Share

8 – ANOTHER DISASTER

Langkah Luke terhenti saat menuju mobil yang terpakir di depan rumahnya. Dia melihat sebuah mobil hitam melaju ke arahnya. Itu adalah mobil ayah Luke, Alberto Croose.

“Kau sudah pulang?” tanya Alberto dengan senyuman kaku kepada anaknya.

“Hallo, pa. Aku baru saja sampai,” jawab Luke juga dengan senyuman yang tidak kalah kaku.

Apa-apan ini? Apakah ini adalah sambutan dari Ayah dan anak setelah tidak jumpa cukup lama? Tidak ada pelukan ataupun senyuman mengembang? Astaga!

“Kau sudah melihat mama?” tanya Alberto lagi.

“Hmm,” jawab luke dengan sedikit anggukan kecil.

“Baguslah. Dia sangat merindukanmu,” kata Alberto sambil menghela nafas.

Seketika keheningan terjadi di antara mereka.

“Kau mau kemana? Kau tidak menginap disini?” tanya Alberto yang memperhatikan kunci mobil yang dipegang Luke.

“Ah. Maaf pa, aku tidur di apartemen Alvian dan aku sudah ada janji makan malam dengannya,” jawab Luke.

“Oh begitu,” ujar Alberto pelan. Ada tersirat sedikit kekecewaan di wajah Alberto.

“Aku pergi dulu, pa. Kapan-kapan aku akan kesini lagi melihat mama,” pamit Luke sambil melangkah menjauh dari Alberto.

“Luke!” panggil Alberto mengehentikan langkah Luke.

Luke membalikan badan.

“Mulailah bekerja besok. Ocean Group sangat membutuhkanmu,” kata Alberto dengan seuntas senyum.

“Baiklah pa,” kata Luke singkat sambil senyum sekilas dan melangkah pergi.

===

Luke menghempaskan tubuhnya ke atas sofa di apartemennya. Ia melempar pandangannya ke luar jendela yang tepat berada di depan sofanya, memperhatikan gedung-gedung tinggi yang berada di sekitar gedung apartemennya. Langit tampak senja, menunjukan bahwa malam akan segera datang. Tiba-tiba saja ia teringat kejadian pagi ini di Green Store. Ia mengeluarkan name tag milik gadis tersebut dari saku celananya.

Flowie Hillebrand. Begitulah tertulis. Luke menghela nafas berat. Ia tampak menyesal.

“Apakah aku sudah keterlaluan?” gumamnya pelan.

Luke meraih ponselnya dan mencari nama seseorang di daftar kontak dan kemudian menghubunginya.

“Tolong batalkan pemecatan karyawan yang bernama Flowie Hillebrand. Aku tadi hanya salah paham,” kata Luke ketika teleponnya terhubung.

“……”

“Benarkah? Jadi kau sudah menghampus nomor absensinya? Kenapa cepat sekali? Ck,” ucap Luke dengan kesal.

“……”

“Tidak, ini bukan salahmu. Baiklah kalau memang sudah begitu,” kata Luke lagi kemudian memutuskan sambungannya.

Sekali lagi Luke menghela nafas gusar. Banyak sekali pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya.

"Apakah gadis itu baik-baik saja kehilangan pekerjaannya?" gumamnya pelan.

"Tidak. Ia tidak baik-baik saja. Kau menyebabkan seseorang menjadi pengangguran Luke," jawab suara dalam benaknya.

"Mengapa ia bisa sebodoh itu sampai melawan Luke Croose, pewaris Ocean Group?" gumam Luke lagi.

"Mungkin ia tidak mengenalmu, Luke. Kau baru saja kembali dari Madrid. Apa kau pikir, kau ini seterkenal Adam Levine, huh?" ejek suara dalam pikirannya lagi.

"Cih! Yang benar saja. Bahkan Aku lebih terkenal dari pada artis," gerutu Luke.

Luke menendang bantal sofa yang berada di kakinya sembarangan. Ia sungguh kesal pada Flowie yang ceroboh dan bodoh. Luke kembali membayangkan wajah Flowie yang ketakutan saat Luke mendekatkan wajahnya pada wajah Flowie. Ia cantik dan menarik.

“Gadis yang ceroboh, bodoh, tapi menarik,” gumam Luke sambil memejamkan matanya.

===

“Apa? Kau dipecat?” tanya Erica berteriak dengan kaget mendengar cerita Flowie yang sudah dipecat dari Green Store.

Untung saja saat ini Rosseta sudah tutup dan tidak ada pelanggan sama sekali. Karena suara Erica cukup memenuhi seluruh ruangan, membuat beberapa karyawan lain yang sedang bersih-bersih dengan mereka menoleh kaget.

Pandangan Flowie menerawang. Wajahnya sungguh muram. Sudah 2 hari semenjak pemecatannya namun dia tetap merasa tidak rela dan menyesali semuanya.

“Aku benar-benar membencinya!” rutuk Flowie masih dengan pandangan menerawang.

“Astaga Flow! Kau ternyata belum berubah. Kau gampang sekali terpancing emosi dan juga sangat ceroboh,” ucap Erica dengan sebal.

“Hei! Jangan bilang aku ceroboh. Kau terlihat seperti pria itu jika bicara seperti itu. Aku tidak ceroboh. Aku hanya sial,” tangkis Flowie tak kalah sebal mendengar celoteh Erica. Kini matanya menatap tajam ke arah Erica.

“Ck. Kau ini,” kata Erica berdecak sebal.

“Kalau saja aku bertemu dengannya sekali lagi, akan aku pukul manusia sombong itu,” ucap Flowie sambil memicingkan matanya dan mengepalkan tangan di depan dadanya.

Erica hanya menghela nafas panjang mendengar harapan sahabatnya itu. Erica yang tau betul watak dan temperamen Flowie tidak heran lagi dengan perkataan dan perbuatan gadis itu.

===

Pagi itu Flowie bangun lebih cepat. Ia bergegas pergi setelah mandi dan sarapan. Flowie membohongi keluarganya dengan mengatakan bahwa bosnya akan datang ke tempatnya bekerja. Padahal dia berencana untuk mencari pekerjaan lain. Tentu saja Flowie belum mengatakan kepada keluarganya kalau dia dipecat. Apalagi dipecat secara tidak hormat seperti itu. Sungguh memalukan untuk diceritakan. Sebenarnya Flowie tidak mencertiakannya bukan karena dia merasa malu, hanya saja dia takut keluarganya, khususnya ibunya merasa cemas.

Matahari bersinar dengan teriknya siang itu. Flowie sudah mengelilingi beberapa toko yang membuka lowongan pekerjaan untuk tamatan SMA sepertinya. Tapi dia agak sulit menemukan yang pas. Beberapa toko memintanya untuk bekerja full time, sebagian ada yang menggunakan sistem shift, tapi permintaan Flowie untuk terus bekerja di shift pagi -mengingat karena dia harus bekerja di Rosseta di siang hari- langsung ditolak oleh mereka. Wajar saja ditolak, shift bekerjakan bisa berubah kapan saja sesuai perintah.

“Kemana lagi aku harus mencari?” gumam Flowie kecil saat duduk di bangku taman di bawah pohon. Taman yang luas itu tampak sepi. Tentu saja sepi. Ini adalah jam kerja dan sekolah. Hanya ada Flowie dan beberapa orang berlalu lalang yang jaraknya berjauhan dari Flowie. Flowie membolak-balik koran yang sudah tercoret-coret dengan spidolnya, meng-stalking sosial media untuk lowongan pekerjaan, namun hasilnya nihil. Beberapa lowongan meminta tamatan sarjana, dan kebanyakan meminta minimal diploma. Ini cukup membuat Flowie frustasi. Dia menyapu keringat di dahinya dengan telapak tangannya.

“Apa kau sedang mencari pekerjaan nona?” tanya seorang pria yang mengagetkan Flowie.

Pria itu menatap koran lesu yang penuh coretan di sebelah Flowie. Dia membawa camera yang digantungkan dilehernya.

“Ah, tidak,” kata Flowie menarik koran tersebut dan melipat-lipatnya menjadi kecil, kemudian memasukannya ke tas selempangnya.

“Aku sedang membutuhkan model untuk pemotretan. Aku seorang fotografer. Apa kau berminat?” tanya Pria itu lagi dengan senyum mengembang.

Tawarannya begitu tulus, namun tetap saja Flowie tidak langsung percaya begitu saja. Bagaimanapun ibunya selalu mengajarinnya, Natalie dan Tyo untuk tidak bercakap-cakap dengan orang asing.

“Tidak. terimakasih,” kata Flowie sigap sambil berdiri dan hendak melangkah pergi.

“Ayolah nona, kau bahkan belum tau pekerjaannya seperti apa. Ini sungguh menyenangkan dan menguntungkan,” ujar pria itu sedikit memaksa mengikuti langkah Flowie dari belakang.

Flowie hanya diam dan mempercepat langkahnya.

“Hei! Sombong sekali kau! Apa kau lebih memilih bekerja menghibur pria-pria bermata keranjang di malam hari dari pada bekerja denganku?” tanya pria itu kini menarik kedua lengan Flowie dan membalikan badannya ke arahnya.

Flowie tampak begitu terkejut “Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!” bentak Flowie setengah berteriak dan merontah-rontah berusah melepaskan cengkraman pria tersebut.

“Hei, Kau tidak hanya punya tubuh yang bagus, ternyata wajahmu juga cantik. Kau pasti akan laku di pasaran jika berpose sedikit terbuka,” ungkap pria itu dengan senyuman liciknya.

Matanya menelusuri wajah Flowie bak serigala ingin memakan habis mangsanya.

“Aku tidak berminat bodoh! lepaskan aku!” teriak Flowie dengan emosi.

Karena tidak kunjung dilepas, Flowie menendang selangkangan pria tersebut. Ia berhasil lepas dari cengkramannya dan berlari kencang.

“Sialan! Kau harus membayarnya. Dasar wanita gila!” teriak pria tersebut sedikit menggeram, memegang kejantannya dan berusaha berlari mengejar Flowie.

Oh, tidak. Masalah apa lagi ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status