Share

99. Dipenjara Sepi

Malam tiba. Sunyi kembali memenjarakan Pramono pada kerinduan tak berujung. Ada panas di hati setiap kali ingatan tentang wanita itu muncul di benak. Begitu panas sampai rasanya api itu sanggup membakar segalanya, bahkan dirinya sendiri.

Pramono menyambar rokok di meja. Mengambil sebatang dan menyulutnya. Lalu bayangan Nadya yang mengomel melihatnya merokok memenuhi pandangan. Pramono menarik sebelah bibir untuk menertawakan kepayahan dirinya.

Adakalanya benda itu menjadi pilihan terbaik untuk menemaninya saat sepi. Setelah itu dia akan terjaga sepanjang malam sampai kantuk menyerang. Dan terlelap di mana pun dia menjatuhkan diri. Lalu kembali terbangun saat Tasya terjaga dan memanggil-manggilnya. Sesekali bocah itu menangis histeris tanpa jelas apa yang diminta, dan kembali tertidur setelah digendong cukup lama.

Pramono meraup wajah lelah. ‘Haruskah Tasya yang menanggung semua ini?’ Dia bertanya-tanya seiring sudut mata yang mulai menggenang akibat nyeri yang kembali menyiksa relun
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status