Share

Demi Sebuah Cita-Cita

“Tahu nggak, si Kim Jae Min mau tampil iklan bareng Heo Yu Ri. Wah kok bisa ya? Bukannya mereka dulu pernah kena skandal? Mereka nggak beneran dating kan?” percakapan itulah yang menyambut Eri di hari Jumat pagi.

Kasak-kusuk makin menular dan akhirnya sebagian teman-teman sekelas Eri berkumpul di satu lingkaran sambil memantau berita terbaru yang baru saja ditayangkan Noompi, salah satu media hiburan Korsel yang selalu update berita terbaru.

“Ada apaan sih? Kok tumben pagi-pagi udah pada ngegosip semua?” tanya Joyce yang baru datang.

Eri mengangkat bahu. Ia berpura-pura tak peduli. “Denger-denger Kim Jae Min atau apalah. Aku nggak denger banget. Oya, aku mau ikutan lomba ini nih? Hadiahnya bisa ke Jepang dan dapat pelatihan nulis skenario gratis. Kira-kira oke nggak?” Eri menunjukkan iklan soal lomba menulis SK Agency pada Joyce.

Joyce membaca beberapa detik, alisnya terangkat. “Korea? Kamu kan nggak segitu suka nonton drakor? Gimana cara bikinnya?”

Eri menelan ludah. Joyce sama dengan kawan-kawan lain yang mengira dirinya anti drakor dan Kpop. Namun Eri sudah menyiapkan alasan.

“Nih, aku kan banyak baca novel dari penerbit Hana. Lihat kan kalau novelnya sering bertema Jepang sama Korea? Aku pengin banget bisa ke Jepang. Sama nambah skill nulisku. Bisa go international kan siapa tahu? Tinggal kupilih aja drakor yang kira-kira cocok. Risetnya gampang karena ada di sekitar.” Eri menoleh ke arah kerumunan teman-temannya yang makin heboh bergosip.

“Sudah ada ide ceritanya?” tanya Joyce. Ia membaca lebih teliti pengumuman dari SK Agency. “Kamu dapat info dari mana?”

Eri juga telah mempersiapkan jawaban. Ia menunjukkan akun I*******m pribadinya yang diberi komentar oleh akun bernama Jaemin_Star. Padahal akun itu juga dirinya sendiri.

“Ada yang mengomentari akun ini. Aku nggak tahu siapa. Mungkin soalnya aku pernah upload foto dengan hashtag  sakura sama Japan. Dia ngasih link. Ya kayanya dia admin yang bertugas share informasi lomba biar banyak yang join.”

“Wah lihat deh matamu. Kalau kamu udah berbinar-binar sama lomba gitu, berarti kamu emang harus ikut. Tulisanmu kan sering dimuat mading, malah pernah juara juga. Udah ikutin aja, andai aku punya sepertiga dari otak encermu. Apa sih yang nggak kamu bisa?” Joyce menepuk kepalanya yang takkan sepintar sahabatnya.

“Aku pasti menang, lihat aja.”

Gerombolan cewek-cewek yang sedang menggosipkan Kim Jae Min itu masih tak berhenti. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Dan di saat inilah Eri bisa sebentar menegcek berita apa yang sebenarnya terjadi.

Spotlight News

Kim Jae Min (24) dikabarkan akan membuat CF (commercial film) bersama Heo Yu Ri (23). Kedua bintang muda ini dulu dikabarkan menjalin hubungan dekat karena skandal foto mabuk Kim Jae Min beberapa tahun lalu. Kini keduanya tetap menjalin hubungan baik sebagai teman, terbukti dari CF untuk iklan mobil...

Cukup sepintas saja berita itu mampu membuat Eri kesal. Bagaimana bisa masih ada orang yang mengungkit-ungkit skandal tidak penting Kim Jae Min di masa lalu? Kim Jae Min selalu memberikan karya terbaik di film, drama, atau iklan apapun. Masih banyak jurnalis yang mengaitkan Heo Yu Ri dengan Kim Jae Min tanpa rasa empati.

Eri membuka diary idenya. Diary pink yang diberi gembok itu berisi coretan ide Eri ketika sedang mendapat ide menulis atau sekadar ingin mencatat hal-hal random di tengah jalan. Kali ini proyek ajuan naskahnya butuh pematangan konsep dan cerita. Masih ada waktu tiga minggu sebelum kompetisi SK Agency ditutup.

Kim Jae Min dan Heo Yu Ri adalah dua karakter yang bisa masuk ke dalam Fangirl Script Book. Mengapa tokohku Park Ji Eun begitu ingin bertemu dengan idolanya? Mungkin Heo Yu Ri bisa kujadikan tokoh antagonis di cerita.

Kumpulan ide terus mengalir di kepala Eri. Ia tak sadar jika sedang diperhatikan Joyce yang sedang mengunyah biskuit cokelatnya sambil membaca komik.

“Kayanya kamu emang beneran pengen banget jadi pemenang, Eri. Lihat aja sekarang kamu nggak bisa diganggu begitu,” kata Joyce lirih pada dirinya sendiri.

Mulanya Joyce sedikit khawatir karena Eri terlihat jauh lebih tertutup. Tidak hanya sulit diajak jalan-jalan, untuk sekadar main ke rumah saja Eri tak selalu memberikan izin.

“Aku sekarang ikut banyak les. Kalau di rumah penginnya istirahat aja. Misal kamu mau maen, info dulu ya.” Itu pengakuan Eri saat Joyce mendesak kenapa dia makin susah diajak hang out.

Eri akan cerita jika memang waktunya. Sahabatnya itu mungkin sudah saatnya perlu tahu yang namanya kencan. Joyce berniat ingin memperkenalkan Eri pada murid cowok lain yang sebenarnya mengantre ingin dikenalkan, namun pasca kejadian dengan Tommy, Joyce memilih untuk menunda dulu. Gadis itu terlalu fokus pada buku dan pelajaran sampai lupa kalau usia muda juga butuh hiburan.

“Niko ganteng sih, tapi dia nggak nyambung waktu kuajak ngobrolin soal kondisi moneter Indonesia sekarang. Kalau Irwan itu cool sih apalagi main gitarnya jago, tapi dia kaya nggak punya visi ke depan gitu. Waktu kutanya mau nerusin bikin lagu apa, dia bilang ngapain mikir serius toh musik itu hanya buat senang-senang. Aku nggak suka sama cowok yang nggak punya semangat maju, nggak smart, terus di pikirannya hanya peduli penampilan aja. Nggak manly banget deh,” komentar Eri tiap kali rencana akan dikenalkan.

Maklum kalau Eri jadi sangat pemilih. Dia pintar, juara umum, pandai di semua mata pelajaran, sering menang lomba akademik dan menjadi siswa teladan mengalahkan sekolah favorit lain selama dua tahun. Ditambah lagi ia cantik dan punya keluarga hebat. Eri punya segalanya yang tidak dimiliki Joyce. Untuk soal ini, ia sangat bersyukur karena Eri mau menerimanya apa adanya.

Bel masuk berbunyi. Guru Biologi masuk ke dalam kelas. Bu Siska meminta siswa-siswanya mengumpulkan tugas merangkum soal flora-flora langka di berbagai benua.

“Tugasmu sudah?” tanya Eri pelan. Joyce mengangkat jempol. Beruntung ia dipinjami buku ensiklopedia milik Eri. Sahabatnya tersenyum lalu berdiri ke meja guru untuk menyerahkan buku tugas.

Persahabatan mereka dimulai setahun lalu. Joyce sempat mogok sekolah sampai mendapat surat peringatan dari guru BK. Tidak ada yang peduli dengan Joyce pasca perceraian orang tuanya. Dulu Joyce selalu dikelilingi kawan yang sering ia traktir. Papa Joyce tersangkut kasus korupsi, mamanya minta cerai, ekonomi keluarganya carut-marut. Untung kakak mamanya, Pakde Rasyid, mau menyokong sekolah Joyce sementara mamanya merantau ke Jakarta untuk bekerja.

Eri naik taksi mencari rumah pakdenya yang berada di pinggiran Surabaya bagian Selatan, hampir ke Sidoarjo. Hanya Eri yang berusah-payah mencari Joyce dan meminjaminya buku catatan.

“Aku ketua kelas. Jadi ini tugasku buat mastiin temen sekelasku bisa belajar dengan baik.”

Kalau bukan karena Erika Chandra, mungkin Joyce tidak akan naik kelas. Eri adalah gadis yang tulus, meski sering menyebalkan jika tidak mau memberi contekan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status