Clara diangkat dan sontak kakinya melingkar erat pada kekasihnya seperti ulang mengikat erat sang mangsa juga lengannya yang sudah terjerat di leher Joy.
Kedunya saling sibuk memagut satu sama lain dan ketika gravitasi membuatnya terkejut saat dengan perlahan Joy menurunkan badannya di ranjang.
Clara mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri saat menyadari dirinya sudah berada di dalam kamarnya.
"I love you."
Mata Clara kembali fokus pada wajah sang kekasih. Tangannya terulur pada bibir tebal favoritnya.
"I want to kiss you."
"Kiss me then." Sahutnya dengan berani.
Bibir keduanya pun saling bertemu.
Tangan lelaki itu dengan sangat lembut menyentuh kening yang kemudian turun ke pipi, rahang hingga tulang selangkanya dan terhenti di atas kancing bajunya.
Ketika keduanya memberi jarak untuk bernapas karena keduanya tersengal sehabis ciuman dahsyat itu. Pandangan keduanya pun kembali menyatu.
Satu
Hi hi! Maafkan ya aku belum bisa fokus nulis karena masih mengejar materi di dunia nyata :') Terima kasih untuk kamu yang sudah baca ceritaku. XOXO, Larauora
Senin adalah hari yang dibenci Friska, mungkin banyak orang juga karena setelah libur yang hanya dua hari, mereka harus memulai kerja di hari Senin. Selain karena alasan 'malas', entah sejak kapan Friska jadi merasakan hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya ketika melihat Clara. Setiap pagi dan hampir setiap hari Friska melihat kemesraan yang ditunjukkan oleh Clara dan pacarnya. Diantar dan dijemput hampir setiap hari. Kadang sang pacar akan datang ke kantor mereka untuk makan bersama dengan Clara dan sesekali akan men-traktir teman-teman Clara juga. Friska pun beberapa kali melihat Clara dipuji oleh teman satu timnya atau dari tim lain karena kinerjanya yang bagus dan cekatan. Semua kesempurnaan itu membuat Friska yang tadinya tidak punya 'masalah' pada Clara, jadi 'punya masalah'. Contohnya seperti siang ini, disaat Friska tengah memendam jengkel pada Rendy—sang Kekasih, karena seperti yang terjadi beberapa bulan belakang
"Sebentar, Dit."Clara yang sore ini dijemput oleh adiknya dan sedang berada di parkiran PIM mengernyitkan dahi.Alasannya tidak dijemput oleh Joy karena Joy sudah ada janji dengan temannya dan memang seminggu ini mereka selalu bertemu, Clara pikir inilah saatnya untuk mereka punya 'me time'.Makanya Clara sedikit terkejut ketika tadi mereka sedang mencari parkiran yang kosong dan secara tak sengaja mendapati mobil Joy sudah bertengger di parkiran yang sama dengannya dan sedang membukakan pintu penumpang dan seorang perempuan turun. Perempuan itu kemudian membelit tangannya pada lengan Joy."Mba, ayok.""Eh iya, iya."Masih sedikit bingung dan penasaran, Clara menyanyakan keberadaan kekasihnya.Voldemort: Aku lagi di kantor, Yang.Jawaban yang sama sekali tidak Clara duga akan diutarakan oleh Joy. Perasaan ini timbul lagi. Perasaan terancam, cemas, dan sakit hati saat beberapa waktu lalu Clara memergoki san
Pagi itu Clara bangun dengan kepala berat, linglung, dan hidung tersumbat juga tenggorokkan yang sakit. Mungkin efek dari baru tidur pukul setengah empat pagi dini hari yang menyebabkan hal itu. Clara bangun tiga jam kemudian. Pantas ya dia merasakan sakit disekujur tubuhnya. Clara memang mudah sakit jika begadang atau tidak cukup istirahat. Siangnya, Clara mengajak bertemu sahabatnya, Ghiffary untuk bercerita mengenai kejadian kemarin yang membuat hatinya masih ngilu setiap mengingat hal itu. "Ghif." "Yow." "Gimana rasanya dibohongi sih?" Clara termenung dengan Choco Milkshake-nya yang diaduk-aduk. "Kayak lo bohongin gue katanya mau ngajak makan berat tapi malah ngajak minum susu cokelat di kafe favorit lo?" Clara memajukan bibirnya sebal. "Ah, lo mah ngga bisa diajak bahas beginian." Dengusnya kesal dan menambahkan. "Harusnya gue ajak Ica, bukan elu." Harusnya dia mengajak Ica tapi sayangnya sang Sahab
Apa ini yang dirasakan Clara ketika mendapati dirinya berbohong? Saat Joy membuka ponselnya pukul setengah tujuh kurang lima menit, sebenarnya dia sudah berada di parkiran kantor sang Kekasih. Mau menghubungi tapi takut mengganggu karena dia tahu, Clara benci diganggu ketika jam pulang, beberapa kali dia kena amarah dari sang Kekasih karena memborbardir ponsel perempuan itu karena sudah sampai duluan di kantor. Pukul setelah tujuh lewat, ketika Joy membuka pesannya dan melihat sang kekasih sedangonline, dengan cepat dia mengetik dan memberi tahu kalau dirinya sudah akan sampai. Dia tidak ingin membuat Clara merasa dikejar-kejar jadi sengaja dia berbohong kalau dirinya baru saja berangkat dari kantor. Belum selesai dia mengetik apa yang ingin dia sampaikan, statusnya kembalioffline. Tak lama, dia melihat Clara keluar dari dalam lobi kantornya dan sedang bersama... Rio? Teman kerja Clara yang sempat
Pada perjalanan pulang kemarin, Clara bertanya dan Joy pun menjawab dengan tenang tanpa emosi yang berlebih. Clara pun bertanya hal ini sebagai permulaan. "Kenapa kalian ketemuan?" Karena bagaimana pun, aku sama dia selain pernah jadi mantan, dia teman aku juga, Ra. She need help. "Kenapa kamu bohong sama aku?" Akhirnya pertanyaan itu terucap dan jawaban lelaki itu cukup membuatnya kecewa. Karena aku ngga mau kamu salah paham. Pada akhirnya, Clara hanya menyimpan segala kegundahanya dan pertanyaan lainnya sendiri. Benar kata Ghiffary, ada hal yang tidak seharusnya dia tahu atau dengar karena semakin mendengar jawaban kekasihnya, semakin ragu pula dia pada Joy. Setelah malam itu, memang Joy semakin membuktikan padanya bahwa apa yang lelaki itu ungkapkan pada tenda Sate Padang Uda Jal benar adanya. Sudah dua minggu berlalu dan lelaki itu benar-benar setiap hari menjemput dan mengantar sang Kekasi
Clara tidak bisa berhenti tersenyum melihat keakraban antara saudaranya dan lelaki yang dia cintai.Dia pikir, jika dirinya punya lelaki pilihannya sendiri (Seperti saat dulu berhubungan dengan Rendy), saudara-saudaranya akan memberi jarak dan sedikit terlihat tidak suka.Ternyata hal itu tidak berlaku kepada Joy.Saat ini Joy sedang membantu Raka membakar jagung, sosis, dan makanan lainnya di atas bara api.Sesekali Clara dapat melihat Joy melirik ke arahnya, setelah mendengarkan sesuatu yang Raka atau Radit ucapkan, kemudian mereka akan tertawa.Clara melihat itu kesal sekaligus geli karena tawa mereka bertiga begitu heboh dan bagi orang yang melihat itu pasti ikut tertawa juga walau tidak tahu apa yang ditertawakan."Kamu bahagia, Ra?"Suara berat itu membuat Clara menoleh dan memperbaiki posisi duduknya yang tadi dengan kaki menguasai seluruh sofa."Kenapa, Pa?""Ya ngga apa-apa, Papa cuma tanya aja kok."Clar
Clara duduk termangu dengan perasaan campur aduk. Seperti perasaan deja vu saat melihat sebuah foto sebuah tangan di atas pangkuan dengan cincin bunga serupa melingkari jemari seseorang. Foto yang keduanya tadi abadikan sebelum keduanya berpisah, lelaki itu abadikan dan dia umumkan kepada publik bahwa mereka sudah memasuki jenjang serius. Clara sedikit mendengus. Tidak... tidak, bukan dengusan hinaan atau sarkas yang sering dia tujukan pada orang-orang. Dengusan itu karena dia senang dan tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi. Semuanya bagaikan mimpi dan Clara sangat takut untuk bangun dari kenyataan. Pada realitanya, mimpi akan selalu lebih indah dari kenyataan, bukan? Harapan bisa tumbuh dihati semua orang walau orang itu sudah berjanji untuk mumupuskan semua angan, khayalan, dan harapan. Tanah tandus saja masih bisa dihidupi oleh rumput liar jika air turun pada permukaan itu. Batu yang keras saja
Dua minggu berlalu sejak tahun baru yang Joy habiskan dengan keluarganya, keduanya semakin lengket tak terpisahkan.Bahkan keluarga Clara pun semakin mendukung keduanya untuk sedikit 'mencicipi' salah satu kegitan rumah tangga yaitugroceries shopping yang biasanya rutin dilakukan oleh kedua orang tua Clara dan salah satu dari anak mereka, entah dirinya, sang Kakak, atau adiknya.Sabtu sore itu pun mereka berdua dimanfaatkan oleh sang Ibu untuk membeli beberapa kebutuhan dapur di rumah Clara.Dalihnya sih sang Ibu bilang pada Joy bahwa kedua orangtua Clara ingin kencan tapi Clara tahu itu hanya akal-akalan saja karena paginya sebelum Joy datang, sang Ayah memberitahunya rencana sang Ibu."Eh, Clara Devina ya?"Clara yang saat itu ada di supermarket besar dan sedang memilih penyedap mana yang akan dia pilih dari salah satu rak, menoleh ke sumber suara."Iya, gue Clara. Lo..." Clara berusaha mengingat laki-laki yang ada di