Share

Peresmian Kantor

Mungkin sangat sulit untuk menyatukan cinta, tetapi aku yakin akan ada cara untuk merubahnya. Biarlah semesta tak mempertemukan fisik ini. Namun, biarkan asmara menyambungkan cerita hidup yang abadi.

(Moa)

***

Langit biru mulai berubah oren, menandakan bahwa hari sudah mulai gelap. Jam menunjukkan pukul 17.45 WIB. Seluruh karyawan kantor sudah mulai menghilang meninggalkan tetumpukan tugas kantor dan akan bergelut dengan tugas rumah masing-masing. Soya menunggu bosnya yang masih berada di dalam kamar mandi, sudah setengah jam ia berdiri di depan ruangan Kai dan belum terlihat juga batang hidungnya. Soya membuang napas berat, menyenderkan punggung serta kepalanya di tembok. Lelah, itu yang kini dirasakannya, ia memejamkan kedua matanya mencoba untuk menenangkan diri.

"Jangan tidur!" Suara Kai yang tegas dan cukup sexy mengagetkan Soya yang hampir terlelap.

"Ti- tidak, Pak. Saya tidak tidur," elaknya lalu membenahi diri kembali.

"Ayo kita berangkat!" Soya mengikuti Kai dari belakang layaknya seorang baby sitter yang mengikuti anak asuhnya. Mereka pun masuk ke dalam mobil milik Kai. Perjalanan membutuhkan waktu 30 menit, hingga akhirnya mereka pun sampai.

"Pakai ini!" ucap Kai menyodorkan parfum mahal kepada Soya. Gadis itu hanya melihat sodoran tangan Kai tanpa berniat untuk mengambilnya. Ia merasa bingung, untuk apa bosnya menyodorkan parfum mahal kepadanya?

"Kenapa bengong? Pakai ini! Aku tidak ingin kau membuatku malu dengan bau badanmu itu," sindir bosnya. Soya mencoba mengendus-endus bau badannya, tapi iya tak mencium bau apapun.

"Memangnya saya bau ya, Pak? Tapi saya tidak mencium bau apapun loh, Pak," ucap Soya membela diri. Kai menatap Soya dengan tajam membuat bulu kuduknya lagi-lagi berdiri. Dengan cepat ia mengambil parfum mahal itu dan memakainya.

"Ini, Pak. Terima kasih," ucapnya mengembalikan parfum mahal Kai.

"Simpan saja, saya masih banyak parfum seperti itu," sombongnya. Soya mendengus sedikit kesal melihat ekspresi bosnya yang sedikit tengil.

'Dasar bos aneh, memangnya aku tak mampu membeli parfum seperti ini? Bahkan satu pabrik pun papaku bisa membelikannya untukku," ucap Soya di dalam hati.

Mereka berdua masuk ke dalam kantor yang cukup besar. Di dalam sudah banyak pengusaha-pengusaha hebat menghadiri acara peresmian kantor tersebut. Alunan musik pun terdengar membuat para tamu semakin menikmati acara. Kai menilik setiap sudut ruangan, mencoba mencari temannya yang bernama Sendra.

"Woy, Kai!" teriak salah seorang pria dari jauh melambaikan tangannya lalu menghampiri Kai.

"Sial, kenapa harus ada pria brengsek itu sih?" ucapnya sedikit kesal membuat Soya terlihat bingung.

Sepertinya hubungan Kai dan pria itu sedang tidak baik. Buktinya Kai terlihat sangat tidak suka ketika melihat wajah pria itu, apalagi kini mereka sedang berhadapan satu sama lain. Pria itu memasang senyum ceria, tetapi berbeda dengan Kai yang berlagak masa bodoh dengan ekspresi datarnya.

"Wah, udah lama nih gak ketemu," ucap pria itu begitu semangat sembari menepuk bahu Kai.

"Iya," jawab Kai seadanya.

"Ekhem, siapa ini? Pacarmu? Cantik sekali," pujinya pada Soya, tak lupa pula ia kedipkan sebelah mata layaknya sedang menggoda.

"Sekretaris baruku," jawab Kai menghalangi pandangan pria itu pada Soya.

"Udah ganti lagi? Cantik sekali kamu, boleh kenalan gak?" Pria itu mencoba menyentuh Soya, tapi dengan cepat Kai menepis tangan itu.

"Kenalannya gak usah pegang-pegang bisa gak?" sewot Kai. Soya hanya bisa menegang, sedikit gugup, dan juga takut. Ia tidak ingin bosnya sampai baku hantam dengan pria aneh itu.

"Cih, ternyata loe gak berubah," ucap pria itu merubah ekspresi wajahnya menjadi marah kemudian pergi meninggalkan Kai dan Soya.

"Huh." Kai membuang napas lega, ia menekan kedua pelipisnya seperti orang yang sedang sakit kepala.

"Jangan kamu hiraukan orang tadi, dia memang selalu kurang ajar pada orang. Kalau kamu ketemu sama dia lagi, berusahalah untuk menghindar, mengerti?"

"I- iya, Pak."

Acara terus berlangsung. Kini Kai sudah bergabung bersama kedua temannya yaitu Sendra dan Yedo. Mereka tampak asik berbicara satu sama lain. Dari kejauhan ada Soya yang melihat interaksi Kai dengan dua temannya, benar-benar terlihat berbeda dengan Kai yang ada di kantor. Soya sempat berpikir, apa bosnya memiliki kepribadian ganda? Karena di kantor, Kai tak pernah tersenyum, tapi lihatlah sekarang! Ketika bergabung dengan temannya, tawanya terlepas begitu mudahnya.

"Manis," satu kata yang terucap dari mulut Soya. "Bosku ini memang aneh yah, kadang ngeselin, kadang kaku seperti kanebo, dan sekarang dia terlihat bebas. Waw, dalam satu hari aku bisa melihat kepribadian yang berbeda."

Tiba-tiba dering handphone Soya berbunyi. Dengan cepat ia melihat layar hpnya yang tercantum nama "MAMA". Soya mengangkat panggilan itu segera. Ia tahu, pasti mamanya akan menanyakan kenapa dia masih belum pulang.

"Hallo, Ma," jawab Soya.

"Sayang ... Kamu ada di mana? Ini sudah jam delapan malam loh, kenapa belum pulang?" tanya Fany begitu khawatir.

"Iya, Ma. Maaf, Soya telat pulang hari ini karena jadwal bos Soya sampai malam."

"Kenapa kamu mengikuti jadwal bosmu? Bukankah jam kerjamu sampai jam lima sore?" tanya Fany.

"Iya, Ma, karena ternyata Soya bukan jadi karyawan biasa melainkan sebagai sekretaris," jawabnya.

"Apa? Mendadak sekali," kata Fany.

"Ya ... Mau gimana lagi. Hari ini sekretaris atasanku minta cuti melahirkan, jadi Soya yang ditunjuk buat jadi pengganti sementara," jelas Soya.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti kalau sudah pulang, tolong kabari Mama."

"Iya, Ma."

Setelah panggilan diakhiri, tiba-tiba saja pria brengsek yang sangat Kai benci menghampiri Soya. Iya ... Pria yang ingin berkenalan dengannya, tetapi Kai melarang. Gadis itu mencoba memundurkan langkahnya pelan, berusaha untuk menghindar sesuai dengan perintah bosnya. Kalau boleh jujur, Soya juga sangat takut jika harus bertemu dengan pria itu lagi. Rasanya dia ingin berlari, tetapi tempat itu sangat ramai dan penuh dengan orang-orang.

"Hei, kenapa kau sangat ketakutan begitu, cantik?" tanya pria itu masih terus mendekati Soya. Gadis itu hanya bisa membisu, malas rasanya jika harus menanggapi pria yang kini ada di hadapannya.

"Aku hanya ingin berkenalan, jadi tak perlu takut seperti itu. Apa Kai mengatakan sesuatu padamu? Jangan dengarkan dia, aku tak mungkin mencelakaimu," ucapnya begitu sangat tenang.

Soya menghentikan kakinya yang dari tadi berjalan mundur. Punggungnya sudah terbentur tembok membuatnya tak bisa lagi bergerak. Pria itu tersenyum dengan rasa puas membuat Soya semakin takut untuk menatapnya.

"Ja- jangan ganggu saya, Pak," ucap Soya ketakutan.

"Jangan panggil aku bapak, panggil saja Bram. Namamu siapa?" tanyanya.

"S- Soya."

"Nama yang cantik, sama seperti orangnya," godanya.

Kai yang sedari tadi tak menyadari Soya dalam bahaya, tiba-tiba saja pandangannya sudah tertajam menuju Bram. Kai mendekati pria itu bersama kedua temannya. Bram yang hendak menyentuh rambut Soya pun tertahan oleh Kai yang sudah naik pitam. Pria manis itu memutar lengan Bram hingga membuat pria itu meringis kesakitan.

"Sudah gua bilang jangan sentuh dia! Apa loe tuli, hah? Sekali lagi loe berani godain sekretaris gua, siap-siap mati loe di tangan gua!" ancam Kai berteriak membuat semua tamu undangan berfokus pada kegaduhan yang terjadi.

Bram hanya bisa menunduk karena malu, semua mata tertuju padanya. Pada akhirnya dia pergi tanpa pamit. Kai melihat Soya yang sedikit gemetar karena takut sekaligus terkejut atas sikap Kai. Pria manis itu menghampiri sekretarisnya.

"Maaf, seharusnya saya tak meninggalkanmu. Apa kau terluka?" Kai terlihat sangat khawatir dan merasa bersalah karena tak menghiraukan Soya hingga terjadi seperti ini.

"Saya tidak apa-apa, Pak," jawab Soya.

"Maaf, kalau saja gua gak ngundang Bram, mungkin kejadian ini tak akan terjadi," ucap Sendra, teman Kai.

.

.

.

Hallo ...

Ini hanyalah karangan penulis dan tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata.

Terima kasih ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status