"Hah! Apakah dunia sebercanda ini denganku?" Ucap seorang mahasiswi semester 5 yang sedang duduk dibawah pohon sambil menghembuskan napas dan mendongakkan kepala kearah langit.
Mahasiswi ini bernama Dinda Oktaviani, ia sedang mengalami kesulitan keuangan. Beberapa Bulan yang lalu ia tak sengaja dipecat dan kemarin ia kehilangan uang karena kena hipnotis. Semua uang yang ia miliki sekarang ludes begitu saja.
Dibawah pohon yang tak jauh dari gedung fakultas ekonomi, Dinda meneteskan air mata dan tak menyadari jikalau ada seseorang yang memperhatikannya dan mengejeknya. "Lemah, nangis disiang bolong." Suara lelaki itu terdengar oleh telinga Dinda dan ia menoleh, tapi yang terlihat hanyalah punggung lelaki yang tak dikenalinya.
Tanpa menggubris perkataan yang barusan lewat ditelinganya. Dinda menghapus setiap rintikan air diwajahnya lalu bangkit.
"Baiklah, gak ada kata menyerah! huh!"
Tersimpul senyum terpaksa diwajah Dinda, ia menyibakkan lengan bajunya lalu melihat jam berapa sekarang. Terlihat pukul 13:10 WIB.
"Okay! masih ada waktu untuk cari kerja! Go Dinda Go.. Go Go Semangat."
Diambilnya kunci motor yang ada didalam tas sambil berjalan menuju parkiran. Disebelah motornya ada teman satu jurusannya yang juga hendak pergi. Dia adalah Aldi.
Chiitt.. chiiit..chiiittt...
Suara starter motor yang sedang dipaksa untuk segera dihidupkan namun tak kunjung berhasil.
"Din?" Panggil Aldi.
Dinda menoleh dan menyadari ada temannya disamping.
"Aldi bisa tolong hidupkan motorku? sepertinya ini gak bisa distarter." Pinta Dinda.
"Baiklah!"
Aldi mencoba menghidupkan motor dab mengajak Dinda bicara.
" Emang kamu mau kemana din, buru-buru amat?"
"Mau cari kerja," Jawab Dinda.
Aldi manggut-manggut, ia terpikirkan sesuatu.
"Oh ya, kemarin aku tak sengaja liat di sosmed kalau swalayan SuperIndah lagi buka loker dan itu walkinterview kalau gak salah ini hari terakhir mereka deh sampe jam berapa ya berakhirnya?"
Aldi membuka ponselnya dan kembali melihat loker yang ada disosmed.
"Oh jam 3 nih Din berakhirnya, buruan. Nih motormu udah hidup."
Tak butuh waktu lama Dinda langsung menaiki motornya dan berkata, "Makasih ya Aldi, aku harus segera kesana sebelum tutup. Bye"
Setelah 45 menitan berlalu, Dinda tiba ditempat kantor swalayan tersebut untuk walkinterview.
Dalam hati Dinda bergumam, "Semoga keburu Ya Allah! Akhirnya walaupun pulang dulu ke kost untuk ambil berkas tapi masih ada waktu yang tersisa. Semoga aku masih diberi kesempatan, Aamiin."
Waktu menunjukkan pukul 14:30 mata Dinda membelalak melihat jam ditangannya. Jantungnya degdeg'an takut kalau gak keburu, ia melihat kekursi disebelahnya yang berjejer namun tak begitu banyak lagi yang antri.
"Hah? pukul 14:50? gimana ini? Ucap Dinda dalam hati."
"Dek antrian terakhir silahkan naik keatas." Ucap Security yang ikut andil dalam walkinterview itu.
Dinda menoleh kiri kanan udah gak ada lagi yang duduk dikursi antrian. Dengan segera ia bangkit dan menuju ruang HRD diatas.
Wawancara yang lumayan panjang telah berakhir. Dinda keluar dari ruang itu dan segera memutuskan untuk pulang.
Grettt... Grettt... Greettt...
Getaran ponsel yang ada didalam tasnya ingin ia jawab namun sedang mengendarai motor.
Tak lama kemudian tiba di kost ia langsung menuju pintu dan membukanya namun Dinda tercengang ketika kunci kostnya gak ditemukan dalam tasnya.
Sambil menggaruk kepala yang tak gatal Dinda mencoba untuk menelpon Ibu kostnya. Kebetulan panggilan yang tak terjawab tadi adalah Ibu kostnya. Huh!!! Terdengar suara mengeluh yang keluar dari mulut Dinda.
Grett.. Grett.. Grett..
Ponselnya kembali bergetar, Dinda segera mengangkatnya.
"Assalamualaikum, iya hallo Bu."
"Dinda!" Teriak Ibu kost.
Tangan Dinda hanya refleks menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya.
"Iya Bu!" Jawab Dinda.
Mendengar suara Dinda yang tak berdaya, Ibu kos langsung menurunkan volume suaranya.
"Kosanmu sudah nunggak 2 bulan, kapan kamu bayar? saya lagi sedang krisis keuangan sekarang."
Tanpa menggubris pertanyaan Ibu kos Dinda menanyakan kunci duplikat.
"Hah? kunci duplikat? Gak ada saya lagi gak dirumah, besok saja kamu ambil."
Panggilan seketika mati begitu saja tanpa sempat Dinda untuk berkata lagi.
Dengan tangan yang gemetaran karena menahan lapar dari tadi pagi ia tak sempat untuk memasukan sedikit makanan kedalam perutnya. Gruduk! bunyi ponsel yang terjatuh.
"Huh!"
Diambilnya ponselnya lalu menelpon sahabatnya.
" Fin, aku kerumahmu ya? Pinta Dinda pada sahabatnya."
Selang waktu berjalan.
Dinda tiba didepan rumah Fina, Fina adalah sahabat satu-satunya dikampus, dia baik hati namun sulit dipahami karena tak pernah mau untuk cerita tentang masalah kehidupannya.
Dikamar Fina, "Din kamu kenapa? wajahmu pucat gitu?"
Dengan badan yang gemetaran Dinda menjawab, "boleh aku numpang makan disini?"
"Astaghfirullah Dinda?" Teriak Fina.
Ditariknya Dinda dari kamar menuju dapur, lalu mengambil piring serta lauk untuk dibawah ke meja makan.
"Nih sekarang kamu makan!" Ucap Fina.
Dinda merasa malu dengan sahabatnya tapi karena rasa lapar sudah menggelegar, ia pun langsung cuci tangan dan makan dengan lahapnya.
"Fin? Aku boleh nginap disini? kunci kosku hilang?"
Usai makan Dinda langsung bertanya pada Fina lagi.
"Dinda?" Teriak Fina.
"Kamu itu sahabat aku, kenapa kamu kayak anggap aku orang lain?"
"Maaf fin," jawab Dinda.
Sebenarnya Dinda tak mau merepotkan sahabatnya itu dan ia belum cerita kalau uangnya sempat hilang semua gara-gara kena hipnotis pas pulang dari ATM.
Dengan berat hati, Dinda pun menceritakan segala yang terjadi padanya akhir-akhir ini.
Setelah mendengar cerita dari Dinda, Fina menatap Dinda dengan kesal, haru, sedih semua bercampur aduk.
"Din, kalau ada kesulitan bilang aja, aku siap membantu kamu kapan pun. Dan lagi kamu jangan memendam semuanya sendiri! Aku ini sahabatmu."
Setelah bermalam dirumah Fina, Dinda merasa gak enakan dengan sahabatnya itu. Pagi-pagi buta Dinda bangun dan mencoba untuk pergi namun tak disangka Fina terjaga dari tidurnya ketika ia hendak membuka pintu kamar."Din?" Panggil Fina sambil memicingkan mata dan tangan kanannya menggosok-gosok mata sebelah kanannya juga.Deg! Dinda kaget, tiba-tiba suara Fina memanggilnya. Dia pun menoleh."Hah!" Sambil menyengir,"Eh Fin udah bangun? Aku Ke kamar mandimu ya? mau mandi.""Oh oke, buruan mandi aku juga mau mandi, Ingat kan hari ini ada makul Bapak galak, kalau telat gak bisa masuk kelas kita. Buruan-buruan." Ucap Fina.Dinda mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk pergi diam-diam.Beberapa menit kemudian keduanya siap untuk berangkat kekampus dan telah sarapan. Fina dan Dinda mengendarai motor masing-masing. Walau Dinda menyarankan untuk bawa motor satu aja tapi Fina menolaknya.Kampus tercinta sudah didepan m
"Kamu tau apa saja yang akan dikerjakan?" Tanya senior tampan.Dinda tak menyangka kalau senior yang dikatakannya gila tadi pagi adalah atasannya ditempat kerjanya."Aku harus gimana?" Gumam Dinda dalam hati."Hei saya bertanya? Hah sudahlah, mari ikut saya biar saya training kamu yang bodoh ini!"Kata pasrah gak bisa dipisahkan dari kehidupan Dinda kali ini. Bagaimana mungkin kali pertama kerja di swalayan mala dikatain bodoh.Sebelum mengajari Dinda pria tampan ini memperkenalkan diri terlebih dahulu pada karyawan baru."Semua mari kita berkumpul diruang istirahat dulu sebelum ganti shift." Panggil pria itu pada semua karyawan yang ada.Mulai dari kasir, crew dan si pria tampan itu sebagai kepala kasir serta supervisor berkumpul disana.Perkenalan pada karyawan baru pun dimulai."Semangat pagi! saya Aditya Perwira sebagai kepala kasir akan membimbing kasir baru dengan sangat baik. Selamat berjuang, Semangat
Pagi-pagi di kampus dengan mata panda setengah berlarian Dinda menuju ke kelas. Tak sengaja ia menabrak seorang lelaki."Maaf.. maaf.. saya buru-buru."Tanpa melihat siapa yang ia tabrak, Dinda beranjak berjalan tapi lelaki itu menghalanginya. Dengan kesal Dinda mendongak ke atas melihat wajah siapa si yang menghalangi jalannya."Astaga!" Teriak Dinda dan menutup mulut setelahnya.Dinda menunduk dan meminta maaf. Tapi lelaki itu hanya memandang dingin. Lelaki itu ialah Aditya seniornya sekalian atasannya ditempat kerja."Hem kalau dilihat-lihat dia lucu juga kalau dimainin seru juga kayaknya." Gumam Adit dalam hati."Hei mana ponselmu?" Tanya Adit."Pak saya udah telat ini, tolong nanti aja kalau ada kepentingan lainnya." Pinta Dinda dengan tergesah."Baiklah nanti jam 1 siang saya tunggu di kantin."Adit pun membiarkan Dinda untuk pergi.2 mata kuliah yang dijalani hari ini akhirnya
Di kantin yang sedang riuh dengan suara yang begitu bising, Dinda dan Fina sedang menikmati hidangan Bu kantin yaitu ayam penyet bersanding dengan es teh manis. Dinda benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti Fina, disaat ia tak lagi punya sepeser uang Finalah yang memberinya pinjaman uang. Dan lagi sekarang Fina tak tanggung-tanggung ia juga sering mentraktir Dinda. Walau kadang Dinda merasa tak enak tapi mau tak mau dia harus menerimanya karena kondisi keuangan.Sementara Fina yang masih penasaran dengan hubungan Dinda dan Adit, Dia merayu Dinda untuk menceritakan semuanya. Berkat rayuan-rayuan Fina yang mentraktir makanan yang enak, akhirnya Dinda menceritakan semuanya. Jikalau Adit adalah atasannya di tempat kerjanya, dan dia akan berurusan dengan Adit setiap harinya kecuali hari libur.Uhuk.. Fina keselek saking kagetnya mendengar cerita dari Dinda."Jadi dia? dia atasanmu? Weh bisa cuci mata dong tiap hari." Ejekan Fina pada Dinda
Di atas motor menuju perjalanan ke tempat kerja, Dinda yang berada dibelakang bergumam sendiri dalam hati. "Ternyata Pak Adit lumayan baik ya? Dia mau tolongin aku menyelesaikan masalah komplain ini, bahkan dia rela telat kerja dan dipotong gaji. Lah kenapa aku ngomongin dia ya? Udah ah, sadar Din sadar." "Kayaknya ini moment yang tepat untuk membuat si Dinda bodoh ini untuk jatuh hati padaku. Aku harus lakukan sesuatu." Ujar Adit dalam hati yang sedang membawa motor dengan laju. Diperjalanan akan melewati lampu merah, dari kejauhan sudah terlihat lampu lalu lintas berwarna hijau dan seharusnya masih bisa untuk dikejar. Tapi karena ulah Adit dia pelankan laju motornya supaya kena di lampu merah. Tiba didepan perempatan lalu lintas lampu hijau berubah jadi merah. Srekk... Motor yang dikendarai berhenti secara mendadak. Dinda yang berada dibelakang langsung terdorong kedepan hingga menghempas belakang Adit. "Aduh pelan sedikit kenapa si pak?" Teri
Pagi hari di kampus, Dinda dan Fina berjalan menuju gedung fakultas ekonomi. Fina melihat Dinda yang senyum-senyum sendiri heran, ada apa dengannya?"Din? kamu bahagia kali ya? sampai-sampai senyum terus dari tadi?" Tanya Fina.Dinda masih tersenyum dan melihat mata Fina."Haduh kalau ketahuan sama Fina kacau nih." Ucap Dinda dalam hati.sIa pun segera mengubah ekspresinya menjadi biasa aja."Em.. gak juga si Fin, cuma bahagia aja kemarin ditempat kerja aku gak ada masalah lagi."Fina mendengar ucapan Dinda hanya mengangguk-anggukan kepalanya seakan masih ada kejanggalan yang terjadi.Mereka berdua terus berjalan hingga memasuki gedung fakultasnya dan akan menuju ke kelas mereka. Ketika hendak menaiki tangga, ada seorang pria yang sedang berdiri seolah sedang menunggu kekasihnya dengan memegang setangkai bunga mawar merah ditangannya. Sementara dibelakangnya ada banyak para mahasiswi yang berkerumun memandanginya ber
Di swalayan SuperIndah, Dinda melayani konsumennya dengan muka datar karena terpikirkan ucapan Rinda tadi siang. "Kenapa dengan wajahmu? Kamu harus professional kalau lagi kerja." Ucap Supervisor yang menghampiri Dinda. "Iya Pak, maaf." Ucap Dinda. Hari ini adalah hari libur bagi Adit karena swalayannya buka setiap hari jadi liburnya secara bergantian. Dinda merasa hening disaat Adit tidak ada. Biasanya Ia yang selalu ngomel gak jelas, marah-marah belum lagi kejahilannya. Tapi kali ini ada yang ingin ia tanyakan pada pacarnya tanpa melibatkan perasaan itu. Dreenn.. Bunyi suara motor, Adit tiba didepan swalayan. Dinda yang baru keluar kaget dengan kedatanganan Adit. "Din, ayo aku antar kamu pulang." Ucap Adit. "Gak, Bapak pulang aja dengan pacarmu yang cantik itu." Jawab Dinda dengan kesal. Adit merasa bingung dengan ucapan Dinda. "Iya aku mau pulang dengan pacarku yang cantik ini." Jawab Adit. "Pacar kamu
"Eh Din, semester ini kita langsung ambil mata kuliah metode penelitian yuk?" Tanya Fina.Dinda dan Fina sedang duduk di perpustakaan untuk belajar karena sebentar lagi akan ujian semester."Yakin langsung ambil mata kuliah itu? kita kan baru mau masuk semester 6?" Jawab Dinda."Ya paslah Din, biar sekalian kita tentuin judul untuk skripsi. Biar cepat." Ucap Fina."Kalian tu udah kuliah 2 tahun setengah masih belum tau peraturan kampus kita. Kampus kita gak ada skripsi adanya cuma karyailmiah." Ucap Aldi tiba-tiba menyahut.Dinda dan Fina merasa malu karena gak mencari tau tentang kampusnya."Hehehe sorry lah Al, kami mah gitu. Udah Din ayo kita ke kampus sebelah." Ucap Fina.Aldi mengernyitkan dahinya kenapa dua temannya pergi ke kampus sebelah?Mereka tiba di kampus sebelah yang lebih terkenal itu. Aldi yang penasaran memutuskan untuk mengikuti Dinda dan Fina."Mumpung masih pagi dan gak ada kelas jadi kita