แชร์

Enemate, Enemy To Soulmate
Enemate, Enemy To Soulmate
ผู้แต่ง: Hana Reeves.

1. Xander dan Prudence

ผู้เขียน: Hana Reeves.
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-19 17:07:17

“Bangun Prudence!”

Prudence pun terbangun dengan kepala pusing dan matanya dipaksakan untuk terbuka hingga akhirnya dia bisa melihat bayangan besar di hadapannya.

“Xander?” bisiknya.

“Ya! Dan kamu cepat bangun!”

Prudence pun bangun dan betapa terkejutnya dia saat tahu tidak ada satu helai benang pun menutupi tubuhnya. Dia telanjang … sangat telanjang. Prudence reflek menutup tubuhnya dengan selimut dan menatap bingung ke arah Xander.

“A … apa yang terjadi?” tanya Prudence bingung.

“Menurutmu? Kamu tidak bodoh kan situasinya?” Cebik Xander yang langsung mengambil kimono dan masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara dengan tangan bergetar, Prudence membuka selimut dan melihat ada bercak merah di atas seprai putih dan gadis itu terkesiap.

Ya Tuhan! Apa yang terjadi semalam? Keringat dingin mulai terbit di kening dan leher serta punggung Prudence.

“Heh! Bangun! Kita kembali ke New York hari ini juga!” hardik Xander dengan galak.

“Xander … apa semalam … Kita …?” Mata hijau Prudence menatap panik ke Xander.

“Bukankah sudah jelas?” Ketus Xander sembari mengambil ponselnya untuk memesan tiket, “Cepat mandi! Akan aku pesankan tiket ke New York hari ini! Cepat Pru!” hardik Xander sembari mengambil ponselnya untuk memesan tiket.

Prudence pun bangun dan merasa bagian intimnya terasa sakit. Perlahan, gadis itu berjalan menggunakan selimut menuju kamar mandi usai mengambil bajunya yang berserakan.

Di bawah pancuran air hangat, Prudence menangis dalam diam karena semakin yakin kalau mereka berhubungan seks semalam.

Kenapa harus dengan dia? Kenapa harus bersama Xander Horance?

Prudence tidak bisa berpikir lagi karena Xander sudah menggedor pintu kamar mandi agar dia cepat. Prudence membilas tubuhnya dan bergegas mengeringkan dengan handuk yang ada di sana. Dia memakai bajunya cepat-cepat dan keluar dari kamar mandi.

“Bereskan kopermu! Kita pulang ke New York malam ini!” perintah Xander, “Kita berangkat setengah jam lagi!”

Prudence hanya mengangguk. Gadis itu mengambil tasnya dan keluar dari kamar Xander untuk ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Xander.

Prudence bergegas membereskan semua barang-barangnya dan setengah jam kemudian mereka pun check out dari hotel mereka di Mallorca dan menuju bandara.

Sepanjang perjalanan menuju bandara Palma de Mallorca airport, tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Prudence malah tidak peduli mereka akan duduk di kelas ekonomi atau kelas bisnis karena dirinya masih merasa syok tentang apa yang dia alami.

Xander dan Prudence pun tiba di bandara dan pria itu menarik tangan bebas sang gadis yang masih linglung untuk bergegas ke bagian boarding dan imigrasi. Setelah menyelesaikan semua pemeriksaan, Prudence dan Xander menunggu di ruang tunggu VIP karena bantuan nama keluarga mereka.

“Apa … rencana kamu setiba … di New York?” tanya Prudence dengan nada takut-takut dan gugup.

“Menghadapi ayah kamu dan menikahi kamu.”

Mata Prudence terbelalak, “Apa?”

“Iya. Akan aku bilang, aku jatuh cinta padamu dan tidur denganmu dan daripada hamil diluar nikah, aku nikahi saja kamu,” jawab Xander dingin.

Mulut Prudence ternganga. “Ba … bagaimana bisa kamu bicara seperti itu Xander?”

“Lalu aku harus bilang apa? Kita mabuk lalu bercinta? Sadarlah Pru! Ayahmu pasti lebih tidak terima yang kedua!” balas Xander.

Prudence tergagap, “Aku tidak … tidak bisa menikah denganmu, anak Viking!”

“Lalu? Kamu mau menikah dengan siapa? Oom Erhan Tudor?” ucap Xander sinis, “Dia sudah menikah, Pru! Apa kamu mau jadi pelakor?”

Rasanya Prudence ingin menampar Xander tapi jika begitu, mereka akan ditangkap polisi bandara dan bisa lama lagi pulang ke New York. Lebih parah lagi, mereka ketinggalan pesawat!

“Ka … kamu … Kamu jahat!” bentak Prudence.

“Tidak, kamu yang sengaja mendekati aku! Kenapa kamu menemui aku di sini?”

“Aku ada urusan di Mallorca dan papa tahu kamu di sini. Wajar kan jika kita bertemu karena kita sepupu?” balas Prudence, “Dan juga, papa meminta aku ketemu kamu!”

Xander mendengus. “Kalau saja kamu tidak menemui aku, keperawanan kamu masih terjaga.”

Mata Prudence tampak berkaca-kaca, “Ini bukan kamu! Kemana Xander yang dulu?”

“Xander yang dulu sudah mati!”

Prudence terkesiap bertepatan dengan panggilan dari petugas yang memberitahukan pesawat sudah siap dan para penumpang dipersilahkan masuk.

Pembicaraan tadi seketika terhentikan karena keduanya segera masuk ke dalam garbarata atau boarding bridge.

Prudence bersyukur mereka di kelas bisnis dan dirinya memilih untuk tidur di sepanjang perjalanan menuju JFK Airport. Hanya saja, otaknya masih berusaha mencerna ucapan Xander.

Apa maksudnya Xander yang dulu sudah mati?

*** bersambung ***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (3)
goodnovel comment avatar
Murti Puji Lestari
ya ampun anak viking mbok ojo galak galak tho, mesakno kuwi anak asuransi, tak dongakno bucin
goodnovel comment avatar
Amilia Amel
jangan galak galak lha xander, entar kamu kena karma lho terbucin bucin sama pru
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
kasihan Pru.. jangan galak-galak tho Xander.. ada apa denganmu Xander? kok jadi berubah gitu.. penasaran deh..
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Enemate, Enemy To Soulmate    40. Prudence v Amelie

    Xander terus mendampingi Prudence yang sibuk memberikan keterangan tentang semua lukisannya. Xander tidak menyangka jika lukisannya yang diambil dari cerita Savitri, menjadi perhatian para pengunjung. Direktur museum bahkan berencana melakukan lelang bagi penawar tertinggi lukisan Prudence. "Aku tidak menyangka jika lukisan Savitri ini menjadi favorit banyak orang," ucap Direktur Museum ke Xander yang sedang menyesap minumannya. "Anda kan yang meminta untuk membuat lukisan dengan tema dramatis bukan?" ucap Xander.. "Dan dia melakukannya dengan baik. Aku tahu Prudence sangat berbakat tapi dia butuh suatu teguran agar bisa membuat karya yang lebih baik. Prudence terlalu tahu untuk melakukan hal yang baru." Direktur Museum itu menatap Xander. "Aku minta tolong agar kamu sebagai suaminya, bisa memberikan support ke Prudence agar sekali-sekali keluar.dadi zona nyamannya. Prudence kurang karya yang dramatis."Xander tersenyum. "Aku akan membicarakan pada Prudence nanti usai pameran."

  • Enemate, Enemy To Soulmate    38. Pameran Prudence

    Xander menatap Prudence yang sedang meletakkan ponselnya di meja sebelah dirinya. Istrinya pun berdiri untuk merenggangkan punggungnya lalu berjalan menuju dapur dan membuka pintu kulkas. Xander pun berdiri dan berjalan mendekati Prudence. Tangannya terulur untuk menyentuh punggung istrinya. Prudence yang sedang mengambil botol air mineral dingin itu, terkejut saat merasakan sentuhan di punggung bagian bawah. "Apa yang kamu lakukan Xander?" tanya Prudence sambil menengok ke belakang. "Aku tahu kamu pasti pegal dan aku hanya ingin memijat supaya relaks." Xander lalu memijat pelan punggung bawah Prudence yang memejamkan matanya karena merasa relaks. "Ya ampun, enak banget!" gumam Prudence. "Kamu pasti pegal kan Pru?" ucap Xander. "Pegal banget." Xander mendekati Prudence. "Kamu ... masih ingin berpisah Pru?" "Kenapa memang?" "Apa kamu sudah punya rencana jika kita berpisah?" Prudence menghela nafas panjang. "Rencana aku adalah, melukis lagi Xander. Aku ingin

  • Enemate, Enemy To Soulmate    37. Ya Sudah!

    "Oh tidak bisa Xander. Kamu akan menjadi milikku. Lagipula, kamu kan tidak mendapat apapun dari Prudence kan? Ditambah dia memang tidak mencintai kamu karena dia mencintai Asha! Aku yakin, Asha akan normal jika bersama Prudence,". ucap Amelie tanpa malu. "Sorry Ammie. Aku bilang tidak ya tidak. Dan aku yakin Pru tidak akan bersama Asha." Xander melihat ke arah Prudence yang masih sibuk konsentrasi melukis. "Jangan terlalu percaya diri Xander. Aku yakin kamu akan kecewa pada Prudence tapi aku ... Aku akan membuat kamu yang terbaik Xander." Xander tersenyum smirk. "Sorry Ammie, aku tidak pernah suka bekas orang. Dan kamu sudah bersama banyak orang sebelumnya kan?" "Memangnya Prudence masih perawan?" ejek Amelie. "Dia tinggal di New York, Xander. Bahkan perempuan di Indonesia saja sudah banyak yang tidak menjaga kegadisan mereka! Banyak yang jadi toilet umum!" "Kamu salah menilai Prudence, Ammie. Dia masih perawan saat kami melakukannya. Lihat, tanpa harus dia buktikan, aku

  • Enemate, Enemy To Soulmate    36. Tetap Tidak Mau Pergi

    Xander meletakan menu sarapan yang dia beli sebelum ke apartemen Prudence dan melihat Asha sedang memasak. Sementara istrinya, menata meja dan meletakkan piring untuk masakan Asha. "Kamu kan bisa bilang sama aku kalau minta dimasakin," ucap Xander. "Aku juga tidak minta dimasakin Asha. Dia sendiri yang sudah datang pagi-pagi sebelum aku keluar kamar," jawab Prudence polos. "Aku akan pergi ke studio dan mungkin akan tinggal disana sekitaran dua Minggu jadi aku tidak bisa setiap hari bersama Pru. Oh, Pru, kamu tenang saja. Aku akan datang ke hari pertama kamu pameran." Asha meletakkan scramble eggs diatas tiga piring di meja dapur. "Tolong Sha. Sebelum kamu ke pameran aku, mandi dulu!" senyum Prudence manis. "Kamu memang pembersih Pru. Sayang, aku tidak tertarik padamu sebagai pria ke wanita dalam hal ini romansa. Aku hanya suka padamu sebagai sahabat." Asha melanjutkan masaknya dengan menggoreng sosis dan daging burger. "Pru ... Ayo kita sarapan." Xander menarik kursi

  • Enemate, Enemy To Soulmate    35. Xander Cemburu

    Xander pun terbangun dan melihat Prudence sedang berdiskusi dengan Asha. Jujur dirinya lebih cemburu melihat Prudence bersama Asha dibandingkan dengan Erhan. Asha seperti sangat mengerti bagaimana Prudence, sangat memahami istrinya dan sangat perhatian. Xander merasa dirinya tidak tahu betapa seriusnya Prudence dengan karyanya. Tak heran jika Asha bilang dirinya tidak tahu apapun soal Prudence. "Lho? Kamu masih disini Sha?" tanya Xander seolah baru bangun tidur. "Sorry. Apakah suara aku terlalu keras? Aku biasa menemani Prudence kalau dia sedang kena blocking. Aku juga seniman, Xander, jadi tahu rasanya saat kita tidak bisa mendapatkan ide atau mood itu sangat menyebalkan!" kekeh Asha. "Kamu sangat tahu soal istriku ya?" ucap Xander sambil lalu tapi baik Asha dan Prudence tahu kalau pria itu cemburu. "Kamu tidak mengenal aku seperti halnya Asha. Jadi kamu tidak boleh protes!" balas Prudence membuat Xander cemberut. "Iya tahu! Kamu di New York, aku di Oslo. Mana pernah ke

  • Enemate, Enemy To Soulmate    34. Menemani Prudence

    Asha melihat sahabatnya dan suaminya seperti ada gencatan senjata hingga mereka tidak ada pertengkaran seperti yang sering dia dengar. "Kalian sudah tidak ribut?" tanya Asha sambil membuka kulkas Prudence dan mengambil bir dingin disana. "Bukannya kamu seharusnya segera mandi?" ucap Xander dingin. "Oh iya. Aku habiskan satu botol bir ini dulu baru mandi." Asha meminum birnya dan keluar dari apartemen Prudence. "Ampun deh teman kamu itu! Susah sekali disuruh mandi!" omel Xander. Prudence tersenyum. "Mungkin karena aku sudah kenal Asha dari kuliah jadi terbiasa deh." Xander menggelengkan kepalanya. "Payah deh!" "Pria payah itu adalah teman baik aku yang tidak pernah pergi meninggalkan aku baik saat aku senang maupun sedih. Bahkan disaat aku dalam posisi paling terpuruk pun karena lukisan aku ditolak sana sini, Asha lah yang selalu ada di sampingku. Jadi, jangan kamu hina Asha. Dia adalah pria yang tulus." Prudence menatap Xander dingin. "Apakah aku bukan sahabat yang bai

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status