Chapter 44Keracunan?Setelah mengobrol tidak lebih dari lima menit dengan Isabel, Evander meninggalkan tempat pesta dan tidak menyangka di pintu keluar ia bertemu Delina yang masih mengenakan pakaian formal. Delina menyapa Evander, tetapi Evander hanya menganggukkan kepalanya karena terburu-buru untuk pulang.Ia sudah berjanji pada Bianca untuk pergi berkencan di luar, tentu saja bukan makan malam romantis di restoran karena watu sudah terlalu larut untuk makan malam dan mereka telah makan malam di rumah sebelum Evander pergi ke pesta ulang tahun Isabel. Evander mengemudikan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi karena khawatir Bianca menunggunya terlalu lama, juga ia ingin segera melamar Bianca. Evander mengambil kotak cincin di box organizer lalu memasukkannya ke dalam saku celananya. Ketika tiba di tempat tinggalnya ia mendapati Bianca sudah rapi mengenakan bluse berbahan lembut berwarna ivory yang dimasukkan ke dalam celana longgar hi-waist berwarna taupe sementara rambutnya
Chapter 43Penuh Kepura-puraan Evander mengemudikan supercar yang dua jam yang lalu diantar oleh Valeria dan mengganggu kegiatannya dengan Bianca. Mobil itu bernilai jutaan Euro, ia tidak menyangka jika ayahnya akan begitu saja membelikannya Bugatti padahal Evander hanya mengatakan secara acak mobil yang diinginkannya. Evander tidak mengambil pusing, toh jika kembali berselisih dengan ayahnya, ia akan mengembalikan mobilnya meskipun Evander tidak mengharapkan perselisihan dengan ayahnya lagi. Evander menggeser tutup box organizer yang terletak di samping joknya lalu mengambil sebuah kotak perhiasan, di dalamnya terdapat sebuah cincin yang bertatahkan berlian. Ia baru membeli cincin itu tadi siang dan meletakkan di mobil lama Bianca, tidak membawanya pulang karena khawatir Bianca menemukannya lalu saat hendak pergi ke pesta ulang tahun Isabel, ia memindahkan cincin itu ke mobil barunya.Evander tersenyum puas lalu meletakkan kembali kotak itu ke dalam tempat semula sembari memikirka
Chapter 42Jurang HasratSabtu sore Bianca dan Evander telah berada di tempat tinggal mereka setelah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Bianca dari tokonya dan Evander masih berkutat dengan urusan pekerjaannya yang mengharuskan selesai sebelum hari Selasa karena Selasa memalam ia harus terbang ke salah satu negara di Timur Tengah. Evander baru selesai membersihkan tubuhnya dan hanya mengenakan handuk yang melingkar rendah di pinggangnya sementara tangannya memegangi satu handuk kecil yang digunakan untuk mengeringkan rambutnya.Ia menatap Bianca yang mengenakan piama dan menggulung rambutnya yang basah dengan handuk sedang menyusun alat-alat kecantikannya di meja rias yang mereka beli kemarin malam dan bibir Evander mengulas senyum puas, rasanya hidupnya menjadi sangat sempurna sejak kehadiran Bianca di tempat tinggalnya. Lelah karena pekerjaan tidak lagi terasa karena di tempat tinggalnya ada seseorang yang menyambutnya dengan senyum tulus, ada seseorang yang berbagi pengalaman k
Chapter 41Tinggal Bersama Evander tersenyum. “Pekan depan aku harus pergi ke Timur Tengah.” Bianca tidak menduganya. “Untuk?” “Ayahku sudah lama mengusulkan agar aku melanjutkan studi dan aku menolaknya, sekarang dia mengusulkan agar aku belajar langsung ke salah satu perusahaan maskapai terbaik di dunia secara langsung. Kupikir ini kesempatan bagus sehingga aku tidak menolaknya. Aku tahu ini berat untuk kita, aku mungkin akan berada di Timur Tengah untuk beberapa minggu,” ujar Evander. Bianca tersenyum. “Bukan masalah. Hanya beberapa minggu.” Evander mengelus-elus punggung tangan Bianca. “Ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiranku,” katanya sembari menatap Bianca.Bianca membalas tatapan Evander bersiap mendengar Evander memberitahunya masalah Isabel yang akan mengumumkan pertunangan. “Katakan,” kata Bianca penuh harap.“Minggu ini akan menjadi sangat sibuk bagiku, aku tidak bisa menemanimu kalau Marco membuat kegaduhan lagi.” Kulit wajah Bianca merona mendengar apa yang di
Chapter 40Perasaan Takut BiancaDelina memarkirkan mobilnya di depan La Luna Florist, tetapi ia sebenarnya tidak memiliki alasan yang kuat mengapa ia berada di sana. Wanita itu menghela napas dalam-dalam, berpikir jika mungkin dirinya terlihat terlalu banyak mencampuri urusan Bianca, tetapi ini adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan.Bianca telah banyak membantunya tanpa memandang apa pun padahal mereka hanya dua kali bertemu dan Bianca tidak berpikir panjang untuk memberikan informasi tentang Ryan. Delina tidak mau menjadi orang yang tidak berterima kasih, ia harus memastikan jika Bianca tidak akan disakiti oleh Evander sementara terhadap Isabel selama ini ia tidak pernah berutang budi apa pun pada Isabel. Bahkan jika dipikir-pikir ia justru belum pernah menceritakan masalah priabdinya pada Isabel karena di pandangannya Isabel bukan seorang pendengar yang baik untuknya. “Hai,” sapa Bianca sembari tersenyum lebar ketika melihat Delina memasuki toko. Delina mengamati toko dan tidak
Chapter 39Permain Ayah Evander Setelah mengantarkan Bianca ke toko, Evander kembali ke tempat tinggalnya lalu mengemudikan mobil menuju ke kantor. Pagi-pagi sekali Valeria sudah meneleponnya dan memberitahu kalau ayahnya setuju dengan syarat yang diajukan Evander, tetapi Evander yakin jika ayahnya tidak semudah itu mengalah padanya. Evander bukan tidak memercayai ayahnya sepenuhnya, tetapi orang tidak mungkin begitu saja melunak jika tidak memiliki reancana cadangan. Ayahnya mungkin akan mengambil langkah yang belum terpikirkan oleh Evander dan Evander tidak sabar untuk mngetahuinya. Ketika Evander memasuki ruang kerjanya, ayahnya duduk di kursi tempatnya biasa duduk.“Bagaimana kabarmu, Nak?” tanya Raul dengan senyum lebar. Evander menutup pintu dan berkata, “Selama pagi, Pa.” Raul bergeser, memperbaiki posisinya. “Valeria pasti sudah bilang kalau Papa ingin bicara langsung denganmu, kan?” “Ya, Valeria sudah bilang,” jawab Evander seraya menarik kursi kemudian duduk di seberang