Frada menoleh kea rah Yumna sekejap sebelum berjalan menuju balkon. Dia menghindari telinga sahabatnya itu. mengingat katanya Yumna tak ingin mendengar apapun tentang kakaknya. Dan Yumna tengah menerima telepon dari orang itu.
“Iya, Kak. Yumna berada di sini,” jawan Frada setelah jantungnya tenang.“Syukurlah. Apakah kamu bisa membujuknya ntuk keluar dan pulang? Saya akan segera ke sana.”Frada malah gelagapan sendiri. Noval mau kemari? Tapi penampilan Frada saat ini sangat berantakan. Make up-nya sudah tidak terpasang di wajah dan dia juga telah mengenakan piyama.Namun ….Hei! Sadarlah Frada Adelia!Noval mau ke sini untuk menjemput adiknya! Untuk apa kamu ribut mengurusi penampilanmu yang tak akan digubris olehnya?!“Halo, Rada. Apakah kamu masih di sana?” tanya Noval setela lama tak mendengar jawaban darinya.“Ah … oh itu“Nilai saham perusahaan sudah merosot sampai dua puluh persen, Tuan Muda.”Lelaki itu hanya menyeringai setelah mendengar laporan dari bawahannya. Memaikan lidah di dalam mulut, tatapan matanya yang tajam disertai dengan senyum bengis bak iblis, mampu membuat bulu kuduk orang-orang di sekitanya meremang.“Apakah ayahku sudah melakukan sesuatu?”“Sejauh ini beliau hanya berusaha menarik investor dan membereska masalah-masalah terkait isu masalalunya yang dikulik oleh media.”“Lelaki tua itu, sama sekali belum mau menyerah, ya?”Dasar.Padahal memiliki dua anak lelaki yang telah dewasa, mengapa tidak menyerahkan perusahaan kecil itu pada salah satu dari mereka? Ayahnya itu sudah tua. Rambutnya bahkan sebagian telah memutih. Seharusnya Yudhistira tahu kapan dia akan berhenti. Ck!Arkana Hardiyantara berdiri dari kursinya. Dia berjalan menuju jendela
“Siapa kau?” tanya salah satunya.“Ah, bukankah kau Tuan Muda Hardiyantara?” Arkana menoleh pada asal suara yang menyebutkan namanya.“Kau mengenalku?”“Ya. Ada urusan apa Anda datang kemari?”Arkan tak lekas menjawab, hanya mengamati dua orang yang masih saja berdiri menghadangnya. Padahal mereka tahu siapa dia, bukankah harusnya menyingkir dan memberinya jalan?“Adikku tinggal di sini. Aku hanya ingin menemuinya. Apa ada masalah?”“Tentu saja masalah. Anda ingin menemuinya di jam fajar seperti ini? Seperti yang dirumorkan, Anda benar-benar tak tau tata karma, Tuan Muda Arkana.”Satu suara datang menjawab pertanyaan yang tadi dia ajukan pada dua pengawal itu. mereka bertiga serontak menoleh dan menemukan Noval tengah berjalan menghampiri mereka.Kedua pengawal itu menunduk sejenak sebelum berjalan menja
Arkana Hardiantara.Noval mengejanya dalam keremangan. Perasaannya mendadak tak enak. Entah mengapa, Noval merasa kalau sesuatu yang buruk akan terjadi.Mendengus, Noval merebahkan kembali punggunya ke atas sofa. Tubuhnya letih. Seharian penuh ia harus bekerja namun sekarang ia malah begadang sebab mencemaskan adiknya yang tertidur di tempat kurang aman.Huh….Noval tak bisa membiarkan apapun menyakiti Yumna. Tidak lagi. Ia tak akan kecolongan kembali. Sebisa mungkin, Noval akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menjaga adiknya. Salah satu sumber kabahagiaannya.“Kak Noval, aku mendengar keributan tadi.”Noval menolehkan kepalanya. Frada turun mengenakan gaun tidur. Cukup seksi. Bahkan dalam keremangan inipun, entah mengapa lekuk tubuhnya cukup jelas di pancaindera. Tapi meskipun begitu, bagi Noval, Frada hanyalah anak seumuran adiknya. Tak akan bisa membangkitkan nafsunya.
"Ugh." Frada memuntahkan isi perutnya. Rasanya sama sekali tidak enak.Pecah.Rasa-rasanya kepala Frada kini tengah ditikam oleh beribu jarum. Begitu pening dan menyakitkan. Ini pasti akibat dari menenggak minuman laknat itu.Hish, sebenarnya, apa sih yang dipikirkannya sampai-sampai mengonsumsi secara berlebihan? Padahal Frada bukanlah orang tipekal macam itu.Dia memang peminum namun tak sampai akan membuatnya mabuk hingga kehilangan akal.“Sudah baikan?” Yumna menunggu dibalik pintu toilet. Sahabatnya itu nampak cemas.Frada mengangguk, “iya. Lumayan.”Yumna menggiring Frada menuju sofa lantas menyerahkan satu gelas mug berisi jahe hangat untuk meredakan mabuk Frada. Dia sudah menyiapkan beberapa menit sebelum Frada bangun dan muntah-muntah. Kepulan asap menghiasi dan itu begitu menggoda untuknya.“Terima kasih.” Frada segera meraih gelas itu dan menyesap
Noval Adriyansyah sudah bertunangan.Itu adalah informasi yang Frada dapatkan dari Yumna. Adik Noval sekaligus sahabatnya. Tak mungkin kabar itu melenceng. Ia menyadari itu. Tentu saja. Makanya hatinya saat ini serasa ditusuk oleh puluhan ribu jarum. Sakit. Teramat sangat.Frada menyeka air matanya. Dua hari telah berlalu namun bayang-bayang kata-kata Yumna waktu itu masih saja melekat dan membuatnya perih.Oh, Tuhan! Mengapa dari dulu hingga sekarang Kau tak pernah membiarkannya bahagia sesuai dengan pilihan hatinya?!Tok! Tok!“Mbak Frada. Pak Agung sudah datang.” Frada menoleh pada asal suara. Seseorang dari balik pintu memberitahu sekaligus peringatan, bahwa ini bukan waktunya untuk bersedih dan menangisi laki-laki.Ya, Frada harus lekas bangkit. Untuk apa ia sampai harus menangisi pria yang bahkan tak pernah menaruh hati padanya?Lucu. Benar-benar lucu. Apalagi ketika menyadari
[Muncul saksi baru terkait penyiksaan yang dialami oleh Frada Adelia ketika masih kecil. Saksi berikut merupakan dua mantan pekerja di kediaman Hardiyantara. Saat ini, pihak Hardiyantara tengah mengupayakan jangan tengah berupa mediasi.]PYAR!Seketika, layar televise yang tengah memberitakan perihal masalahnya telah mati dan rusak sepenuhnya. Serpihan pecahan beling gelas juga kaca pelindung televise berhamburan. Para pembantu yang melihat kejadian itu hanya bergidik malang. ‘Yah, padahal itu adalah televise ketiga yang baru saja dipasang.’Begitulah kira-kira ungkapan hati mereka. Betapa tidak, barang mahal yang baru dibeli kini sudah rusak total berkat ulah sang nyonya. Larasati Hardiyanta menggeram marah. Berani-beraninya anak haram itu membalasnya telak! Seharusnya anak tak tau diri itu hanya diam dan menonton. Lalu mendengar dunia menghujatnya.Argh! Kini posisinya berbalik. Media dan masyarakat yang semula simp
[Kau yakin akan bertemu dengan nenek sihir itu?] Ghina nampak tak setuju. Dari layar laptop, wajah imutnya begitu gusar dan cemas.Frada hanya tertawa melihatnya. “Kamu tidak perlu secemas itu. Aku akan baik-baik saja. Bukankah kamu tahu bagaimana aku sekarang?” ia terlihat membanggakan diri.[Aku tau. Tetap saja. perempuan itu kan yang membuatmu mimpi buruk selama ini. Bahkan dia juga yang telah membuatmu tidak bisa melepaskan suara pembantumu dan lagu lullaby yang mengerikan itu.] Ghina mengernyit tak suka.Frada termenung sesaat. Ghina tau segala hal tentangnya. Termasuk tentang mimpi buruk yang selama ini selalu menghantui.“Karena itulah aku harus menghadapinya, Ghina. Sudah cukup. Aku tidak mau hidup dalam ketakutan dan masalalu yang belum usai.”[Kau benar. Hanya saja, aku masih mencemaskanmu.] Ghina masih tak setuju.Frada hanya menghela napas. Sudah pasti. Untuk apa menyetujui ide gilanya. Sementara sahabatnya yang itu adalah
“Kenapa kamu mau-mau saja menyanggupi kemauan Kak Lisa dan Kak Noval. Jika kamu bahkan bisa memerkirakan kejadian seperti ini akan terjadi?”Frada hanya menghela napas. Menolak menjawab pertanyaan Yumna dengan nada memekik syock.Bagaimana tidak? Gadis itu baru saja mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Bahkan perihal kepergian Frada dan alasannya—secara garis besar, Yumna sudah mengetahuinya.Kepergian Frada dari Indonesia itu sesuatu yang cukup bagus sebagai langkah awalanya. Sekalipun berat, setidaknya itu lebih baik dari pada lingkungan toxic yang hanya menyakitinya.Yumna tahu jika keadaan keluarga Hardiyantara dengan Frada sendiri itu adalah sesuatu yang buruk. Tapi Yumna tak memerkirakan jika sampai di tahap di mana seseorang mungkin jauh lebih mudah untuk mati.Yumna merentangkan tangannya dan memeluk Frada erat. “Pasti berat ya selama ini?”Frada hanya meletakkan dagunya dengan tenang di atas pundak Yumna. Aroma manis d