Share

Fake Love
Fake Love
Penulis: Rina Anggriani

Krisis Keuangan

"Hah! Apakah dunia sebercanda ini denganku?" Ucap seorang mahasiswi semester 5 yang sedang duduk dibawah pohon sambil menghembuskan napas dan mendongakkan kepala kearah langit. 

Mahasiswi ini bernama Dinda Oktaviani, ia sedang mengalami kesulitan keuangan. Beberapa Bulan yang lalu ia tak sengaja dipecat dan kemarin ia kehilangan uang karena kena hipnotis. Semua uang yang ia miliki sekarang ludes begitu saja. 

Dibawah pohon yang tak jauh dari gedung fakultas ekonomi, Dinda meneteskan air mata dan tak menyadari jikalau ada seseorang yang memperhatikannya dan mengejeknya. "Lemah, nangis disiang bolong." Suara lelaki itu terdengar oleh telinga Dinda dan ia menoleh, tapi yang terlihat hanyalah punggung lelaki yang tak dikenalinya. 

Tanpa menggubris perkataan yang barusan lewat ditelinganya. Dinda menghapus setiap rintikan air diwajahnya lalu bangkit.

"Baiklah, gak ada kata menyerah! huh!"

Tersimpul senyum terpaksa diwajah Dinda, ia menyibakkan lengan bajunya lalu melihat jam berapa sekarang. Terlihat pukul 13:10 WIB.

"Okay! masih ada waktu untuk cari kerja! Go Dinda Go.. Go Go Semangat."

Diambilnya kunci motor yang ada didalam tas sambil berjalan menuju parkiran. Disebelah motornya ada teman satu jurusannya yang juga hendak pergi. Dia adalah Aldi.

Chiitt.. chiiit..chiiittt...

Suara starter motor yang sedang dipaksa untuk segera dihidupkan namun tak kunjung berhasil. 

"Din?" Panggil Aldi.

Dinda menoleh dan menyadari ada temannya disamping.

"Aldi bisa tolong hidupkan motorku? sepertinya ini gak bisa distarter." Pinta Dinda.

"Baiklah!"

Aldi mencoba menghidupkan motor dab mengajak Dinda bicara.

" Emang kamu mau kemana din, buru-buru amat?"

"Mau cari kerja," Jawab Dinda.

Aldi manggut-manggut, ia terpikirkan sesuatu.

"Oh ya, kemarin aku tak sengaja liat di sosmed kalau swalayan SuperIndah lagi buka loker dan itu walkinterview kalau gak salah ini hari terakhir mereka deh sampe jam berapa ya berakhirnya?"

Aldi membuka ponselnya dan kembali melihat loker yang ada disosmed.

"Oh jam 3 nih Din berakhirnya, buruan. Nih motormu udah hidup."

Tak butuh waktu lama Dinda langsung menaiki motornya dan berkata, "Makasih ya Aldi, aku harus segera kesana sebelum tutup. Bye"

Setelah 45 menitan berlalu, Dinda tiba ditempat kantor swalayan tersebut untuk walkinterview. 

Dalam hati Dinda bergumam, "Semoga keburu Ya Allah! Akhirnya walaupun pulang dulu ke kost untuk ambil berkas tapi masih ada waktu yang tersisa. Semoga aku masih diberi kesempatan, Aamiin."

Waktu menunjukkan pukul 14:30 mata Dinda membelalak melihat jam ditangannya. Jantungnya degdeg'an takut kalau gak keburu, ia melihat kekursi disebelahnya yang berjejer namun tak begitu banyak lagi yang antri.

"Hah? pukul 14:50? gimana ini? Ucap Dinda dalam hati."

"Dek antrian terakhir silahkan naik keatas." Ucap Security yang ikut andil dalam walkinterview itu.

Dinda menoleh kiri kanan udah gak ada lagi yang duduk dikursi antrian. Dengan segera ia bangkit dan menuju ruang HRD diatas.

Wawancara yang lumayan panjang telah berakhir. Dinda keluar dari ruang itu dan segera memutuskan untuk pulang.

Grettt... Grettt... Greettt... 

Getaran ponsel yang ada didalam tasnya ingin ia jawab namun sedang mengendarai motor.

Tak lama kemudian tiba di kost ia langsung menuju pintu dan membukanya namun Dinda tercengang ketika kunci kostnya gak ditemukan dalam tasnya.

Sambil menggaruk kepala yang tak gatal Dinda mencoba untuk menelpon Ibu kostnya. Kebetulan panggilan yang tak terjawab tadi adalah Ibu kostnya. Huh!!! Terdengar suara mengeluh yang keluar dari mulut Dinda.

Grett.. Grett.. Grett.. 

Ponselnya kembali bergetar, Dinda segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum, iya hallo Bu."

"Dinda!" Teriak Ibu kost.

Tangan Dinda hanya refleks menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya.

"Iya Bu!" Jawab Dinda.

Mendengar suara Dinda yang tak berdaya, Ibu kos langsung menurunkan volume suaranya.

"Kosanmu sudah nunggak 2 bulan, kapan kamu bayar? saya lagi sedang krisis keuangan sekarang."

Tanpa menggubris pertanyaan Ibu kos Dinda menanyakan kunci duplikat.

"Hah? kunci duplikat? Gak ada saya lagi gak dirumah, besok saja kamu ambil."

Panggilan seketika mati begitu saja tanpa sempat Dinda untuk berkata lagi.

Dengan tangan yang gemetaran karena menahan lapar dari tadi pagi ia tak sempat untuk memasukan sedikit makanan kedalam perutnya. Gruduk! bunyi ponsel yang terjatuh.

"Huh!"

Diambilnya ponselnya lalu menelpon sahabatnya.

" Fin, aku kerumahmu ya? Pinta Dinda pada sahabatnya."

Selang waktu berjalan.

Dinda tiba didepan rumah Fina, Fina adalah sahabat satu-satunya dikampus, dia baik hati namun sulit dipahami karena tak pernah mau untuk cerita tentang masalah kehidupannya.

Dikamar Fina, "Din kamu kenapa? wajahmu pucat gitu?"

Dengan badan yang gemetaran Dinda menjawab, "boleh aku numpang makan disini?"

"Astaghfirullah Dinda?" Teriak Fina.

Ditariknya Dinda dari kamar menuju dapur, lalu mengambil piring serta lauk untuk dibawah ke meja makan. 

"Nih sekarang kamu makan!" Ucap Fina.

Dinda merasa malu dengan sahabatnya tapi karena rasa lapar sudah menggelegar, ia pun langsung cuci tangan dan makan dengan lahapnya.

"Fin? Aku boleh nginap disini? kunci kosku hilang?"

Usai makan Dinda langsung bertanya pada Fina lagi.

"Dinda?" Teriak Fina.

"Kamu itu sahabat aku, kenapa kamu kayak anggap aku orang lain?" 

"Maaf fin," jawab Dinda.

Sebenarnya Dinda tak mau merepotkan sahabatnya itu dan ia  belum cerita kalau uangnya sempat hilang semua gara-gara kena hipnotis pas pulang dari ATM.

Dengan berat hati, Dinda pun menceritakan segala yang terjadi padanya akhir-akhir ini.

Setelah mendengar cerita dari Dinda, Fina menatap Dinda dengan kesal, haru, sedih semua bercampur aduk.

"Din, kalau ada kesulitan bilang aja, aku siap membantu kamu kapan pun. Dan lagi kamu jangan memendam semuanya sendiri! Aku ini sahabatmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status