bianca tidak akan disakiti oleh Evander sementara terhadap Isabel selama ini ia tidak pernah berutang budi apa pun pada Isabel. Bahkan jika dipikir-pikir ia justru belum pernah menceritakan masalah priabdinya pada Isabel karena di pandangannya Isabel bukan seorang pendengar yang baik untuknya. “Hai,” sapa Bianca sembari tersenyum lebar ketika melihat Delina memasuki toko. Delina mengamati toko dan tidak

  • EX to NEXT 21+   39. Permainan Ayah Evander

    Chapter 39Permain Ayah Evander Setelah mengantarkan Bianca ke toko, Evander kembali ke tempat tinggalnya lalu mengemudikan mobil menuju ke kantor. Pagi-pagi sekali Valeria sudah meneleponnya dan memberitahu kalau ayahnya setuju dengan syarat yang diajukan Evander, tetapi Evander yakin jika ayahnya tidak semudah itu mengalah padanya. Evander bukan tidak memercayai ayahnya sepenuhnya, tetapi orang tidak mungkin begitu saja melunak jika tidak memiliki reancana cadangan. Ayahnya mungkin akan mengambil langkah yang belum terpikirkan oleh Evander dan Evander tidak sabar untuk mngetahuinya. Ketika Evander memasuki ruang kerjanya, ayahnya duduk di kursi tempatnya biasa duduk.“Bagaimana kabarmu, Nak?” tanya Raul dengan senyum lebar. Evander menutup pintu dan berkata, “Selama pagi, Pa.” Raul bergeser, memperbaiki posisinya. “Valeria pasti sudah bilang kalau Papa ingin bicara langsung denganmu, kan?” “Ya, Valeria sudah bilang,” jawab Evander seraya menarik kursi kemudian duduk di seberang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status