Bu Sinta datang ke sanggar dengan mengendarai mobilnya sendiri. Tadi pagi, bu Sinta sempat mampir ke rumahnya yang dulu, untuk menjenguk Zahra sejenak. Yang sangat disyukuri adalah, ketika bu Sinta baru sampai di depan rumah, Zahra ada di depan rumah untuk menunggu mobil antar-jemputnya, bersama bibi pengasuhnya.
“Zahra,” sapa bu Sinta ketika turun dari mobilnya. Begitu melihat bundanya ada di depannya, tentu langsung membuat Zahra menghambur ke pelukan bu Sinta. Zahra dan bu Sinta saling berpelukan dengan cukup lama, sampai pelukan tersebut dipisahkan oleh bibi pengasuh Zahra, dengan alasan Zahra sudah waktunya berangkat sekolah. Padahal, bu Sinta sangat tahu kalau mobil antar-jemput anaknya itu belum sampai.
“Maaf Bu, tapi Zahra sudah rapi jadi tolong jangan dibuat berantakan lagi,” meskipun bibi pengasuh Zahra berusaha dengan keras untuk berpura-pura bersikap sopan, akan tetapi tetap saja bu Sinta merasa apa yang d
Bu Sinta tidak bisa berhenti memikirkan ucapan Hani tadi, bagaimana bisa urusan rumah tangganya diketahui oleh semua guru Zahra. Bu Sinta mencoba mencari alasan yang paling masuk akal dari hal tersebut. Dan ketika bu Sinta mencari alasan tersebut, bu Sinta hanya bisa berpikir pak Helmilah yang mengatakan tentang permasalahan itu ke salah satu guru Zahra. Karena, menurut sepengetahuan bu Sinta, pak Helmi cukup dekat dengan salah satu guru Zahra yang bernama bu Yolinda. Tanpa sadar, bu Sinta tidak pulang ke rumah orang tuanya, tapi beliau justru memasuki area parkir hotel yang sering beliau kunjungi. Ketika sadar akan sikap dan keputusan bawah sadarnya itu, bu Sinta sempat berpikir apakah yang dilakukannya ini sudah benar. Bu Sinta tak kunjung keluar dari mobilnya, beliau terus menundukkan kepalanya ke setir mobil. Tak lama kemudian, bu Sinta akhirnya turun dari mobil dan semakin membulatkan tekadnya untuk terus mengikuti isi hatinya. Seba
Hari ini bu Aliyah ada janji dengan salah satu ibu dari temannya Dania, meskipun awalnya bu Aliyah merasa sedang tidak ingin bertemu orang lain, tapi akhirnya bu Aliyah memilih tetap menemui ibu teman Dania tersebut.Sesampai di tempat mereka bertemu, ternyata bu Aliyah datang lebih dulu. Cukup lama bu Aliyah menunggu sampai ibu dari teman Dania tersebut datang. Bu Aliyah terus meminum minumannya sambil melamun ke arah depan kafe. Ketika bu Aliyah sedang melamun itu, terlihat sosok bu Sinta yang sepertinya sedang berteleponan dengan suaminya, karena bu Sinta terlihat sangat bahagia.Ketika bu Aliyah berniat untuk menyapa bu Sinta, bu Aliyah mengurungkan niatnya itu karena ternyata ibu dari teman Dania sudah tiba. Dan begitu bu Aliyah menoleh kembali ke arah tempat bu Sinta tadi, bu Aliyah sudah tidak bisa melihat sosok bu Sinta disana.“Maaf ya Bu, saya telat.” Ucapan yang dilontarkan oleh ibu teman Dania itu
Hari ini bu Aliyah dengan sengaja mengajak jalan rekan-rekan sanggarnya karena ada sesuatu hal yang perlu beliau tanyakan kepada mereka. Tak seperti biasanya, bu Aliyah kali ini berdandan secantik mungkin untuk bertemu mereka. Entah kenapa bu Aliyah merasa harus mengubah perilakunya yang selama ini tidak terlalu mementingkan penampilannya.Bu Aliyah memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri dan tidak diantar sopirnya seperti biasa. Ketika sudah sampai di tempat tujuan, bu Aliyah bisa melihat sosok bu Sinta sudah ada disana, dengan penampilannya yang sangat cantik dan seperti anak muda. Bu Aliyah pun segera menghampiri bu Sinta.“Yang lain belum datang Bu?” tanya bu Aliyah kepada bu Sinta yang sedang meletakkan ponselnya ke tas jinjingnya.Bu Sinta menoleh dan mengangguk. “Iya Bu, saya tadi sudah hubungi bu Tia katanya sudah mau sampai,” ucap bu Sinta.Setelah itu terjadi kehe
“Apa kamu membutuhkan bantuanku untuk membawa Zahra kembali ke pelukanmu?” tanya pak Rio sembari memeluk tubuh bu Sinta yang sedang menangis karena terlalu merindukan buah hatinya.Bu Sinta menengadahkan wajahnya untuk menatap kedua mata pak Rio yang juga sedang menatap bu Sinta dengan tatapannya yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang.Tidak lama kemudian, bu Sinta menggelengkan kepalanya untuk menolak usulan pak Rio. “Aku akan berusaha sendiri sebisa mungkin.” Nada suara bu Sinta terdengar sedikit tidak yakin, meski di sela-selanya ada keyakinan yang lebih memenuhinya.“Kalau kamu membutuhkan bantuanku, aku akan membantumu segenap mungkin. Aku akan mencari cara supaya kamu bisa mendapatkan kebahagianmu lagi yang sudah hilang selama ini,” raut wajah dan intonasi pak Rio penuh dengan keseriusan.Bu Sinta semakin mempererat pelukannya. “Jika sekiranya ak
Sanggar terlihat lebih sepi dari biasanya, bu Sinta awalnya mencurigai tentang hal tersebut, tetapi karena ternyata pada saat beliau masuk, Sanggar tidak terlihat sesepi yang ada di pikirannya, jadi bu Sinta mengabaikan pikiran sebelumnya.“Bu,” sapa bu Sinta kepada bu Aliyah, bu Niken, dan bu Tia yang sudah sampai duluan.Mereka bertiga balik menyapa bu Sinta dengan senyuman.“Ini sudah sampai mana kelasnya, maaf saya tadi ada keperluan jadi telat,” bu Sinta menunjukkan sikap perasaan bersalahnya dengan tulus.“Masih baru kok Bu, bu Yanti juga baru sampai,” jawab bu Tia. Bu Yanti adalah guru merajut di Sanggar Seni Kenangan.Mendengar jawaban dari bu Tia, bu Sinta bernapas lega, dan akhirnya beliau langsung duduk di samping bu Aliyah yang lagi fokus merajut kain di depannya. Karena bu Sinta tidak ingin mengganggu aktivitas rekan-rekannya itu,
“Masuklah,” intonasi bu Sinta sangatlah tegas, sehingga membuat Hani mau tidak mau menuruti perintah dari wanita yang ada di depannya itu.Sekarang mereka berdua sudah berada di dalam mobil bu Sinta, tetapi masih belum ada yang melontarkan sepatah kata pun di antara mereka. Baik bu Sinta maupun Hani merasa bingung harus memulainya dari mana.“Ada apa Bu?” akhirnya Hani terlebih dahulu yang mengucapkan pertanyaannya. Hani berlagak tidak tahu tentang situasi yang sedang terjadi saat ini.“Saya langsung to-the-point saja, apa saja yang sudah kamu ketahui tentang saya?” bu Sinta menoleh ke arah Hani dan menatapnya dengan tajam.Hani terlihat tidak takut sedikitpun meskipun mendapat tatapan tajam seperti itu dari bu Sinta. “Apa bu Sinta kira kalau bertemu suami orang di hotel saja tidak akan ketahuan oleh orang lain?” tanya Hani tanpa memperlihatkan ketakuta
Bu Sinta sudah terlalu bingung untuk memikirkan banyak hal yang memang harus dipikirkan oleh beliau. Mulai dari kendala bertemunya beliau dengan Zahra, permasalahan rumah tangganya yang sampai sekarang masih tidak ada ujungnya, belum lagi bu Sinta mendapat permasalahan baru yang datang dari Hani.Bu Sinta sempat berpikir supaya hubungannya dengan pak Rio tetap terjaga sampai akhir, beliau berniat memberi semua hal yang Hani inginkan supaya dia mau tutup mulut.Namun, setelah bu Sinta pikir-pikir lagi, beliau takut setelah dirinya memberikan apa yang diinginkannya tersebut kepada Hani, maka Hani akan ketagihan sehingga bu Sinta harus selalu siap untuk menghadapi dan menurutinya.Saat ini bu Sinta benar-benar membutuhkan sosok pak Rio di sampingnya. Bu Sinta ingin mengeluarkan segala keluh kesahnya dan meminta saran dari lelaki yang saat ini sangat dicintainya itu.Pada saat bu Sinta ingin berteriak sa
Hari ini dengan sengaja bu Niken menghabiskan hari liburnya bersama pak Surya. Semenjak kejadian kecelakaan yang dialami pak Surya, hubungan antara bu Niken dengan suaminya itu justru semakin dekat. Memang sejak dulu mereka berdua hanya tidak punya waktu yang tepat saja untuk saling terbuka satu sama lain. Apalagi setelah kejadian bu Niken keguguran dan disalahkan oleh pihak keluarga pak Surya yang mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi karena bu Niken tidak mau mengambil cuti ketika sedang hamil.Namun, meskipun pihak keluarga pak Surya hampir semuanya menyalahkan bu Niken atas kejadian tersebut, pak Surya tidak pernah sekalipun mengucapkan tentang hal itu di depan bu Niken. Justru pak Surya berusaha menjadi pihak penengah yang baik, supaya hubungan antara kedua belah pihak ini bisa kembali akur seperti dulu lagi.Ya, hubungan antara bu Niken dan pak Surya berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh kakak Pak Surya dengan adik bu Niken.