Share

Bab 5

Author: Sangkarachan
last update Last Updated: 2025-05-28 12:41:26

Setelah mengobati luka Moskov, Evelyn memilih kembali ke dalam kamarnya dan membersihkan dirinya sendiri.

Setelah mandi, dia mencoba membuka lemari yang ada di sana. Sepasang matanya membola saat melihat beberapa pakaian sederhana yang berjejer rapi di dalam lemari itu.

"Baju milik siapa? Apa boleh aku pakai?" gumam Evelyn.

Dia lantas mengambil salah satu baju yang paling tertutup, yang ternyata pas di tubuh mungilnya.

Beberapa luka di badannya mulai mengering meskipun masih terasa perih, tapi Evelyn tak peduli dengan itu.

Tepat saat selesai berganti pakaian, Evelyn mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya.

"Nona Evelyn?"

Evelyn membuka pintu dan melihat seorang pelayan berdiri di hadapannya.

"Maaf, Bibi... kenapa Bibi memanggilku dengan panggilan nona? Aku sama dengan kalian," ucap Evelyn sopan.

Evelyn menunduk karena takut jika pelayan itu akan marah kepadanya karena terlalu lancang memakai pakaian yang ada di kamar itu.

"Tidak apa-apa, Nona, aku ke sini hanya ingin menyampaikan pesan Tuan Muda."

Evelyn meremas kedua tangannya, takut jika Moskov memberi perintah pada bibi itu untuk memberinya hukuman.

"Ini, Tuan Muda menyuruh Nona untuk mengantarkan berkas ini kepadanya. Tadi Tuan berangkat terburu-buru dan melupakan berkas ini."

Bibi pelayan itu memberikan berkas coklat kepada Evelyn yang menerimanya dengan ragu-ragu.

"Lebih baik Nona segera pergi atau Tuan Muda akan marah. Sopir mansion akan mengantar Nona ke kantor."

Evelyn mengangguk, membiarkan bibi pelayan itu berlalu dari sana. Evelyn juga langsung bergegas diantar oleh sopir.

Dalam perjalanan hanya terjadi keheningan yang membuat Evelyn semakin gelisah. Dia takut melakukan kesalahan dan membuat Moskov marah dan menghukumnya, seperti yang dilakukan oleh ayah tirinya selama ini.

Namun, yang paling ditakutkan oleh Evelyn adalah adiknya. Dia takut pria itu menyakiti adiknya yang saat ini masih berjuang melawan kanker.

"Silahkan, Nona, kita sudah sampai."

Evelyn sampai tak sadar jika sopir itu sudah membukakan pintu mobil itu untuknya.

"Terima kasih, Tuan," jawab Evelyn sopan.

Dia menggenggam erat berkas yang dia bawa lalu berjalan memasuki gedung tinggi itu dan pergi ke resepsionis.

"Ma-maaf, Nona, bisakah aku bertanya?" Evelyn bertanya pada dua resepsionis itu dengan nada takut.

Dua resepsionis itu saling pandang dan memindai penampilan Evelyn.

"Ada apa?" sahut salah satu resepsionis dengan ketus.

"Aku diminta mengantar berkas untuk Tuan Moskov. Apa aku boleh tahu di mana ruangannya?"

Evelyn masih menunduk, merasa takut karena tak pernah berhadapan dengan orang-orang seperti mereka.

Kedua resepsionis itu saling pandang kemudian mengangguk. Wajah mereka yang tadinya datar, kini tersenyum dengan ramah, meski tampak dipaksakan.

"Silahkan naik lift itu, Nona. Ruangan CEO ada di lantai paling atas," jawab salah satu resepsionis.

Evelyn mendongak. Ia mengangguk dan mengucapkan banyak terima kasih, lalu bergegas ke arah yang ditunjukkan.

Setibanya di lantai paling atas gedung pencakar langit itu, Evelyn melihat asisten tuannya sudah menunggu di dekat lift.

"Silahkan masuk, Tuan Muda menunggumu di dalam," ucap Ronald—sang asisten—dengan wajah datarnya.

Evelyn masuk dengan langkah ragu.

"Mana berkasnya?" tanya Moskov langsung.

Evelyn segera memberikan berkas itu dan langsung ingin kembali pulang. Tapi suara bariton Moskov menghentikan langkah Evelyn.

"Siapa yang menyuruhmu pergi? Tetap di sini dan buatkan aku kopi!"

Evelyn mengangguk cepat, lalu segera membuatkan kopi di pantry mini yang ada di ruangan itu.

Tak lama setelah kopi itu siap, pintu ruang kerja Moskov dibuka dengan kasar dari luar.

Moskov sudah menggeram marah, tapi orang yang baru saja masuk itu terlihat lebih marah.

Dia melihat Evelyn sedang memberikan kopi untuk Moskov dan berdiri dekat dengan Moskov.

"Moskov, siapa dia?" tanya wanita itu.

"Apa kau tak punya sopan santun?" sahut Moskov dengan nada tajam.

Evelyn sedikit berjingkat karena kaget dengan suara Moskov. Dia kembali meringis karena kopi yang masih panas itu sedikit mengenai tangannya.

"Ck, kenapa kau ceroboh sekali?" ujar Moskov dengan nada sinis.

Namun, Evelyn tak menyangka saat pria itu tiba-tiba menarik tangannya ke arah wastafel dan mengguyur tangannya dengan air dingin.

Rose yang melihat itu mengepalkan kedua tangannya marah. Pasalnya selama ini tak pernah ada wanita yang bisa dekat dengan Moskov.

Dia yang selalu mengejar Moskov bahkan tak pernah bisa bersentuhan dengan pria itu. Tapi mengapa gadis kampungan di hadapannya ini bisa semudah itu dekat dengan Moskov?!

"Ma-maafkan aku, Tuan," cicit Evelyn takut.

Rose yang geram dengan pemandangan itu tanpa pikir panjang langsung menarik tubuh Evelyn dan menamparnya keras.

Plak!

"Berani sekali kamu menggoda Moskov!" bentak Rose keras.

Moskov yang merasa jengah tiba-tiba mencengkeram leher Rose dengan kuat. Mata wanita itu melotot merasakan kuatnya tangan Moskov yang ada di lehernya.

"Siapa kau sampai berani menampar orangku?" Suara Moskov terdengar datar dan dingin.

Evelyn yang tengah memegangi pipinya mundur selangkah karena takut dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Evelyn melihat wanita itu memukul tangan Moskov yang ada di lehernya. Dia tampak mulai kehabisan napas.

"M-Moskov le-lepas …."

Namun, Moskov semakin mengeratkan cengkeraman itu pada leher Rose.

Tak lama, dia melepas tubuh Rose hingga jatuh lemas ke lantai.

Ronald yang baru saja masuk ke dalam ruangan Moskov, langsung membelalak melihat keadaan Rose.

Rose sendiri berusaha mengatur napas, berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Aku hanya membantumu menyingkirkan perempuan jalang itu. Dia mencari perhatianmu!" pekik Rose marah.

"Dia menggodaku atau tidak itu bukan urusanmu. Kau ini siapa, berani sekali menerobos masuk ke dalam ruanganku dan membuat keributan di sini?" kata Moskov, masih sama dinginnya.

Rose berusaha bangun dengan tertatih, badannya terasa sakit.

"Moskov, aku ini calon istrimu. Aku tak terima jika ada perempuan lain yang mendekatimu!" teriak Rose marah.

Ronald menatap bingung pada Rose karena tiba-tiba mengatakan calon istri. Sementara selama ini Moskov tak pernah dekat dengan wanita manapun.

"Ronald, usir wanita gila ini dan jangan biarkan dia masuk ke perusahaan. Jika dia masih memaksa, kau bisa langsung menghabisinya!"

Mata Rose membola, tak menyangka jika Moskov akan mengatakan itu. Rose lantas menatap nyalang ke arah Evelyn yang sejak tadi hanya diam.

Dia benar-benar tak terima. Dia akan membalas apa yang sudah terjadi padanya hari ini!

"Wanita sialan, tunggu saja pembalasanku!"

Setelah mengatakan itu, Rose pergi dari sana dengan perasaan marah.

Sedangkan Evelyn hanya diam tak berkutik. Moskov bisa melihat takut di wajahnya yang memucat.

Moskov menghela napas, lalu berkata, "Pulang ke mansion dan obati lukamu!"

to be continued

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 118

    Evelyn masih menunggu penjelasan dari Moskov. Feeling nya mengatakan jika baru saja terjadi sesuatu pada Moskov. Moskov akhirnya menyerah. Dia menarik lembut tangan Evelyn lalu memindahkan tubuh Evelyn di pangkuannya. "Aku ceritakan, tapi kau tak boleh menyela sama sekali." Evelyn mengangguk patuh, setelahnya dia mendengar semua cerita Moskov tanpa ada yang terlewat. Evelyn hanya diam tanpa ingin menyahut. Tapi terlihat sekali jika Evelyn kesal. "Kau marah?" tanya Moskov lembut. Evelyn menggeleng, dia menarik kerah baju Moskov lalu mencium bibir Moskov. Belum sempat Moskov menikmatinya, Evelyn sudah melepaskannya dengan cepat. "Sayang, kenapa cepat sekali? Aku bahkan belum menikmatinya." protes Moskov. Tapi bukannya kembali mencium Moskov, Evelyn malah turun dari pangkuan Moskov dan kembali naik ke ranjang. Dia kembali mengambil tab milik Moskov lalu mencari drama kesukaannya. Moskov yang melihat tingkah Evelyn tentu saja bingung. Dia ingin menyusul Evelyn

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 117

    Gadis penjual bunga itu terisak, sampai seseorang temannya datang kesana. Dia terkejut melihat temannya itu terduduk di sudut toko dengan keadaan toko yang berantakan. "Saskia, apa yang terjadi? Kenapa kau terluka seperti ini?" "Cara aku di lecehkan oleh seseorang." jawab Saskia pelan. Mata Cara membola mendengar itu, dia membantu Saskia untuk bangun. Dia tak mengatakan apa apa tapi dia tetap menolong Saskia dan membawanya ke belakang. Tapi sebelum itu dia menutup pintu toko bunga itu terlebih dahulu agar tak ada pembeli yang masuk ke dalam. "Katakan pada ku apa yang terjadi sebenarnya dan bagaimana kau bisa sampai di lecehkan seseorang?" tanya Carra ingin tahu. Saskia menggigit bibir bawahnya, bingung harus bercerita seperti apa. Tapi dia menginginkan Moskov saat ini. Dia tak pernah merasakan ketertarikan secara langsung pada laki laki. Dan baru ini dia merasakan hal yang tak bisa di cegahnya. Carra yang melihat itu merasa curiga, tapi dia masih ingin mendengar kan cer

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 116

    Semua sudah selesai, Tanu juga sudah di habisi oleh Max. Saat ini Moskov berada di kamar nya yang ada di markas. Segelas anggur merah berada di tangannya. Berkali kali dia menghela napas panjang. Entah apa yang dia pikirkan saat ini. Tapi rasanya dia sudah muak, semua orang orang terdekatnya tewas dengan cara yang mengenaskan. Tapi memang dia tak akan bisa menghindari semuanya. "Kau tak pulang? Apa istrimu tak menunggumu?" Moskov masih diam di tempatnya. Gerald mendekat, dia langsung mengambil gelas anggur dari tangan Moskov. "Kalau kau mau marah, marah saja. Aku tak peduli. Tapi aku lebih peduli sama kakak iparku yang jelas sedang menunggumu di kastil. Bukan kah kau berjanji untuk kembali pulang secepatnya?" Moskov berpindah tempat dan duduk tak jauh dari Gerald. Gerald yang kesal pun, mulai menggoda Moskov dengan semua kalimat yang akan membuat Moskov marah kali ini. "Kalau kau tak mau pulang, biar aku yang temani kakak ipar. Aku dengar dia semakin cantik sekarang!"

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 115

    Victor terdiam, dia menatap geram kepada Gerald. Apalagi sekarang Barra juga sudah tewas, jadi penyokong utama Victor pun sudah menghilang. "Argh..... sakit.... bunuh saja aku...." Terdengar kembali teriakan dari Tanu. Perempuan itu benar benar di siksa oleh Max dan anak buah Moskov. Victor menggeram marah. "Lepaskan Tanu!" Bugh... Gerald menghantam wajah Victor dengan keras yang membuat dirinya juga meringis kesakitan. "Sial, wajahnya keras sekali!" umpat Gerald. Moskov menggeleng, dia enggan menyentuh Victor meskipun dia sudah menghabisi Bibi pelayan yang mengurusnya. Rasanya hati Moskov bahkan sudah tak ingin berurusan dengan mereka lagi. "Gerald, terserah kau ingin melakukan apa kepada mereka. Aku hanya ingin melihat," ucap Moskov. Gerald merasa aneh dengan Moskov, terlihat sekali jika Moskov enggan bertindak. Tapi Gerald tak tahu apa yang terjadi dengan Moskov kali ini. "Kau kenapa?" Mereka berdua bahkan dengan santai mengobrol, mengabaikan Victor

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 114

    Victor terdiam, Victor lupa karena mengatakan hal yang membuat Moskov kembali mengingat apa yang sudah mereka semua lakukan pada orang tua Moskov. Victor menundukkan kepalanya, dia sebenarnya menyesal melakukan semua itu kepada Moskov. Tapi karena ambisi dan juga bisikan dari banyak musuh Moskov membuat Victor gelap mata.. Victor mendongak saat terdengar suara teriakan keras dari arah ruangan Tanu. Ternyata disana Tanu baru saja di siram dengan air dingin agar dia kembali bangun. "Papa, tolong Tanu papa!!" teriak Tanu saat pertama kali Tanu tersadar. Victor menggeleng, tanpa disadari air mata Victor keluar dengan sendirinya. Tanu yang sejak tadi sudah ketakutan terbelalak saat melihat Moskov ada disana. "Moskov, apa ini ulahmu?" tanya Tanu lirih. Tanu tak percaya jika Moskov melakukan ini semua kepadanya dan juga sang papa. "Iya, memang aku pelakunya. Dan bagaimana? Apa kau menikmati semua siksaan ini?" Tanu menggelengkan kepalanya tak percaya, dia masih tak

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 113

    Victor yang sudah ketakutan bersembunyi di salah satu bilik kumuh. Dia tak bisa keluar karena merasa banyak orang yang mengawasinya. Tapi bukan Moskov namanya jika dia tak bisa membuat Victor keluar. Anak buah Moskov sudah memberi informasi jika putri kesayangan Victor berhasil di bawa ke markas. Dan itu menjadi sebuah kemenangan untuk Moskov. Pyar .... Victor melindungi kepalanya dari pecahan kaca. Seseorang melemparkan sebuah benda ke dalam rumah yang dia tempati. Tapi saat Victor melihat keluar tak ada siapa siapa disana. Lalu pandangan nya beralih pada benda yang baru saja melesat masuk ke dalam rumah itu. Dia yang penasaran mengambilnya dan matanya melotot saat di dalam nya ada sebuah Video dimana putrinya di seret paksa oleh beberapa orang yang tak kelihatan wajahnya. "Papa, tolong aku!!" jerit Tanu keras. Terlihat juga dalam video itu, rumah persembunyian untuk anak dan istrinya sudah hancur tak tersisa. Bahkan sebelum terlihat rumahnya yang hancur di da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status