Beranda / Romansa / Emily'S Lover / CHAPTER SEVENTY

Share

CHAPTER SEVENTY

Penulis: Kowalska
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-08 15:16:50

Alex menarik tangan Emily dengan semangat yang begitu menggebu. Langkah kecilnya terasa ringan, seolah tak sabar menunjukkan sesuatu yang sudah lama ingin ia bagi. Hari ini, mimpinya terwujud: ibunya akan tinggal di rumah Lucas walaupun hanya akhir pekan. Sudah sejak minggu lalu Alex berharap hal ini terjadi. Ia menyukai kamar pribadinya yang disiapkan Lucas—tapi kamar sebesar itu, tanpa kehadiran Emily, terasa hampa dan menyedihkan.

Beberapa malam lalu, ketika Emily menemaninya tidur, sang ibu sempat berbisik bahwa ia akan mencoba tinggal selama akhir pekan di rumah Lucas. Bagi Alex, itu seperti jawaban dari doanya setiap malam.

“Pelan-pelan, Alex. Mommy bisa jatuh kalau kamu menarik mommy sekuat itu,” ucap Emily sambil tersenyum melihat antusiasme putranya.

“Ayo Mom, cepat! Aku mau tunjukkan kamarku!”

Dari belakang, terdengar suara Lucas yang baru saja masuk sambil mengangkat beberapa koper milik Emily. “Alex, jangan tarik Mommy seperti itu. Pergilah dulu ke kamar, ada hadiah yang m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Emily'S Lover   CHAPTER SEVENTY ONE

    Lucas membuka matanya perlahan. Kelopak matanya terasa berat, kepalanya berdenyut hebat. Pening itu seolah mengguncang dari dalam. Ia baru menyadari, semalaman ia tidak benar-benar tertidur—rasa bersalah membebani pikirannya tanpa henti.Bayangan wajah Emily tidak pernah pergi dari benaknya. Ia ingin meminta maaf. Tapi sepanjang malam, ia hanya bisa mendengar isak tangis Emily dari kamar sebelah. Dan ketika tangisan itu akhirnya reda, gadis itu sudah terlelap, tenggelam dalam kelelahan emosionalnya.Lucas menyumpahi dirinya sendiri. Kata-katanya semalam, ekspresi dinginnya—semuanya begitu bodoh. Ia tidak bisa berhenti memikirkannya, hingga akhirnya ia menyerah dan memilih menghabiskan malam bersama sebotol whisky, berharap mabuk bisa membius rasa sesalnya. Nyatanya, yang tersisa pagi ini hanyalah pening dan rasa muak terhadap dirinya sendiri.Ia mendesah pelan dan perlahan duduk di tepi ranjang. Kakinya menyentuh lantai dingin, lalu ia mencoba berdiri. Namun seketika itu juga, seluruh

  • Emily'S Lover   CHAPTER SEVENTY

    Alex menarik tangan Emily dengan semangat yang begitu menggebu. Langkah kecilnya terasa ringan, seolah tak sabar menunjukkan sesuatu yang sudah lama ingin ia bagi. Hari ini, mimpinya terwujud: ibunya akan tinggal di rumah Lucas walaupun hanya akhir pekan. Sudah sejak minggu lalu Alex berharap hal ini terjadi. Ia menyukai kamar pribadinya yang disiapkan Lucas—tapi kamar sebesar itu, tanpa kehadiran Emily, terasa hampa dan menyedihkan.Beberapa malam lalu, ketika Emily menemaninya tidur, sang ibu sempat berbisik bahwa ia akan mencoba tinggal selama akhir pekan di rumah Lucas. Bagi Alex, itu seperti jawaban dari doanya setiap malam.“Pelan-pelan, Alex. Mommy bisa jatuh kalau kamu menarik mommy sekuat itu,” ucap Emily sambil tersenyum melihat antusiasme putranya.“Ayo Mom, cepat! Aku mau tunjukkan kamarku!”Dari belakang, terdengar suara Lucas yang baru saja masuk sambil mengangkat beberapa koper milik Emily. “Alex, jangan tarik Mommy seperti itu. Pergilah dulu ke kamar, ada hadiah yang m

  • Emily'S Lover   CHAPTER SIXTY NINE

    Emily melambaikan tangan, mengantar kepergian Lucas dan Alex dengan senyum tenang. Sudah seminggu terakhir Lucas rutin menjemput dan mengantar Alex dari rumahnya ke playground. Tak ada drama, tak ada pertengkaran, dan tak ada agenda tersembunyi—murni hanya antar-jemput.Tak disangka, sakit mereka berdua tempo hari justru membawa perubahan. Bolehkah Emily merasa sedikit bersyukur atas kejadian itu? Setidaknya, dua laki-laki dalam hidupnya kini mulai menyadari betapa egoisnya mereka selama ini.Ia menarik napas panjang, lalu mulai berjalan menyusuri halaman rumah. Matanya menyapu deretan tanaman hias, memeriksa satu per satu apakah ada yang rusak atau butuh perhatian. Langkahnya kemudian membawanya ke halaman samping, melewati pagar depan. Di sana, ia baru menyadari satu hal: mainan-mainan Alex masih berserakan, belum dibereskan sejak kemarin. Beberapa bungkus es krim kosong dan sampah kecil lain ikut berserakan di sekitar area bermain.Emily mendesah pelan, sedikit jengkel. Sudah bisa

  • Emily'S Lover   CHAPTER SIXTY EIGHT

    Lucas terbangun dari tidurnya di pagi hari. Suara bel dari pintu utama membangunkannya, disusul langkah kaki yang terdengar melintasi lorong, lalu suara pintu yang terbuka.Tubuhnya terasa gerah, lehernya basah—efek dari obat penurun demam yang ia minum semalam. Ia mendesah pelan, tubuhnya masih berat, tapi pikirannya mulai sadar.“Hei, kau membawanya?” terdengar suara Emily dari arah luar, samar namun jelas.“Good morning, Grace. Aku menaruhnya di bagasi mobil,” sahut suara laki-laki—dalam, khas, dan tidak asing. Lucas langsung tahu itu suara Samuel. Setelah itu, percakapan mereka tak terdengar lagi.Dengan seluruh tenaga yang tersisa, Lucas memutar tubuhnya di atas sofa dan berusaha bangkit. Ia menyandar sebentar, lalu melongokkan kepala ke arah jendela. Belum terlihat apa pun. Penasaran, ia berjongkok perlahan di atas sofa, tubuhnya condong ke depan, berusaha melihat lebih jelas ke halaman depan rumah.Dan di sana—tepat di sisi mobil—Emily tampak tertawa pelan, tersipu, berdiri di

  • Emily'S Lover   CHAPTER SIXTY SEVEN

    Lucas melempar jaket yang baru saja ia lepas ke arah sofa. Amarahnya benar-benar memuncak. Bukan hanya karena Emily tak mempercayainya, tapi juga karena ia merasa diabaikan begitu saja.Dengan langkah berat, Lucas mendekati sofa, lalu duduk dan menenggelamkan wajahnya ke dalam kedua telapak tangan. Ia mulai menghitung dalam hati—satu... dua... tiga...Dan akhirnya, teriakan itu pecah. Penuh frustasi. Sudah tiga hari Alex tinggal bersamanya di rumah baru yang baru seminggu lalu ia beli. Tapi selama itu pula, Alex terus meminta untuk pulang. Dan Lucas? Ia bahkan belum berhasil menghubungi Emily sama sekali.Malam ini semakin kacau. Alex tiba-tiba jatuh demam dan menjadi sangat rewel.“Oke, Lucas. Tugasku ke Chicago ini hanya untuk menemanimu, not to babysit a child who I don't even know where he came from. You seriously need to call his mom. He keeps calling for her— ‘Mommy, mommy’—I beg you!”“I know, Al. I’m thinking!” sahut Lucas, nadanya meninggi, tapi jelas ia juga sedang kacau.“S

  • Emily'S Lover   CHAPTER SIXTY NINE

    Emily melambaikan tangan, mengantar kepergian Lucas dan Alex dengan senyum tenang. Sudah seminggu terakhir Lucas rutin menjemput dan mengantar Alex dari rumahnya ke playground. Tak ada drama, tak ada pertengkaran, dan tak ada agenda tersembunyi—murni hanya antar-jemput.Tak disangka, sakit mereka berdua tempo hari justru membawa perubahan. Bolehkah Emily merasa sedikit bersyukur atas kejadian itu? Setidaknya, dua laki-laki dalam hidupnya kini mulai menyadari betapa egoisnya mereka selama ini.Ia menarik napas panjang, lalu mulai berjalan menyusuri halaman rumah. Matanya menyapu deretan tanaman hias, memeriksa satu per satu apakah ada yang rusak atau butuh perhatian. Langkahnya kemudian membawanya ke halaman samping, melewati pagar depan. Di sana, ia baru menyadari satu hal: mainan-mainan Alex masih berserakan, belum dibereskan sejak kemarin. Beberapa bungkus es krim kosong dan sampah kecil lain ikut berserakan di sekitar area bermain.Emily mendesah pelan, sedikit jengkel. Sudah bisa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status