Home / Romansa / Enemate, Enemy To Soulmate / 3. Menikah dengan Batas Waktu

Share

3. Menikah dengan Batas Waktu

Author: Hana Reeves.
last update Huling Na-update: 2025-06-19 17:19:48

“Tunggu Xander, kamu tetap akan menikahi Prudence? Dengar, ini bukan main-main! Kamu jangan seenaknya!” hardik Rodrigo.

“Oom. aku yang merenggut kesucian Prudence!” balas Xander.

Prudence yang melihat ayahnya hendak memukul Xander lagi langsung menahan tangan pria paruh baya itu.

“Papa, Tenanglah! Biarkan … biarkan aku berpikir …,” pinta Prudence ke Rodrigo.

“Sayang, papa hanya ingin yang terbaik untukmu,” ucap Rodrigo sedih. “Papa merasa menyesal tidak bisa melindungi kamu dan ini kesalahan papa yang meminta kamu menemui Xander. Papa kira karena kalian bersaudara sepupu dan di tempat yang sama jadi kenapa tidak. Tidak disangka … Justru papa yang membuat celaka kamu ….”

Prudence memeluk ayahnya, “Bukan salah Papa … tidak ada yang salah disini. Bukan papa, bukan aku, tapi memang sudah seperti ini takdir aku.”

Rodrigo memeluk erat putrinya dan Prudence merasakan tubuh ayahnya gemetar menahan emosinya. Prudence semakin merasa semakin bersalah karena sudah mengecewakan ayahnya, pria yang sudah menjadi ayah dan ibu untuknya dari usianya keenam karena ibu kandungnya meninggal akibat kanker.

“Maafkan aku papa.” bisik Prudence.

Xander hanya menatap datar ke arah ayah dan anak itu. Percival yang menyadarinya segera mendekati Xander.

“Kamu itu kok tidak ada emosinya sih bang?” bisik Percival dengan wajah geram. Benar dia baru 15 tahun tapi dia tahu situasinya karena di sekolah ada sex education!

“Karena ini bukan kemauan aku!” desis Xander ke Percival.

“F*** you bang!” umpat Percival, tidak terima kakaknya diperlakukan seperti itu! Meskipun mereka bersaudara tiri, Percival sangat sayang pada Prudence, begitu juga sebaliknya. Xander tak menanggapinya, ia tetap memasang wajah dingin.

“Xander, hubungi orang tua kamu! Benar anak laki-laki tidak perlu wali nikah tapi kamu tahu aturannya kan?” ucap Shana dingin. Pengacara senior itu sampai tidak bisa mencerna semuanya karena Shana sangat bingung dengan semuanya ini. Segalanya terasa mendadak dan harus gerak cepat.

“Baik Tante Shana.” Xander lalu berjalan menjauhi keluarga Diaz guna menghubungi ayah dan ibunya yang berada di Oslo Norwegia.

Shana lalu memeluk Prudence dan Rodrigo, “Maafkan mama ya sayang. Mama tidak berada di sana.”

“Bukan salah mama,” jawab Prudence. Gadis itu melerai pelukan ayah dan ibu sambungnya dan melihat ke arah Xander yang sedang menelpon ayahnya.

Prudence tahu Xander tidak pernah suka padanya dan kejadian di Mallorca sendiri juga bukan kemauan mereka berdua. Mengingat mereka tidak memakai pengaman, kemungkinan hamil itu besar.

Dia harus bisa menentukan dengan bijak.

Xander berbalik masih dengan wajahnya yang dingin. “Papaku dan mamaku akan datang ke New York dengan pesawat besok pagi. Mereka bilang harus disegerakan pernikahan.”

Prudence menatap Xander, “Xander ….”

“Apa Pru?”

Prudence menatap ragu ke Xander. “Apa kamu … yakin mau menikahiku?”

“For God’s sake Pru!” Xander memandang wajah takut-takut Prudence, “Kamu mau bicara apa?”

Rodrigo dan Shana hendak menegur Xander tapi tahu mereka berdua harus bisa menyelesaikan secara dewasa. Sudah waktunya mereka bertanggungjawab atas semua konsekuensinya baik disengaja atau tidak.

“Hanya … enam bulan kita menikah,” ucap Prudence dengan nada bergetar.

Xander melongo sementara ayah ibu dan adiknya terkejut. “Pru!” seru Rodrigo.

“Hanya … hanya sampai … aku tahu hamil atau tidak … A … aku tadinya hanya mau tiga bulan tapi … aku tahu jika baru seumur jagung, skandal lagi bukan?” jawab Prudence ke kedua orang tuanya, “Ji … jika keluarga besar tahu skandal ini, mereka pasti akan syok apalagi jika hanya tiga bulan menikah ….”

“Kamu mau nikah kontrak? Macam di novel-novel? Kamu terlalu sok romantis!” cebik Xander.

“Setidaknya … aku menunggu hasil itu agar bisa memutuskan apa yang harus aku lakukan ke depannya. Kalau hamil, aku bisa memutuskan apa, kalau tidak pun aku bisa memutuskan apa ….” Prudence menatap dengan teguh ke Xander meski masih takut.

Xander menghela napas berat membuat Rodrigo dan Shana saling berpandangan. Kemana Xander yang dulu? Apa yang membuatnya dia seperti ini? Itu yang terucap dalam telepati mereka.

Seingat mereka, Xander dulu anak yang konyol dan rusuh. Bukan dingin, arogan, dan egosentris seperti sekarang.

“Baiklah! Aku akan menuruti permintaan kamu. Tante Shana kan pengacara, kita bisa buat surat perjanjian di sini. Sekalian!” ucap Xander dengan penuh penekanan, “Dan selama jangka waktu itu, kamu jangan sampai jatuh cinta padaku!”

Prudence menatap mata hijau Xander dengan perasaan kesal. Sampai kapanpun, aku tidak akan jatuh cinta padamu, Anak Viking Sombong!

*** bersambung ***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Amilia Amel
aku kok gemes banget sama xander pingin gaplok kepalanya biar sadar
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
hiiih gemes deh pengen getok kepala Xander.. gapapa Pru sebelum kamu juga ada skandal yang sama juga kok.. dan sama kayak kamu menikah dengan perjanjian juga.. semoga nanti bisa seperti Daisy dan dok Lucky ya bisa saling jatuh cinta..
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Enemate, Enemy To Soulmate    7. Yang Jelas Bukan Aku

    "Mau kemana kamu?" Prudence hanya memejamkan matanya sebelum berbalik dan dia memasang wajah tegar ke Xander yang berdiri di area makan sambil membawa gelas berisikan air putih. "Kembali ke studio aku," jawab Prudence. "Malam-malam begini? Kamu gila!" hardik Xander "Ya! Memang!" balas Prudence dengan dagu terangkat. Xander meletakkan gelasnya diatas meja dan berjalan menghampiri Prudence. "Aku melarangmu!" "Daripada disini! Aku tidak bisa tidur!" Xander menatap tajam ke arah Prudence. "Kembali ke kamarmu atau ... kamu mau tidur bersamaku?" Prudence menatap sengit ke Xander. "Aku hanya ingin tidur dengan tenang tanpa harus bangun melihat kamu disini!" Xander tidak menjawab apapun tapi mengambil alih koper Prudence dan menyeret tangan gadis itu ke dalam kamarnya. Prudence berusaha untuk melepaskan cengkraman Xander tapi pria itu lebih kuat. Prudence sedikit terhuyung saat Xander mendorongnya masuk ke dalam kamarnya dan pria itu langsung menutup pintu serta meng

  • Enemate, Enemy To Soulmate    6. Erhan Tudor

    Erhan Tudor tersenyum ke arah Prudence. Pria berusia 40 tahun itu memeluk gadis itu erat. "Selamat ya, Pru. Oom senang kamu akhirnya menikah dengan Xander. Kalian kan sudah kenal dari kecil bukan?" ucap Erhan. "Sama-sama Oom ... Meskipun ini termasuk mendadak," bisik Prudence. "Oom harap kamu bahagia dengan pernikahan kamu." Prudence melepaskan pelukannya. "Aku tidak yakin Oom ...." Erhan menatap wajah sedih Prudence. "Oom tahu apa yang terjadi." Mata hijau Prudence terbelalak. "Oom tahu?" Erhan mengangguk. "Itu bukan kesalahan kamu. Itu kecelakaan dan diluar ekspektasi kalian kan? Apa kamu minum alkohol? Oom tahu kamu tidak bisa mentolerir alkohol." Prudence menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak minum alkohol. Hanya club soda." Erhan mengangguk. "Pasti ada sesuatu yang membuat kalian jadi korban seperti ini." Prudence mengangguk. "Dimana Tante Amber?" Erhan hanya terdiam. "Di London. Oom disini karena ada urusan dengan Burberry dan malah dapat

  • Enemate, Enemy To Soulmate    5. Pernikahan Sederhana

    Pagi ini, keluarga Diaz dan Horance, menghadiri pernikahan sederhana di kantor catatan sipil. Prudence mengenakan gaun pengantin sederhana dari rumah butik Morr sementara Xander mengenakan tuxedo. Para anggota keluarga lainnya yang ada di New York menunggu di sebuah restoran yang sudah dipesan oleh Xavier Horance untuk berkumpul usai pernikahan. Setidaknya sesuai dengan acara pernikahan pada umumnya.Pernikahan Prudence dan Xander hanya sekadar tanda tangan berkas setelah hakim menyatakan mereka sah menjadi suami istri. Xander hanya mencium pipi Prudence saat mereka boleh berciuman. Sama sekali tidak ada mesra di antara mereka berdua, yang ada rasa tertekan di diri Prudence. Setelah resmi menjadi suami istri pun, Xander tidak menggandeng Prudence saat mereka keluar dari gedung kantor catatan sipil di balai kota Manhattan, meskipun ayahnya sudah menegurnya.“Boy, kamu gandeng dong istri kamu,” pinta Xavier gemas dengan putra sulungnya.“Prunya juga tidak mau digandeng sama aku!” bala

  • Enemate, Enemy To Soulmate    4. Sedihnya Prudence

    Xander dan Prudence membuat surat perjanjian di depan Shana Park Diaz yang masih tidak setuju dengan keputusan gegabah putrinya.Surat perjanjian itu berisikan banyak hal, termasuk memberikan nama belakang Xander jika Prudence hamil dan melahirkan anak itu. Xander juga wajib memberikan biaya bulanan ke Prudence yang sudah disepakati nominalnya. Satu hal yang membedakan, mereka tidak akan tinggal bersama karena Prudence masih mempersiapkan lukisan yang akan dia pamerkan tahun depan. Prudence tidak mau pindah ke Oslo karena studionya di New York dekat dengan lokasi pameran dan dia tidak mau repot-repot memindahkan semua.Xander tidak masalah karena dia jadi tidak perlu melihat Prudence setiap hari. Usai menyelesaikan urusan kontrak pernikahan, Xander pun kembali ke apartemen milik keluarganya dan mereka pun mempersiapkan semua berkas untuk pernikahan di kantor catatan sipil di balaikota Manhattan. Prudence sendiri memilih untuk menyendiri di studionya yang berada beda dua blok dari p

  • Enemate, Enemy To Soulmate    3. Menikah dengan Batas Waktu

    “Tunggu Xander, kamu tetap akan menikahi Prudence? Dengar, ini bukan main-main! Kamu jangan seenaknya!” hardik Rodrigo.“Oom. aku yang merenggut kesucian Prudence!” balas Xander.Prudence yang melihat ayahnya hendak memukul Xander lagi langsung menahan tangan pria paruh baya itu.“Papa, Tenanglah! Biarkan … biarkan aku berpikir …,” pinta Prudence ke Rodrigo.“Sayang, papa hanya ingin yang terbaik untukmu,” ucap Rodrigo sedih. “Papa merasa menyesal tidak bisa melindungi kamu dan ini kesalahan papa yang meminta kamu menemui Xander. Papa kira karena kalian bersaudara sepupu dan di tempat yang sama jadi kenapa tidak. Tidak disangka … Justru papa yang membuat celaka kamu ….”Prudence memeluk ayahnya, “Bukan salah Papa … tidak ada yang salah disini. Bukan papa, bukan aku, tapi memang sudah seperti ini takdir aku.”Rodrigo memeluk erat putrinya dan Prudence merasakan tubuh ayahnya gemetar menahan emosinya. Prudence semakin merasa semakin bersalah karena sudah mengecewakan ayahnya, pria yang

  • Enemate, Enemy To Soulmate    2. Pokoknya Kita Menikah!

    Xander dan Prudence keluar dari pintu kedatangan di bandara JFK New York lalu naik ke dalam taksi setelah menempuh perjalanan panjang di New York. Prudence masih tidak tahu harus bersikap bagaimana karena bagian intimnya masih sakit tapi yang paling sakit adalah hatinya. Prudence tidak menyangka harta yang dia jaga selama 25 tahun ini, akhirnya direnggut oleh pria yang dibencinya dari kecil. Prudence menatap pemandangan dari jendela kaca taksi dan tanpa sadar air matanya mengalir.“Nggak usah mewek! Sudah kejadian juga!” desis Xander ke arah Prudence yang menangis.“Kamu itu tidak mikir apa! Kamu tidak ada bekasnya! Aku ada bekasnya!” balas Prudence.“Tapi kalau kamu tidak datang, kamu aman!”Prudence menatap Xander dengan tatapan terluka dan air mata. “Aku juga tidak mau bertemu denganmu! Papa yang – ““-- kan kamu bisa tolak permintaan Oom Rodrigo!” potong Xander.“Xander, Papa tahu kita berada di lokasi yang sama! Jadi jangan salahkan Papa!” balas Prudence.“Jadi semua itu salahm

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status