공유

BAB 4

작가: Pena_Receh01
last update 최신 업데이트: 2025-05-27 16:34:22

Matahari menyorot bangunan yang di pandang oleh Emily, dengan tangan memeluk boneka beruang besar. Tatapan ia terpaku pada kediaman yang akan menjadi tempat berteduh bagi dia dan empat tunangannya. Di antara pikiran yang bercabang-cabang, sedangkan Owen begitu cekatan mengangkat koper anak Maria. Lelaki tersebut setelah mengeluarkan barang bawaan sang gadis, memandang perempuan itu dan melangkah mendekat.

"Ver, ayo masuk!" ajak Owen.

Suara lelaki itu membuat Emily tersentak, membuat Owen tersenyum kecil lalu tangannya terulur mengusap bahu sang tunangan.

"Santai aja, Vera. Kami tidak akan memakanmu," goda pria tersebut.

Bibir gadis itu maju seketika, mendengar ucapan Owen yang bagai ejekan. Sebuah dengusan kesal keluar dari hidung, diikuti hentakan kaki penuh amarah. Karena emosi wanita itu memilih meninggalkan Owen yang tangannya sibuk membawa barang bawaan.

"Vera, tunggu! bantu bawa barangmu juga lah ...," seru Owen sedikit berteriak.

tunangan lelaki itu hanya melirik sekilas ke arah Owen sebelum melanjutkan langkahnya. Setelah sampai di depan pintu besar, Emily menekan bel beberapa kali. Bunyi nyaring yang tak berhenti-henti itu menggema, mengganggu tidur nyenyak seseorang di sana. Dengusan kesal keluar dari pria berambut side-swept hair berwarna hitam gelap dengan mata cokelat tua yang intens dan hidung mancung.

"Siapa sih! gak sabaran banget, berisik tau. Tekan bel cukup sekali aja," omel Ethan.

Tatapan tajam Emily langsung menusuk Ethan bagai laser yang siap menerjang. Lelaki itu dengan secepat kilat mengubah ekspresi wajah kala seketika, tadinya penuh amarah kini berganti senyuman.

"Ternyata kamu, Mily. Ayo masuk," ajak Ethan.

Ethan dengan sigap merengkuh tangan Emily, menarik masuk ke kediaman. Owen yang berada dibelakang mereka masih bergelut dengan tumpukkan barang bawaan sang gadis. Melihat kedua manusia memasuki rumah, Pria yang dipanggil Paman Alex oleh Emily ini berteriak kesal.

"Ethan! jangan pergi gitu aja. Ayo bantu aku bawa barang-barang ini," perintah Owen.

Pria yang dipanggil oleh Owen hanya melirik sekilas lalu dengan gerakan cepat Emily menarik lengan Ethan. menyeret lelaki tersebut, tanpa diberikan pilihan putra pertama Olivia menuruti langkah tiba-tiba wanita yang dia panggil Mily. Owen yang frustasi menghela napas berat, memandang kepergian mereka dan tumpukkan barang bawaan tunangannya.

"Paman Han, ayo ajak aku keliling," pinta Emily.

Seulas senyum licik muncul di bibir Ethan kala memahami situasi yang mendadak ini. Ia segera menyetujui permintaan Emily, mengikuti langkah gadis tersebut. Lelaki itu mengajak pergi sang tunangan berkeliling, sementara Owen bagai berganti profesi sebagai pelayan. Mengangkut barang bawaan Emily dan membawa ke kamar yang disiapkan untuk wanita tersebut. Setelah melakukan hal ini, dia bergegas pergi ke dapur menyiapkan minuman.

"Paman Han gak kerja?" tanya Emily kala mereka duduk di ruang tengah.

Kepala Ethan menggeleng sebagai jawaban, lelaki itu berinisiatif menyuapi buah anggur untuk Emily. saat wanita tersebut hendak mengigit, spontan Ethan menarik tangan dan memakannya sendiri. Hal tersebut membuat Emily kesal, apalagi ia memang sedang diliputi emosi membuat gadis ini sangat mudah tersinggung.

"Dasar! Kalau mau buah ya ambil sendiri, masa mau disuapi. Emang kamu masih kecil," ledek Ethan.

Ledakan emosi menguasai otak Emily, dengan gerakan cepat dan penuh amarah. Ia bangkit dari duduk dan menjepit hidung Ethan dengan dua jari membuat pria tersebut terpekik.

"Kamu menyebalkan, Paman! sama aja kaya Paman Alex," sembur Emily penuh amarah.

pria yang diserang Emily ini memajukan bibir, ia sangat kesal. Ingin sekali membalas, tetapi melihat mimik wajah sang perempuan yang berbeda ia urungkan. Hidung lelaki itu memerah, menunjukkan betapa kuat jepitan Emily. Putra pertama Olivia ini menggosok pelan, karena masih terasa nyeri. Melihat adegan tersebut, Owen berusaha menyembunyikan senyuman geli yang hampir berubah menjadi tawa lepas. saudara pria tersebut segera mendekati Emily dan menyodorkan segelas jus alpukat dingin.

"Minumlah, kamu pasti haus bukan," ucap Owen dengan nada datar.

Emily spontan mendongak mendengar suara Owen, netranya segera bertemu dengan tatapan pria tinggi seratus delapan puluh tiga centimeter ini yang berprofesi pilot tersebut. Gadis tersebut segera mengambil gelas berisi jus dan meneguk perlahan. Rasa dingin langsung menyapa tenggorokan tunangan kedua lelaki ini.

"Enak, Paman Alex. Makasih udah buatkan aku jus ini," kata perempuan bermata cokelat tua ini.

Owen hanya mengangguk pelan sebagai jawaban lalu ikut duduk di samping Emily.

"Begitu cepat berubah muka, udah kaya bunglon aja," gerutu Ethan.

Wajah Emily berkerut kesal mendengar ucapan Ethan, ia melotot tajam ke arah lelaki tersebut sebelum dia memalingkan wajah. Gadis ini kembali meneguk jus dingin buatan Owen, setelah minum Emily lewat sudut mata memperhatikan putra ketiga Olivia yang mengusap keringat di dahi lalu Ethan masih mengusap hidung berwarna merah akibat cubitannya. Tanpa sadar senyuman kecil terbit di bibir kala menyaksikan dua pria besar tengah sibuk dengan cara masing-masing.

"Paman Mikey sama Paman Noah bekerja?" tanya gadis itu sambil menaikkan alis memandang keduanya.

"Ada kami kenapa kamu menanyakan mereka," kata Ethan dengan bibir dimajukan.

"Aku cuma bertanya, Paman Han. Kamu itu begitu cemburuan," balas Emily.

Owen memandang Emily sesaat lalu menyandarkan tubuh ke sofa sambil memejamkan mata. "Michael lagi sibuk di kantor, katanya baru bisa pulang larut malam, gak perlu tunggu dia. Daniel mengusahakan pulang secepatnya," balas lelaki itu.

Mendapati jawaban Owen, gadis itu menggerakkan kepala ke atas dan kebawah lalu tangan memainkan sedotan. Sorot matanya melembut lalu mengambil jeruk di atas meja dan mengusap dengan telaten, selesai melakukan hal ini ia menyodorkan buah tersebut ke mulut putra ketiga Olivia.

"Buka mulutmu Paman Alex, ini sebagai balasan karena membuatkanku jus alpukat," perintah Emily.

Lelaki itu melirik Emily sebentar lalu menuruti perkataan wanita tersebut.

"Aku cuma masih gak percaya, kalian tunanganku. Dan kita bakal tinggal bersama, lagian aku bukan merindukan mereka. Hanya ... penasaran saja," lanjut gadis itu.

Ethan melipat tangan di dada, masih merengut. "Kamu tuh bukan cuma sekadar penasaran, kamu itu kepo."

Emily menoleh cepat, matanya menyipit. "Dan kamu bukan cuma sekadar menyebalkan, kamu itu nyebelin banget!"

"Sudah, sudah," sela Owen melerat dua makhluk di kediaman ini.

"Belum juga seharian kalian bersama, sudah mau berubah jadi tom dan jerry saja," gerutu lelaki tersebut.

"Dia yang mulai," tunjuk Ethan, menunjuk Emily.

"Dia yang mancing," balas Emily cepat, tak mau kalah.

Owen menatap keduanya silih berganti, lalu geleng kepala. "Apa aku harus sediakan peluit dan papan skor di rumah ini nanti?"

"Aku sih setuju," Ethan menyahut cepat.

Putra ketiga Olivia itu menghela napas melihat kedua manusia berbeda jenis ini, lelaki tersebut memijat kening yang berdenyut. Sedangkan Ethan dan Emily saling melemparkan tatapan dan menyeringai.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Jadi penasaran Emily & ke 4 Tunangannya beda usia berapa?!.
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Empat Tunanganku   BAB 12

    "Ayo! Jangan kebanyakan melamun, nanti kerasukan Ethan, gawat," seru Michael. Lelaki itu segera menarik tangan Emily, menghindar dari saudara kandung dia. Gadis tersebut memekik kala lengannya ditarik. "Kok, malah aku yang dibawa-bawa. Lah ... adik sialan! kamu kira aku setan, buat Mily kerasukan," omel Ethan kala sadar dari perkataan adiknya. Ethan menuju penuh amarah Michael yang mulai menjauh dari mereka, sedangkan lelaki tersebut hanya melirik sekilas tanpa memelankan lau langkahnya. Owen menggelengkan melihat hal ini, sedangkan Daniel mengepalkan tangan memandang kepergian kakak dan tunangannya. "Paman Mikey, pelan-pelan," pinta Emily. Mendengar perkataan Emily, Michael memelankan laju langkahnya dan menjadi berjalan. Gadis tersebut napas dia terdengar terengah-engah membuat sang CEO memandang dengan tatapan rasa bersalah. "Aku gak suka kamu kaya begitu, ngurung diri. Aku khawati

  • Empat Tunanganku   BAB 11

    Gadis bermata cokelat itu tersentak dari lamunan, ingatan tentang kejadian satu jam yang lalu berkelebatan jelas di benak. Membuat napas Emily sedikir sesak, ia mengalihkan tatapan ke pintu, terdengar kembali di telinga ketukan pintu yang tak berhenti. "Mily! kamu kenapa gak keluar-keluar. Mau bertelur di sana," teriak Ethan. "Vera, kamu kenapa? Jangan buat kami khawatir," seru Owen dengan tangan terus mengetuk pintu. "Ily, cepat buka pintunya!" perintah Michael dengan suara tegas namun terdengar nada khawatir. "Anne, kamu gak apa-apa kan? Kata mereka kamu belum keluar sejak tadi, apa aku salah beli merk pembalutnya? Atau apa? Ayo beritahu aku. Kamu jangan kaya gini," tutur Daniel berusaha membujuk dengan nada lembut. "Mily ... cepat buka pintunya! Kalau enggak aku dobrak nih," kata Ethan sekali lagi. Emily menarik napas dan mengembuskan pelan-pelan, mengatur detak jantung yang berkerja tidak n

  • Empat Tunanganku   BAB 10

    Daniel langsung menatap kesal sang kakak dan mengembuskan napas, dia memegang tangan Michael yang memegang bahunya begitu kuat. "Okey, okey, Kakak. Lagian aku gak mau sampai Anne menunggu terlalu lama." "Anne, merk seperti biasa bukan. Tunggu aku, aku bakal secepatnya pulang," seru Daniel merebut handphone dari genggaman Michael. "I ... iya Paman Noah," balas Emily. Pria itu segera mematikan sambungan telepon lalu menaruh handphone Owen ke meja makan. Ia segera melangkah pergi meninggalkan Michael yang menunjukkan riak murka. Lelaki tersebut menggerakkan jari dan menyeringai walau tidak terlihat oleh mereka. "Owen, pinjam motormu!" teriak lelaki tersebut. Lelaki bermata biru itu segera mengambil kunci yang tergantung tanpa menunggu jawaban Owen, membuat sang empu menggelengkan kepala. Kini hanya tinggal mereka bertiga, pria berprofesi pilot ini dengan gerakkan cepat mengambil handphone lalu mencengkeram kuat benda tersebut. "Sialan! malah dia matikan, aku aja belum, ngobrol sa

  • Empat Tunanganku   BAB 9

    Emily menggerakkan jemarinya, memilin-milin pakaian. Ia baru saja selesai membersihkan diri, tetapi belum ada keberaniaan untuk keluar. Pikirannya masih melayang pada kejadian tadi. Mengingat semua pria disini mengetahui kedatangan tamu bulanannya, yang membuat ters dipikirkan adalah mereka mengetahui kecerobohan dia sampai melupakan jadwal menstruasi. "Ah ... malunya," gumamnya pelan.Wanita itu memukul kepalanya, umpatan kasar lolos dari bibir. Ceroboh! kata tersebut ada dalam benak, bagaimana ia bisa melupakan jadwal menstruasi sendiri. Akibat hal ini, salah satu pria di kediaman kini harus membeli pembalut. Sebuah perintah atau permintaan yang jarang dituruti lelaki karena malu. Kembali ke situasi sejam yang lalu, Michael tiba di dekat kamar Emily. Langkahnya terhenti saat melihat adik dan sang kakak berdiri di ambang pintu tengah bertengkar, ia segera menegur mereka lalu pandangan teralihkan pada noda darah segar di celana Emily. Perciuman yang tajam menghirup aroma anyir dara

  • Empat Tunanganku   BAB 8

    Emily bersandar di pintu setelah memasuki kamar, ia meremas dadanya yang terasa berdetak begitu kencang. Bagai bunyi detakan tersebut bisa menghancurkan pendengaran, jantungnya sama sekali tak tenang setelah perlakuan Daniel yang tiba-tiba. Pelukkan lelaki itu begitu hangat dan nyaman, suara begitu serak menggoda dan permintaan pria itu. "Aku kenapa," gumamnya pelan. "Gak biasanya juga Paman Noah begini," lanjutnya kembali. "Dia ... dia ... sangat berbeda tetapi juga sama." Gadis itu memegang pipinya yang terasa memanas, tingkah Daniel membuat Emily panas dingin. Padahal belum satu hari dia di kediaman ini dan baru beberapa menit ia bersama pria tersebut. Tetapi sepertinya, hidup perempuan ini akan berubah drastis. Ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya. Emily langsung menoleh, suara lembut menyusul dari balik pintu.“Mily… boleh aku masuk?”Suara lelaki terdengar si balik pintu, membuat Emily yang berada di sana sedikit terperanjak. Dia spontan berbalik, lalu panggilan Ethan

  • Empat Tunanganku   BAB 7

    Malam kiat larut, menyisakan beberapa bintang dan bulan sabit di langit untuk menerangi bumi. Lampu di kediaman mulai redup, hanya cahaya temaram dari dapur dan ruang tengah. Ethan tertidur pulas di soda dengan remote televisi yang masih dipegang. Sementara Owen memilih ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh dan Michael di ruang kerja menyelesaikan beberapa laporan yang dikirimkan asistenmya. Emily tengah mengerjakan tubuh, ia duduk di serbang sofa dengan mata sesekali melirik pintu utama dan televisi. Hati tak tenang kala melihat jam sudah menunjuk pukul sebelas malam, tetapi salah satu tunangan belum terlihat batamg hidungnya. Suara mesin mobil terdengar pelan dari depan rumah, kala mengetahui hal ini Emily segera bangkit dan membuka pintu sebelum bel sempat ditekan. Di baliknya, berdiri seorang pria tinggi dalam jas dokter yang sedikit kusut. Rambutnya agak basah oleh embun malam, dan wajahnya menunjukkan kelelahan luar biasa.“Paman Noah,” gumam Emily pelan.Daniel mengangkat wa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status