Share

Atasan Super Gila

"Kamu tau apa saja yang akan dikerjakan?" Tanya senior tampan.

Dinda tak menyangka kalau senior yang dikatakannya gila tadi pagi adalah atasannya ditempat kerjanya.

"Aku harus gimana?" Gumam Dinda dalam hati.

"Hei saya bertanya? Hah sudahlah, mari ikut saya biar saya training kamu yang bodoh ini!" 

Kata pasrah gak bisa dipisahkan dari kehidupan Dinda kali ini. Bagaimana mungkin kali pertama kerja di swalayan mala dikatain bodoh.

Sebelum mengajari Dinda pria tampan ini memperkenalkan diri terlebih dahulu pada karyawan baru.

"Semua mari kita berkumpul diruang istirahat dulu sebelum ganti shift." Panggil pria itu pada semua karyawan yang ada.

Mulai dari kasir, crew dan si pria tampan itu sebagai kepala kasir serta supervisor berkumpul disana.

Perkenalan pada karyawan baru pun dimulai. 

"Semangat pagi! saya Aditya Perwira sebagai kepala kasir akan membimbing kasir baru dengan sangat baik. Selamat berjuang, Semangat!"

"Perkenalkan saya karyawan baru yang akan menjadi kasir disini, nama saya Dinda."

Perkenalan terus berlanjut hingga semua karyawan mulai saling mengenal satu sama lain.

"Adit kamu ajari dulu kasir barunya ya, saya masih banyak yang mau diurus. Saya Pergi dulu." Ucap supervisor swalayan itu.

"Baik pak Jaya." Jawab Adit.

Sebelum menuju ke kasir Adit mengajak Dinda melihat barang-barang yang ada disana. Mengajarkan jika lagi sepi pengunjung Dinda harus sambil merapikan barang-barang yang mungkin bakal berantakan.

Pergantian shift kerja dimulai, hari pertama kerja Dinda langsung melayani konsumen sebagai kasir dengan didampingi oleh Adit.

Sebenarnya Dinda tak perlu diberi pelatihan lagi karena dia sudah biasa menjadi kasir di minimarket dekat kosnya, hanya saja post yang ada disana agak berbeda hingga membuat Dinda sedikit bodoh dan linglung didepan Adit yang mengajarinya cara penggunaan post.

Beberapa menit berlalu, sedikit pelatihan diberikan oleh Adit. Konsumen pun mulai berdatangan. Dilihatnya Dinda sudah mulai mahir dalam memainkan post dan melayani konsumen yang ada. 

"Dinda, saya kebelakang sebentar ya! Jangan buat masalah." Belum sempat Dinda menjawab Aditya sudah berlalu dibelakangnya. 

"Baik pak." Jawab Dinda, meski Aditya sudah tak ada dibelakangnya. 

Entah kenapa di hari pertama Dinda kerja konsumen begitu ramai berkunjung diswalayan itu. Dinda mulai keteteran tapi masih bisa ia tanggulangi dengan lancar.

Setelah antrian panjang tiba konsumen terakhir yang antri menuju kearah Dinda.

"Silahkan bu! Ucap Dinda dengan hangat.

"Saya pakai debit ya mbak" Ucap konsumen.

"Ya bu!"

Awalnya menggunakan debit berjalan lancar tapi entah kenapa kertas edc tak kunjung keluar ketika pinnya sudah dimasukkan oleh konsumen itu. 

"Kenapa mbak?" Tanya konsumen itu.

Dinda bingung harus gimana. 

"Maaf bu, kertasnya edcnya gak keluar boleh diulang aja?" Pinta Dinda pada konsumen itu.

"Iya mbak gak apa-apa."

Tiba-tiba Adit datang, dia bingung dengan kejadian apa hingga membuat antrian kembali panjang. 

"Kenapa din?" Tanya Adit.

"Maaf ya Bu/Pak, Boleh yang dibelakang kesebelah sini aja."

Aditya langsung ambil alih kasir cadangan untuk mengurangi terjadinya antrian yang panjang. Keadaan pun sudah sepi, kini Aditya mengintrogasi Dinda.

"Kenapa jadi panjang kali antriannya?" Tanya Adit dengan sedikit galak.

Dinda pun menceritakan kejadian tadi yang ia alami. Adit hanya diam sejenak sambil memandang Dinda dengan sinis. 

Belum lama usai Dinda menceritakan kejadian itu. Konsumen yang tadi datang kembali. 

"Mbak kok ini saya dapat notif kalau saldo saya kepotong dua kali. Gimana ini?"

"Hah?" Dinda kaget bukan main, di hari pertama kerja udah ada aja masalah yang datang. Sementara Adit hanya geleng-geleng sambil menatap Dinda.

"Kamu selesaikan sendiri masalahmu itu! biar belajar bagaimana menjadi bertanggung jawab." Ucap Adit pada Dinda.

"Tapi Pak?" Jawab Dinda dengan mata yang setengah berair. 

"Ini ponsel perusahaan, kamu hubungi pihak EDC (Electronic Data Capture) sekarang juga dan cari solusinya."

"Jahat kali Pak Adit senior gila ini." Gumam Dinda dalam hati.

"Mbak saya harus kerja sekarang jadi besok mbak harus hubungi saya gimana kelanjutannya. Kalau tidak saya akan mengajukan komplain ke perusahaan ini. Besok saya tunggu." Sambil memberikan alamat rumahnya dengan secarik kertas.

Dinda lagi lagi hanya pasrah.

"Baik bu." Jawab Dinda dengan wajah yang agak pucat.

Dinda melihat ke arah Adit. Tapi Adit tak menghiraukannya. 

"Lihat apa? Terpesona dengan ketampanan saya?"

"Cih.. Pede kali jadi orang"

Jam kerja pun berakhir, rasanya hari kian hari tak ada kata tenang untuk Dinda. 

"Sudah tutup ini transaksi dan setelahnya pulang. Semua udah dihitung kan? Tanya Adit"

"Lagi proses Pak. Sabarlah." Jawab Dinda dengan agak kesal.

Menghitung uang mah gampang bagi Dinda karena sudah terbiasa, tapi entah kenapa kali ini hitungannya sudah pas tapi tidak pas dengan data yang ada. Dinda merasa heran, kenapa kurang Rp.100.000? 

Adit yang memainkan ponsel seketika bingung melihat ekspresi Dinda.

"Kenapa lagi dengan tu anak?" ucapnya dalam hati.

Dilihatnya ada uang yang nyelip di dekat meja kasir senilai Rp.100.000,_ Dengan berdiri sok gaya pura-pura menguap lalu mengambil uang yang terselip itu. 

"Hihihi.. Rasakan apa itu kebingungan." Gumam Adit dalam hati.

"Pak, gak balance." Ucap Dinda dengan lesu.

"Makanya jangan sembarang kalau ambil uangnya. Disusun yang bener." Teriak Adit pada Dinda.

"Ma.. maaf Pak, Saya akan ganti pas gajian."

"Coba kamu berbalik lihat disana ada gak?" Tanya Adit.

Dinda heran maksudnya apa? Dengan segera ia berbalik namun tak ada apa-apa, gak ada uang yang terjatuh. 

"Dasar tukang ngibul, ngeselin. Kirain ada uangnya terjatuh gitu." Gumam Dinda dalam hati.

Sementara Adit tersenyum tipis karena bisa menjahili partner barunya. Dikeluarkannya uang dari sakunya lalu dengan pelan ia selipkan uang senilai 100ribu itu ke saku belakang Dinda yang lagi mencari-cari uang hilang itu. 

Dinda berbalik dan menghadap ke arah Adit. Menatap dengan kesal. Tapi Adit masih senyum-senyum.

"Huh!" Keluh Dinda.

"Jangan ngeluh teruslah." Ucap Adit.

"Gimana gak ngeluh, saya kerja untuk cari uang bukan untuk hilangin uang." Teriak Dinda

Adit semakin menjadi-jadi tertawanya yang tadi hanya senyum mala ngakak dengan sangat puas. 

"Coba.. coba kamu cek disaku celanamu bagian belakang, ada gak? Pinta Adit."

"Dasar atasan gila, emangnya saya maling apa?" Gumam Dinda dalam hati.

"Cek aja."

Dengan ekspresi kesel luar biasa, Dinda meronggoh sakunya. 

Slet. Ada kertas yang ia pegang dengan kaget. Dinda langsung mengeluarkannya dan benar uang 100ribu yang dipegangnya. 

"Alhamdulillah." Dinda hanya berucap itu saja namun merasa malu dengan Adit..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status