June Skylar would have wished to be anything at all, anything, even an actress if that was possible but she ended up running three jobs which leads to her meeting billionaire CEO, Michael Stahom who offers her a shot at settling her issues but at a cost that seemed more demoralizing than being a stripper at a night club. Joggling the weight of taking care of his daughter and battling his brothers for his company, Michael Stahom had enough on his plate but it seemed he could add one more item to his list when he gets mesmerized by an amber masked stripper. A stripper and a billionaire seemed like an unlikely duo but Michael was determined to prove to June that even a business contract could lead to a lifelong commitment and besides it was a win win for both of them, there wasn't any reason to resist, was there?
View MoreSepasang manusia berbeda jenis sedang berpelukan mesra sambil bertaut bibir, mereka begitu sangat menikmatinya. Tanpa sepengetahuan keduanya yang sedang di mabuk asmara, terlihat seorang pria mengepalkan telapak tangannya, matanya berubah tajam, seakan kemarahan sudah tampak di puncak kepalanya. Tapi ia menahan kemarahan, dengan pelan memundurkan langkahnya dan berbalik.
Di depannya berdiri gadis dengan pakaian hitam yang tertutup, seluruh tubuhnya tertutup kain lebar, bukannya hanya tubuh, tapi wajahnya hanya memperlihat bagian matanya saja, gadis itu berdiri dengan kaki gemetar.
“Jangan katakan pada siapa pun, jika aku datang ke sini,“ ucap pria itu dengan pelan, tapi tampak menahan amarah.
“Gadis itu mengangguk ketakutan.”
Lalu pria bertubuh tegap dan gagah itu menuruni tangga dan menuju mobil sedan warna hitam yang terparkir di halaman rumah minimalis bercat dinding putih.
Hatinya hancur sehancur-hancurnya mendapati calon istrinya berselingkuh di saat menjelang hari pernikahannya.
Dihentikannya mobil sedan itu, lalu kepalan tangannya memukul setir dengan sangat keras, dengan bersusah payah pria berhidung mancung itu, menenangkan dirinya, tak mudah bisa melihat kenyataan akan pengkhianatan di depan matanya.
“Berani sekali wanita seperti dia mengkhianatiku, sungguh pengkhinaan yang teramat keji, seorang Alan Wirasatya, putra pemilik dari Wira Company, perusahaan konstruksi bergengsi di negeri ini, dikhianati!” gerutunya, sambil menahan amarah.
Di raihnya ponsel dari dalam saku celana denimnya, lalu menghubungi seseorang.
“Hello, Amanda,” sapanya berusaha bersikap tenang dengan nada bicara datar.
Tampak di seberang ponsel, seorang gadis terlihat gugup, ia terkejut menerima panggilan video call.
“Hello, sayang,” balas wanita itu tampak gugup berusaha mengancingkan dua kancing kemejanya yang terbuka.
“Bangun tidur?” basa–basi Alan, ia tahu wanita di seberang ponsel itu habis bercinta.
“Iya, semalam aku begadang, menyelesaikan pekerjaan,” dalihnya sedikit gugup.
“Aku cuma ingin memberitahumu, jika aku sudah kembali ke Jakarta.”
“Apa! Kenapa tidak bilang sayang, aku bisa menjemputmu di bandara.”
“Tidak perlu, aku juga akan mempercepat pernikahan kita, besok pagi bersiaplah, aku akan menikahimu,” ucap Alan sambil menampilkan senyum hangatnya walau hatinya terasa di tusuk ribuan pisau.
Mata gadis yang masih terlihat sayu itu tampak terkejut. ”Besok, bukankah pernikahan kita masih dua minggu lagi?”
“Tidak ada bedanya besok, apa dua minggu lagi, ‘kan,” tegas Alan.
“Okey, aku persiapkan sekarang juga.”
Alan mematikan ponselnya, ia sungguh jijik melihat wanita yang baru saja melakukan video call dengannya.
“Wajah jalang, kenapa aku bisa terpikat dengan wanita seperti itu, lihat saja nanti, akan aku permalukan dirimu Amanda,” ketusnya. Lalu menancapkan gas mobilnya menuju ke suatu tempat.
Sementara itu Amanda bergegas merapikan bajunya. ”Sial, sial, kenapa Alan memajukan pernikahan. Aku bahkan belum mempersiapkan tubuhku ini, aku tidak boleh ketahuan, jika aku sudah tidak perawan lagi, gerutu wanita berbadan seksi, sambil memunguti satu persatu pakaiannya. Amanda berencana, pergi ke sebuah klinik kecantikan dan membuat area kewanitaannya terasa lebih sempit bak seorang perawan yang baru memulai bercinta di malam pernikahannya. Senyum mengembang di bibirnya, membayangkan jika Alan Wirasatya menyentuh tubuhnya dan membawanya terbang melayang, selama menjalin hubungan dengan Alan, pria itu selalu menjaga sikapnya, kadang Amanda heran, kenapa pria yang memiliki segalanya dan hidup di jaman modern seperti ini, masih berpikiran bahwa malam pernikahan adalah hal yang penting, di mana sepasang pria dan wanita untuk pertama kali menyerahkan tubuh pada pasangan halalnya.
***
Pagi terlihat cerah, Alan sudah memakai taxedo, termewah dan termahal, yang ia pesan beberapa minggu yang lalu, khusus di sebuah butik ternama di ibukota. Di tatapnya wajah tampan rupawan, nyaris sempurna, tapi ia tak habis pikir, kenapa wanita seperti Amanda bisa mengkhianatinya, bahkan jika putus dari Amanda ada puluhan gadis yang mengantri untuk dirinya.
Alan merasa salah memilih Amanda sebagai calon istrinya, kedua orang tuanya yang sejak satu tahun ini menjodohkan Alan dan Amanda, teman sekaligus klien bisnis keluarganya, menganggap perjodohan ini adalah hal yang sangat sempurna, baik bagi hubungan bisnis maupun hubungan keluarga.
Alan berjalan keluar kamarnya, lalu melangkah menuruni anak tangga, hatinya terasa mendidih, setiap kali mengingat kejadian kemarin, melihat dua bibir saling berbagi ludah, keduanya menikmati pergulatan itu. Seperti dibakar amarah, bukan lagi rasa cemburu, karena sejatinya cemburu adalah tanda cinta, tapi ketika cinta itu telah musnah, maka hanya kebencian akan sebuah pengkhianatan yang tersisa.
Mobil sedan hitam melesat menuju ke pemukiman elite, tempat mempelai wanita tinggal, tidak lama kemudian sampailah ia di kediaman bergaya minimalis nan megah, beberapa tamu dan kerabat sudah berkumpul dan siap untuk menyaksikan peristiwa penting.
Alan membuka pintu mobil dan berjalan dengan tenang memasuki dalam rumah yang telah dekorasi penuh dengan bunga bernuansa putih dan hijau.
“Selamat datang Alan, kenapa pernikahan dipercepat dan kenapa kedua orang tuamu, tidak hadir?” tanya seorang pria bertubuh tegap di usianya menjelang 60 tahun itu.
“Orang tuaku tidak mengetahui, jika aku mempercepat pernikahan ini, aku tidak mau mengganggu perjalanan bisnis mereka, karena akan mempengaruhi perusahaan,” jawab Alan tegas.
“Baiklah, tamu dan pemuka agama sudah hadir kita mulai acara ijab qobul ini, untuk resepsi pernikahan, kita adakan ketika kedua orang tuamu kembali,” ucap lelaki paruh baya yang mengenakan kemeja beserta jas warna hitam, di sebelah seorang wanita berkebaya mewah tampak tersenyum bahagia.
Alan memasuki ruangan, terlihat sudah duduk pemuka agama, yang siap menikahkan kedua mempelai, ia juga melihat Amanda sudah berpakaian kebaya warna putih, dengan rambut yang sudah di konde khas Jawa dengan melati menjuntai, senyum terlihat merekah, di bibir merah delima, tubuh semampai itu terlihat anggun.
Alan menatap sinis, lalu matanya mengedar keseluruh ruangan mencari sosok yang ia temui kemarin yaitu gadis bercadar.
Ke mana gadis itu, aku tidak peduli sekalipun ia hanya seorang pembantu di sini, batinnya, mata elangnya menyusuri hingga, ia menangkap gadis yang mengenakan baju khimar warna pink lembut demikian juga dengan penutup wajahnya warna senada, matanya tertunduk ketika bersitatap dengan mata Alan.
“Silakan duduk Alan, kita mulai proses ijab qobul ini,” suruh pemuka agama.
Alan beranjak dari tempatnya berdiri, lalu duduk, kemudian telihat Amanda di tuntun oleh sang ayah untuk duduk di dekat Alan.
“Tunggu, aku datang ke sini bukan untuk menikahi Amanda,” tegas Alan.
Tentu yang hadir di ruangan itu terkejut dan saling pandang, apalagi Amanda dan kedua orang tuanya sangat terkejut mendengar penuturan Alan.
“Apa yang kamu katakan Alan !” Pria paruh baya yang tak lain adalah ayah Amanda itu naik pitam
“Kalau bukan menikah denganku, kamu mau menikahi siapa, Al?” tanya Amanda kesal.
“Gadis bercadar itu!” tegas Alan dengan sangat yakin, matanya menatap tajam ke arah gadis bercadar, yang saat itu juga terkejut dengan ucapan Alan.
Michael was with Frank when he got the call from his brothers, Frank tried to calm him down and tell him that he can figure a way out but Michael wasn't ready to listen to him. Immediately Michael called his lawyer. "Mr Stahom, I have prepared the papers for the lawsuit, I will be ready when you are ready" He said "That's not the issue, I need you to draft up all the documents of the entire company in thirty minutes and then send it to me, I will sign it" Michael said "What do you mean by that Mr Stahom, what do you need the entire papers of the company for?" The lawyer asked "I don't have the time to answer your questions so please just do as I say and let me have it. I will be with you in an hour to sign them" Michael said and hung up on him. "Michael, you can still think this through, this is your company we are talking about here, something that you spent all your years trying to build Michael, you can't give it all up in an hour. calm down Michael, we can still figure somet
The girls got ready for school the next day and Michael got down the stairs, they didn't know that he was around the day before. "Daddy" Angel yelled and she got down and ran to hug him, Michael hugged her back "Darling, how are you doing?" Michael asked "I'm fine daddy, when did you come home?" Angel asked"I arrived last night baby and you were sleeping then," Michael said and she nodded. "Mr. Stahom, how was your trip?" Layla asked "It was fine Layla, I did what I wanted to do thanks for asking. I hope you girls didn't disturb June too much while I was away?" Michael asked "Not at all, I made Angel behave too," Layla said and Michael grinned. "Daddy we baked, we watched movies, had ice creams, and slept with June in your bedroom every night, I love it but I just missed you so much daddy," Angel said "I know baby and I missed you so much, that's why I came back to see you. but you have to go to school now so I will see you when you get back" Michael said and she nodded"Okay,
Michael got into his hotel room after leaving the meeting and he laid down on his bed feeling extra tired from the days work, he spent the whole day talking to so many men because of the new business. He hadn't told anyone that he was opening up another branch, he didn't even tell June yet because he wanted it to be a surprise. But when he got home, since this trip was successful and the business would soon be set up, he would bring it up and tell her all about it. He had spoken to Angel because June said she missed him and he missed her a lot too, after tonight, he planned on taking the first flight home to surprise them. He was looking forward to their reactions when he would get home. He removed his next tie and stared at the ceiling when his phone began to ring again. It was June, he thought as he stared at the screen, he smiled to himself and picked up the phone ready to tease her. "I thought you didn't miss me, then why are you calling me June?" Michael asked with a smirk "Mi
June was in the kitchen making dinner while her sister and Angel are playing in the living room. She put the food in the oven when Angel ran into the kitchen and then walked her to her with a frown. "June" She called in a silent voice and it was at that moment that June knew that the little girl was feeling down. "What's wrong Angel, aren't you playing with Layla anymore? Or are you hungry because I'm making dessert right now and dinner is almost done" June said and she nodded in refusal? "Where is daddy June, when is he going to come back?" Angel asked with a frown. June dropped the spoon she was holding and then took off the apron around her waist and hugged Angel. "Do you miss your daddy?" June asked and Angel nodded her head in agreement. "I'm sorry honey, it's been days since you saw him. Michael must also miss you, he was in a meeting when I called him earlier this morning" June said "Can I call daddy now, I want to talk to him June, I miss him?" Angel said and June smiled
Michael bent down, his lips against her cheek, brushing it lightly, and still, that light touch sent shivers through her nerves, shivers that made her whole body tremble. He brushed his mouth against the hollow of her temple and then his lips were on hers again. June stood on her toes and reached up as she pulled him down to her, He kissed her gently, carefully, but it wasn’t the gentleness she wanted, not now, not after all this time, and she knotted her fists in his shirt, pulling him harder against her body. He groaned softly, low in his throat, and then his arms circled her waist, gathering her against him, still kissing. His lips tasted like honey. They stopped to catch their breath.He smashed his lips on hers again. she tasted so sweet and he could smell her perfume from how close they were. Slowly, he lifted her from the ground and carried her to the counter so she would sit before he spread her legs open. "Wait in the kitchen?" she asked with her eyes open wide. "I don't
Michael had finally calmed down from his paranoia so the girls are allowed back to school after two weeks, He found out about a last-minute trip to New Orleans so he was going to leave with his secretary. He couldn't ask June to go with him because he knew that she had to watch the kids. "I would have asked you to go with me but I know you wouldn't agree to go with me because of the kids," Michael said as he tossed his clothes on the bed. "I asked you to fold them" June complained and then folded them for him before she placed them into his box neatly. "I have you to do it for me," He said and she rolled her eyes at him. "I know, I want to follow you too, get time to ourselves, time away from the girls but I can't leave them at the same time because of how things are now, the cops haven't caught the other men who tried to kidnap Layla or the actual person who gave the orders so we have to be careful," June said and he nodded. "I know that baby, and if it weren't for the fact that
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments