Share

BAB 3

Penulis: DLaksana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 13:59:35

“Di mana aku?” Falsya terkejut menatap ke sekelilingnya.

“Kamu di rumah sakit,” ucap seorang wanita paruh baya.

Falsya melengos ke arah suara itu. “Apa yang terjadi, Bu? Kenapa aku bisa ada di sini?” tanyanya dengan kebingungan.

Wanita paruh baya itu pun menceritakan kejadian di dalam bis.

Falsya yang mengingat pun tersenyum getir. Tidak biasanya dia selemah ini.

“Syukurlah, Mbak. Janin kamu baik-baik saja. Lain kali dijaga lagi ya, jangan sering bepergian seorang diri sangat berbahaya jika sedang hamil muda!” pesan wanita paruh baya itu yang membuat Falsya langsung terkejut.

“Apa? Hamil? Maksud—Ibu, aku hamil?”

Wanita yang sudah berumur itu seketika mengerutkan keningnya. “Apa jangan-jangan kamu memang tidak tahu sedang hamil?”

Falsya menggeleng.

Wanita itu tersenyum. Lalu berkata, “Selamat, ya, Mbak. Kamu sekarang mau jadi seorang ibu. Hal yang wajar kok, kalau trimester pertama seringnya kaya gini.” Ia juga mengusap lengan Falsya secara lembut.

Falsya lagi-lagi tersenyum kecut mendengarnya. Hidupnya terasa bak di sambar petir di siang bolong. Ia tidak menduga akan mendapat kabar mengejutkan seperti ini.

Apalagi dirinya baru teringat jika dia belum haid dari satu minggu yang lalu, dari semenjak kejadian saat itu—kesuciannya direnggut.

Wanita paruh baya itu pun akhirnya pamit pulang. Karena ia tidak bisa berlama-lama juga di rumah sakit.

Namun, sayangnya. Setelah kepergian wanita itu, Falsya baru teringat jika dia belum tahu siapa nama wanita itu.

“Bagaimana ini? Aku hamil? Haruskah aku menghubungi pria itu dan meminta pertanggungjawaban?” batin Falsya miris.

***

Sementara itu dilain tempat, tepatnya di kantor Rendra yang berada di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Dia saat ini sedang disibukkan oleh meeting bersama klien dari beberapa daerah.

Setelah meeting selesai, ia menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Tidak lupa ia memijit pelan pelipis matanya yang sedikit pegal. Entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu memikirkan wanita yang tidak sengaja ia tiduri.

Padahal bulan depan adalah acara pernikahannya bersama Laura—kekasihnya. Namun, bukannya dia merasa bahagia, tetapi dia malah merasa gelisah tak menentu.

“Permisi, Tuan!” sapa Bastian yang masuk begitu saja ke ruangan bosnya.

Rendra mendongak lalu duduk tegap menatap ke arah asistennya itu. “Iya, ada apa?”

“Ada seseorang yang ingin bertemu. Apa Anda sibuk?” tanya Bastian hati-hati. Sebab, ia tahu belakangan ini tuannya seperti banyak pikiran.

“Suruh masuk saja!” timpal Rendra cepat.

Bastian mengangguk, lalu dia berjalan keluar untuk membukakan pintu.

“Silakan, masuk!” ucapnya kepada seseorang yang berdiri menunduk.

Orang itu pun berjalan masuk mengarah pada meja Rendra. Rendra yang fokus menatap ponsel langsung mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang.

Kedua mata Rendra membelalak saat melihat wanita dengan berpakaian sederhana di hadapannya kini.

“Kau!” ucapnya lirih sedikit terkejut.

Rendra tidak menyangka jika wanita yang belakangan ini selalu mengganggu pikirannya kini berada di hadapannya.

“Tuan!” sapa wanita itu yang tak lain adalah Falsya.

“Apa ada hal yang penting?” tanya Rendra setelah mempersilakan wanita itu duduk. Dia juga mengendurkan dasinya, tiba-tiba saja dia sedikit gugup.

Falsya tampak ragu untuk berbicara. Namun, ke niatannya untuk datang ke kantor Rendra memang untuk membicarakan masalah kejadian waktu itu. Ia pun akhirnya mengangguk pelan sebagai jawabannya.

“Apa? Katakan saja? Apa kamu butuh uang?” tebak Rendra.

“Tidak!” bantah Falsya menggeleng. Meski kenyataannya memang dia sangat membutuhkan uang saat ini. Namun, ini bukan masalah tentang uang, tetapi menyangkut masa depannya.

“Aku hamil, Tuan. Aku ingin meminta pertanggung jawabmu sekarang!”

“Apa?” Rendra terkejut seketika.

“Aku hamil!” jawab Falsya memperjelas. “Dan aku ingin menagih janjimu untuk bertanggung jawab!” lanjut lagi dengan sedikit menekan.

Rendra membuang napas secara perlahan. Dia benar-benar terkejut, rasanya ini seperti kabar buruk yang baru pernah ia alami selama hidupnya.

Ketakutannya selama beberapa hari ini pun terjadi. Bagaimana dia bertanggung jawab? Jika bulan depan saja dia harus menikah?

“Kamu serius?” tanya Rendra lagi memastikan.

Falsya mengangguk pelan. Ia juga mengeluarkan hasil pemeriksaan dirinya di rumah sakit dua hari yang lalu.

Rendra membaca dengan sangat teliti. Ia berharap jika isi kertas di hadapannya itu salah. Namun, harapannya pupus seketika, saat ia tak sengaja membaca tulisan kata ‘POSITIF’.

“Maaf!” satu kata yang bisa Rendra ucapkan saat ini. Jujur ia sangat syok, dan bibirnya tiba-tiba sulit terucap.

“Anda ingin lari dari pertanggung jawaban?” Falsya menebak asal, yang membuat kening Rendra seketika berkerut.

“Bukan itu, hanya saja beri aku waktu untuk berbicara dengan keluarga!” balasnya cepat. “Aku tidak mungkin, tiba-tiba membawamu dan mengatakan ingin menikahimu! Keluargaku pasti akan kaget mendengarnya,” lanjutnya lagi berharap Falsya bisa mengerti.

“Lalu bagaimana dengan keluargaku!” bentak Falsya meninggi. “Apa kamu kira keluargaku akan baik-baik saja? Apa kamu kira keluargaku senang aku hamil di luar nikah? Coba pikirkan perasaanku juga!” teriaknya melengking hingga suara Falsya terdengar sampai luar koridor.

Ia pun memegang dadanya yang terasa nyeri. Cairan hangat berjatuhan semakin deras dari kedua matanya.

Tentu saja, melihat wanita itu terisak. Rendra merasa semakin bersalah.

“Tolong, jangan menangis!” pintanya memohon.

“Aku serius akan bertanggung jawab, tapi aku mohon berhentilah menangis,” ucapnya lirih sekali lagi.

Falsya mendongak menatap ke arah pria yang menodainya dengan tatapan tajam.

“Aku akan tunggu jawabanmu besok! Hubungi aku secepatnya. Kalo tidak, jangan harap bisa menemui bayi dalam kandunganku ini!” ancamnya tegas.

Falsya seketika langsung beranjak dari kursi dan berjalan ke arah pintu. Namun, tiba-tiba lengannya ditahan oleh tangan kekar yang memegangnya dengan erat.

“Aku janji akan bertanggung jawab. Tapi, ingat jangan menyakiti bayi itu, dia tidak bersalah!” kata Rendra menahan kepergian Falsya.

Falsya hanya menatap dengan tatapan dingin, lalu ia hempaskan tangan Rendra dari lengannya.

“Aku nggak butuh janji, tapi bukti!” tegasnya sekali lagi.

Ia pun berjalan keluar meninggalkan ruangan Rendra. Namun, saat pintu dibuka, ia dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita yang masuk ke dalam.

“Tanggung jawab? Tanggung jawab apa, Rendra?” tanya wanita itu yang menerobos masuk dan langsung berjalan ke arah mereka berdua.

Wanita itu melihat tampilan Falsya dengan tatapan menjijikkan. Ia bahkan menilai tampilannya dengan dia bak langit dan bumi.

“Jawab, Rendra? Apa maksudmu bertanggung jawab? Atau jangan-jangan kau menghamili dia?” tebak Laura. Ia berharap jika Rendra akan berkata tidak.

Rendra sendiri bergeming. Pandangannya masih menatap ke arah Falsya yang berjalan keluar dengan acuh.

“Rendra!” bentak Laura tidak terima dirinya tak digubris.

“Maaf, Laura. Sepertinya pernikahan kita batal. Aku telah menghamili seseorang!”

“Apa?” Laura membelalak.

“Aku yakin, kamu hanya sedang bercanda ‘kan, Ren?” tanyanya lagi dengan terisak.

“Aku serius, Laura! Dan wanita yang tadi, dia yang sedang mengandung anakku saat ini!” ungkap Rendra jujur.

“Plak!”

Sebuah tamparan keras pun dilayangkan oleh Laura kepada Rendra. Rendra memegang pipinya yang terasa panas. Ia tahu jika ini memang pantas untuknya.

“Aku bisa jelaskan semua! Maafkan aku, Laura!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
butterfly🦋
makin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 23

    “Mas Kriss?” Falsya membelalak saat melihat bosnya kini ada di hadapannya. “Kamu, ngapain di sini?” tanya ulang Kriss yang penasaran. Apalagi sekarang memasuki tengah malam. Falsya gugup, tetapi dia juga harus berterus terang. “A ... Aku sedang menemani bibiku, Mas. Tadi siang dia terkena musibah keserempet mobil.” “Astaga, tapi tidak apa-apa, kan?” Falsya menggeleng pelan. “Tidak, kok, Mas. Dan, mumpung ketemu di sini, besok aku boleh izin lagi, kan, ya, Mas?” Ada sedikit keraguan dalam bertanya seperti itu. Sebab, sudah berapa kali dia tidak masuk kerja, apalagi belum lama ini dia juga sudah izin karena sakit. Tanpa disangka, pertanyaan Falsya langsung disetujui tanpa alasan apapun. Sontak kedua mata wanita itu berbinar seketika. “Terima kasih, Mas. Terima kasih banyak atas izinnya.” “Tidak perlu seperti itu. Kamu jaga diri, ya. Maaf aku harus pamit,” ucap Kriss cukup tergesa-gesa. Ia langsung masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai atas. Meski sebenarnya dia ingin

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 22

    Eyang Widya berdiri ke hadapan cucu ketiga keluarga Khasif. Reza Danuarta Khasif. Yang sengaja berbicara seperti itu di hadapan banyak orang. Dia sudah tahu semua tentang hubungan sepupunya yang kandas, dan menikahi wanita lain. “Astaga, Reza. Kapan kamu datang?” Sapa Sahara yang langsung mendekat ke anak adik suaminya itu. Dia berharap keponakannya itu tidak berbicara banyak tentang putranya. “Dan tante tidak merestui hubungan Rendra dengan istrinya sekarang, kan?” pertanyaan Reza tentu aja membuat wajah Sahara pucat pasi kali ini. “Ah, itu tidak benar, Reza. Acara pernikahan Rendra hanya di undur sementara. Tahu sendirilah, perusahaan papah Laura memang lagi kurang baik,” kilah Sahara dengan senyum paksanya. Reza pun mendecih. Padahal dirinya sudah tahu semua yang terjadi pada sepupunya itu. “Katakan yang sebenarnya Rendra? Apa kamu sudah menikah?” Eyang Widya bertanya ke arah Rendra yang berdiri seperti patung tak bergerak. Helaan napas berat Rendra keluarkan secara per

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 21

    “Wi ...” panggil Falsya saat sudah sampai di rumah sakit. Kedua matanya mengembun seketika saat melihat sosok wanita lanjut usia sedang berbaring di atas brankar. “Mbak Falsya, syukurlah kamu sudah datang!” Dewi menghampiri lalu memeluk tubuh Falsya sambil terisak. “Maafkan aku, Mbak. Ini semua salah aku!” Falsya membelalak mendengarnya. “Apa yang terjadi, Wi? Kenapa kamu menyalahkan dirimu sendiri?” Dewi pun menceritakan kejadian yang sebenarnya. Hingga membuat Bi Imah terbaring seperti saat ini. Falsya pun memahami penjelasan dari Dewi. Meski Dewi masih Kuekeh tetap menyalahkan dirinya sendiri. “Tidak perlu seperti itu, Wi. Kamu juga tidak sengaja.” “Tapi, ini semua salah aku, Mbak. Andai saja aku nggak memaksa bi Imah ikut ke pasar, pasti kejadian ini nggak bakalan terjadi!” ungkap Dewi menyesal. Wajahnya kembali murung, bahkan kedua matanya kembali mengembun. Falsya mengusap punggung Dewi secara perlahan. Dia paham betul apa yang di rasakan oleh tetangganya itu.

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 20

    Malam semakin larut. Falsya yang kini berada di dalam bus pun membuang napas secara perlahan. Mengingat kejadian tadi siang, membuat hatinya tak karuan. Untungnya dia bisa berasalan kepada kedua temannya itu yang memaksa untuk menceritakan perihal kejadian tadi siang. Meski tadinya ingin berkata jujur, namun ia takut jika nanti identitasnya bakalan terungkap. Setelah bis berhenti di halte terdekat apartemennya. Dia pun turun lalu berjalan masuk ke arah dalam. “Masih ada waktu untuk aku masak buat mas Rendra,” ucap Falsya melihat ke arah jarum jam yang melingkar tangannya. Ketika langkah kaki hendak masuk ke dalam lift. Tiba-tiba pintu lift di tahan oleh seseorang saat akan menutup. Falsya mendongak melihat tangan lentik seseorang yang menahannya. Wajahnya tiba-tiba berubah seketika. Ia pun menggeser tubuhnya ke kiri untuk memberi ruang kepada wanita yang hendak masuk itu. “Dari mana kamu? Jam segini berada di luar?” tanya wanita itu dengan suara dingin. “Habis ada urus

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 19

    Falsya mengambil benda yang menurutnya seperti kain. Setelah di ambil ternyata kain itu memanjang ke arah gelap ruangan tengah. Ia pun berjalan sembari menggulung kain itu di tangan. Hatinya berdebar sangat kencang. Entah kenapa ia takut jika di dalam ada orang jahat yang sedang mengintai dirinya. Suasana ruangan yang gelap gulita membuat ia berjalan sangat pelan. Sayang sekali, ponselnya kehabisan baterai, kalo tidak pasti bisa membantu dirinya saat ini sebagai penerangan. Saat kain memanjang itu sudah di titik terakhir. Falsya merasa ada suatu hal yang mengganjal di hadapannya. Iya dapat merasakan hembusan napas hangat seseorang tepat di depan wajahnya. Langkah Falsya mundur secara pelan. Namun, pinggang rampingnya langsung di tarik oleh seseorang itu hingga ia menubruk diri ke bidang tubuh seseorang di depannya itu. “Hust!” suara pria yang sangat familiar. “Mas Rendra?” pekik Falsya saat mendengar cekikikan dari pria di hadapannya. Lampu pun menyala, tepat di saat s

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 18

    “Bastian!” Suara Falsya tercekat. Ia pun menarik Bastian ke arah belakang demi memastikan tidak ada orang yang melihat. “Apa yang Anda lakukan di sini, Nyonya?” Bastian bertanya kembali. Falsya membuang napas pelan. “Ceritanya panjang, Bas. Aku minta, kamu rahasiakan tentang masalah ini dari Mas Rendra. Kamu mau ‘kan?” Bastian mengernyit. “Aku tidak bisa berbohong kepada tuanku, Nyonya. Aku akan laporkan jika Anda ada di sini!” Ia pun melangkah pergi ke arah pintu depan. Namun, tangan Falsya dengan cepat mencekalnya. “Plis, Bas. Rahasiakan tentang ini,” ucap Falsya lirih. Kedua matanya pun berkaca. Hal itu membuat Bastian seketika merasa iba. Bastian terdiam cukup lama, hingga akhirnya ia pun mengangguk. Falsya tersenyum. Ia hapus sudut matanya yang berair. “Terima kasih, ya, Bas. Kamu memang yang terbaik!” ucapnya lalu pergi meninggalkan asisten suaminya ke arah dapur. Setelah kepergian istri bosnya. Ia pun membuang napas pelan lalu kembali menyusul ke tempat tua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status