Alice, Logan dan Xander masih diam. Xander mengendarai mobil Logan dengan tatapan yang hanya tertuju ke depan. Sementara Alice sedang sibuk untuk mencari tahu dunia 'Cronika' yang dikatakan oleh Mizuki pada mereka. Namun, ponsel pintar Alice tidak memberikan informasi mengenai apa-apa dari apa yang sedang mereka cari. Logan yang berada di belakang memejamkan matanya mulai dari mereka turun dari apartemen Mizuki dan ketika mereka sudah hampir setengah jalan di perjalanan pulang. Namun Logan tiba-tiba membuka kedua matanya dan mencondongkan badannya. Sedikit menatap ponsel Alice yang menyinari wajah Alice."Kau mencari hal konyol itu di ponsel mu Alice?" ujar Logan membuat Alice segera menutup ponsel nya—kesal. Ia menatap Logan dengan bibir mencibir, dan membuat Xander mau-tidak mau menatap Alice. Ia sebenarnya tau bahwa gadis itu sedang mencari mengenai dunia itu. Namun ia terlalu enggan untuk menginterupsi apa yang sedang dilakukan olehnya. Ia hanya membiarkan Alice melakukan apa yang
Erick menatap Alice, Xander dan Logan yang sudah duduk di depannya. Erick menghela nafasnya. Dari apa yang ia bisa nilai, ia yakin bahwa tiga orang yang sedang berada di depannya ingin menyampaikan sesuatu padanya. Terlebih saat semalam, ia mendengar mereka pulang dini hari. Meski ia tidak tahu darimana mereka pergi, namun Tristan sudah memberitahu padanya bahwa mereka bertiga pergi ke rumah gadis bernama Mizuki itu.Tristan turun dari lantai dua, sambil membawa beberapa buku yang lelaki itu ingat pernah ia baca sebelumnya. Buku yang berisi hal-hal yang mungkin diperlukan oleh Xander, Alice dan juga Logan. Dilihat dari manapun, wajah mereka benar-benar seperti membutuhkan pencerahan."Ini, aku membawa semua buku yang diberikan padaku. Setiap aku berkelana jauh, ada sosok yang memberikan ku buku ini. Meski aku tidak tau siapa, tapi aku rasa buku ini berisi hal-hal yang penting meski jika membacanya kau serasa sedang menonton film disney. Karena semua isi nya adalah khayalan, namun nyat
Mereka masih larut dalam dunia sendiri, membaca buku demi buku yang berada di atas meja. Alice sudah mengucek mata nya yang sudah mulai berair berair. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan beruntung mereka sudah mengganti seragam mereka dengan baju yang lebih santai. Sebuah gelas berisi susu tiba-tiba berada di depan Alice. Ia lalu menatap Logan yang menatapnya dengan senyum. Lalu ia melihat Logan juga memberikan Xander kopi kesukaan lelaki itu. Tristan mendapat soda dingin sementara mr.Erick mendapatkan teh. Alice lalu menatap Logan yang sudah kembali duduk di depannya. Karena mereka duduk berhadapan, Alice duduk di dekat Xander yang masih sibuk dengan buku di tangan lelaki itu. Bahkan Logan memutuskan untuk membuat mereka minuman karena tidak tahan dengan rasa kantuk yang menyerang nya.“Terima Kasih atas minumannya!” Alice menatap Logan yang hanya di angguki oleh lelaki itu saja. Mereka kembali fokus membaca buku-buku itu hingga saat "Aku mendapatkannya!" seru Xander saat sudah
Aldo menatap tajam pada sosok lelaki yang sudah babak belur di hadapannya. Tidak sadarkan diri dan sekujur tubuhnya bermandikan darah membuat sosok lelaki itu tidak mudah untuk dikenali. Namun Aldo tetap menunggu di depan lelaki yang tidak sadarkan diri itu. Hingga langkah kecil dan pelukan di pinggangnya membuat Aldo tersenyum sejenak. Lengan kecil itu memeluk nya erat, Aldo tahu bahwa sosok yang sedang memeluknya itu sedang menenggelamkan wajah nya di dalam punggungnya. Key bilang gadis itu senang memeluknya dari belakang, itu sebabnya Aldo selalu membuat tubuh nya harum. Semua demi gadis nya, Key tidak boleh merasa jijik dengannya. Bahkan saat ini Aldo sudah sangat ingin membasuh tubuh nya karena darah yang mengotorinya."Key, Aa lagi kotor. Darah nya guru kamu itu buat Aa jijik banget!" ujar Aldo membuat Key melepaskan tangannya yang sedang memeluk Aldo. Membuat lelaki itu membalikkan badannya dan menatap Key."Key—jijik ya..?" seru Aldo menatap gadis nya itu yang mundur beberapa
Mizuki menatap Alice yang ada di depan nya, dahinya menyerngit mendapati Alice yang tidak mengenakan seragam sekolah mereka. Ia jelas tau bahwa semalam, saat mereka ada kelas malam. Tiga manusia yang ada di depannya ini tidak masuk sekolah. Mizuki sempat khawatir, khawatir kalau sewaktu-waktu Xavier menyerang mereka. Namun melihat Alice yang berdiri di depan nya membuat perasaan khawatir Mizuki berkurang."Apa yang kau lakukan di sini? Tidak memakai seragam dan nafas ngos-ngosan!" ujar Mizuki menilai Alice yang sedang berdiri di depannya. Semua tatapan siswi lain yang ada di ruangan itu tertuju pada Alice. Menatap mereka berdua dengan sangat-amat teramat penasaran. Alice dikenal jarang bergaul dengan sembarang orang, dia hanya bergaul dengan orang-orang pintar saja—begitu lah rumor yang beredar. Membuat semua siswa itu terkejut, bahkan siswa dari kelas lain ikut nimbrung menatap nya dari kaca-kaca jendela."Nanti akan aku jelaskan, tapi kau harus ikut dengan ku. Segeralah!" ujar Alice
Mereka mendorong pintu itu, suara decitan terdengar menyilaukan menandakan bahwa besi yang menyusun pintu itu sudah berkarat. Begitu mereka membuka pintu itu, tidak ada yang terjadi, lalu langkah kaki mereka terdengar di dalam ruangan kosong itu. Ruangan itu luas, terdapat tangga yang berada di sudut ruangan untuk menuju ke lantai atas. Alice masih berada bersama dengan Xander kemana pun lelaki itu melangkah. Alice menatap rumah itu, dan tatapannya tertuju pada lantai di seberang tangga itu. Ia berjalan berbeda dengan jalur yang berbeda dengan Xander."Rumah ini benar-benar tidak ada yang memasukinya!" seru Logan saat menerawang ruangan itu. Benar-benar tidak ada aura negatif sama-sekali. Benar-benar terasa di lindungi oleh aura yang sangat berbeda namun terasa pernah Logan rasakan. Ia lalu mengubah matanya kembali menjadi normal, energy nya terasa lebih cepat berkurang saat ia tidak memegang Alice maupun Xander saat menggunakan kekuatannya. Sebenarnya tidak hanya dia, Xander pun jika
Mereka langsung keluar dari dalam rumah itu, namun begitu keluar mereka terkejut saat mendapati sosok seseorang yang sedang menunggu mereka di depan mobil yang terparkir di luar. Duduk di atas jok depan sambil menatap mereka satu persatu. Logan seketika memegang Alice, Xander juga mendekat pada Alice. Logan menatap Xander yang juga menatapnya. Membuat Logan dengan segera menutup matanya dan warna matanya berubah menjadi putih. Ia lalu melepaskan tangannya dari Alice setelah mengubah kembali warna matanya."Tidak ada orang, kecuali dia!" ujar Logan menatap Xander yang menunggu jawaban darinya."Mengapa lelaki itu datang kemari?" guman Tristan menatap kesal lelaki yang membuat amarah nya seketika meningkat itu. Tristan menatap Xander yang menahan kepergiannya, ia memang hendak menyampari lelaki itu. Namun urung karena Xander menahannya."Biar aku saja Tristan, aku rasa dia ingin berbicara padaku!" ujar Xander lalu berjalan mendekati mobil nya, dimana sosok itu langsung berdiri dan menat
Xander menatap Alice dan Logan sekali lagi, meyakin kan mereka dengan ide gila mereka malam ini. Menatap kedua sahabatnya yang menganggukan kepalanya, membuat Xander segera menutup kedua matanya. Namun sebelum mereka berteleportasi, pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka. Semua mata tertuju pada pintu itu. Sementara sosok yang baru saja membuka pintu itu menatap Xander, Alice , dan Logan yang saling berpegangan satu-sama lain. Ralat—jika bisa dinilai lebih rinci, mereka lebih berpegangan pada Xander. Tristan mengerutkan keningnya, tidak ada tidak angin. Mengapa ketiga manusia itu berperilaku aneh?"A—apa kau mengganggu acara kalian?" ujar Tristan menatap mereka dengan alis yang mengerut"Ada apa?" guman Xander yang melepaskan pegangan tangan nya pada Alice dan juga Logan. Ia menatap Tristan—lelaki itu dengan kesal. Tinggal sebentar lagi, maka mereka akan berteleportasi. Namun jika di pikir-pikir, lebih baik juga Tristan datang sekarang daripada nanti setelah ia beserta Alice dan Logan s