Share

Elegi
Elegi
Penulis: Oxell Raditya

Prolog

Rerintik hujan turun membasahi setiap bagian dari permukaan Bumi. Tiap tetesnya bagai kemarahan semesta, di mana awan kelabu sepenuhnya menyembunyikan Sang Mentari. Angin bertiup ringan bagai bisikan merdu yang menenangkan semesta dari kemarahannya. Tiba-tiba suara dentingan lonceng terdengar menggelegar ke seantero jagat raya. Rerintik air yang jatuh berhenti di udara, angin berhenti bertiup. Hanya tinggal keheningan janggal yang tertinggal. 

Di sebuah pegunungan yang ditumbuhi pepohonan lebat, sebuah cahaya putih muncul secara tiba-tiba. Para manusia terbiasa menyebut wilayah itu termasuk ke dalam Britania Raya. Cahaya putih itu berubah terang, semakin terang, dan semakin terang, seolah berniat membutakan mata siapapun yang melihatnya, dan begitu cahaya itu menghilang tinggallah sesosok tubuh telanjang yang tergeletak di atas tanah lembab sisa hujan. 

Perlahan kelopak mata berwarna kecokelatan itu membuka, menampilkan eksistensi bola mata biru yang dimilikinya. Tetes air hujan yang berhenti di udara kembali jatuh dan angin kembali bertiup. Manusia yang baru saja membuka mata itu bergegas duduk. Manik birunya meneliti keadaan sekitar, dan sekelebat ingatan singgah dalam kepala pirangnya. 

"Namamu adalah Karma. Kau bukan apapun atau siapapun. Aku membangkitkan lagi jiwamu untuk menebus seluruh dosa masa lalumu." Begitulah Sabda Sang Dewa. 

Lantas di mana ia sekarang? Kenapa Dewa memilih tempat ini sebagai tempat kebangkitannya? 

"Pergilah, Karma," ujar suara dalam kepalanya. 

"Pergi? Ke mana aku harus pergi?" tanya Karma dengan sekujur tubuh basah kuyup. 

"Ke manapun." 

"Tapi—" 

"Mulai detik ini, kau akan menjalani penebusan dosamu." 

Lalu hening. Tiada lagi suara yang terdengar dalam kepala. Hanya suara berisik dari tetes-tetes air yang jatuh dari langit juga angin yang bermain bersama dedaunan di pohon-pohon tinggi nan lebat. Manik biru itu terus menatap ke sekeliling, berusaha memikirkan ke mana ia harus pergi. Menghela napas sejenak, kaki telanjangnya mulai berjalan ke arah mana pun. Saat itulah suara berisik lain masuk ke dalam indera pendengarannya. Rasa penasaran mengurungkan niatnya pergi, ia malah terdiam sembari mengira-ngira apa suara yang didengarnya barusan. Begitu ia berbalik badan, suara berisik itu menampakkan eksistensinya. Kawanan makhluk bersayap dengan dua kaki dan ekor tergulung. 

Wyvern. 

Manik biru itu melebar sempurna begitu kawanan Wyvern itu membuka mulut lebar-lebar dan bersiap memangsanya hidup-hidup, namun sebelum hal itu terjadi ada tiupan angin yang begitu besar dari atas kepalanya. Sesosok makhluk bersayap berwarna merah dengan empat kaki. Juga makhluk bertubuh panjang seperti ular berwarna putih dengan tiga cakar. Entah bagaimana caranya Karma telah mengenali jenis makhluk-makhluk di Bumi. Dua makhluk yang baru datang itu sebangsa dengan Wyvern. Mereka adalah ... Dragon. 

Dalam satu kedipan mata, kedua Dragon telah melawan kawanan Wyvern. Saat para Wyvern menyemburkan racun, maka Dragon bersayap merah yang akan menangani dengan napas apinya dan ketika para Wyvern menyemburkan api, maka Dragon putih becakar tiga yang akan menangani dengan semburan airnya. Hingga para Wyvern itu musnah dari hadapan kedua Dragon, Karma masih membeku di tempatnya. 

Kedua Dragon itu kemudian berbalik badan demi menatap sosok pirang yang sejak tadi terpaku. Sosok Dragon berwarna putih itu kemudian mengubah wujudnya menjadi sosok manusia. Manik biru Karma sukses terpana pada keindahan sosok berpakaian serba putih yang memiliki mata segelap langit malam tanpa gemintang. Ia berani bertaruh, seluruh penduduk surga tiada bandingannya dengan sosok itu. 

"Y Ddraig Goch, kenapa ada manusia di sini?" tanya si gadis pada Dragon merah yang menapakkan kaki di tanah. 

"Wahai Putri Ryujin, ialah Sabda Sang Dewa yang akan menebus dosa kepada semesta." 

Gadis bermata malam itu mengangguk sebelum melempar selembar kain putih pada Karma. "Pergilah," gumam si gadis. 

"Aku tidak tahu ke mana aku harus pergi." Karma memakai kain putih itu untuk menutup tubuh telanjangnya. "Tidak bisakah aku tinggal di sini saja?" 

"Tidak ada seorang manusia pun yang boleh tinggal di kawasan ini. Apakah kau lupa, kau hampir menjadi makanan para Wyvern?" tanya Y Ddraig Goch. 

"Tapi tidak mungkin Dewa membangkitkanku di tempat ini tanpa alasan." 

Y Ddraig Goch melirik Sang Putri Ryujin. Gadis itu terlihat menghela napas sejenak sebelum berkata, "Lakukan apapun asal tidak menganggu pekerjaanku." 

"Tapi aku memiliki persyaratan untukmu, manusia." 

"Apa itu?" Manik biru Karma menatap lekat-lekat wajah Y Ddraig Goch. 

"Apapun yang terjadi, jangan pernah menyentuh Putri Ryujin, dan jika kau nekat menyentuhnya aku akan membuatmu merasakan panas api neraka terdalam." 

Y Ddraig Goch mendengus hingga kepulan asap keluar dari kedua lubang hidungnya. Karma dapat merasakan panas yang dihasilkan dari Dragon merah tersebut. Dragon di hadapannya ini benar-benar tidak main-main dengan ancamannya. 

"Baiklah aku mengerti ...." 

"Y Ddraig Goch. Kau bisa memanggilku begitu, dan dia Putri Ryu—" 

"Iris. Panggil aku Iris." 

"Aku Karma, dan terima kasih telah mengizinkanku berada di sini." 

Angin kembali berhembus pelan di antara rerintik gerimis yang berjatuhan. Mereka bagai pertanda dimulainya penebusan dosa Karma kepada semesta. 

※※※※※※※ 

Y Ddraig Goch : Dragon dari mitologi Wales 

Wyvern : Bentuknya mirip Dragon, asal dari Inggris. Bisa dibilang mereka sepupunya Dragon dan mereka brutal juga berbahaya karena bodoh, tidak seperti Dragon yang punya kecerdasan dan kadang ada yang baik ada yang jahat. 

Ryujin : Dewa Naga dalam mitologi Jepang

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status