Ternyata orang itu adalah Kakek Alfa. Dia sengaja bersembunyi dan selalu mengawasi Alfa dari kejauhan. Akan tetapi, dia pula yang memilihkan Vellza sebagai calon istri Alfa tanpa sepengetahuan dirinya.
Hal ini dilakukan untuk menjaga semua aset yang akan menjadi milik Alfa pada akhirnya. Dia begitu senang melihat perubahan signifikan yang ditujukan pada Vellza. Ternyata, diam-diam Alfa mulai perhatian pada Vellza.Saat ini, Kakek Alfa sangat tahu jika Vellza tidak akan mungkin bisa menyelesaikan masa lalu Alfa bersama Isabella. Maka dari itu dia memutuskan untuk ikut campur.“Kenapa lama sekali?” ucap sang kakek pada asistennya itu.“Maaf, Tuan. Tadi Tuan Alfa memberikannya banyak pekerjaan di kantor sehingga cukup sulit untuk membawanya kemari!”Vellza yang tidak paham dengan kondisi saat itu hanya bisa mematung di tempatnya. Wajahnya menunduk karena ia takut salah dalam bersikap. Apalagi di perjalanan tadi Vellza sudah cukup banyak mendapatkan penjelasan dari aVellza yang ketakutan benar-benar menutup kedua matanya dengan rapat. Terlihat dia sangat ketakutan, tapi aroma mint yang ia hirup menyadarkan dirinya jika yang barusan ditabrak adalah Alfa."Astaga, maafkan aku, Alfa. Tadi aku ketakutan dan tidak tau harus bersikap apa ....”DegRupanya Alfa mengecup bibir Vellza yang sedari tadi berbicara tanpa henti. Sorot mata tajam Alfa mampu menghipnotis Vellza dalam beberapa detik.“Bernafas bodoh!”Ucapan Alfa menyadarkan dia untuk tetap bernafas. Dengan bodohnya, Vellza menghirup udara sebanyak-banyaknya seolah takut kehilangan oksigen.‘Gadis nakal, rupanya kamu belum pernah ciuman? Seperti ini saja sudah tidak bernafas.’Dengan tanpa rasa bersalah, Alfa justru meninggalkan Vellza yang masih terbengong. Vellza merutuki sikapnya yang membiarkan Alfa mencuri ciuman pertamanya. Sialnya, Vellza justru mengusap bekas bibir Alfa yang tertinggal di bibirnya.‘Rasanya manis, apakah begini rasanya ciuman?’Sejena
Berbeda dengan Vellza yang merasa canggung, Alfa justru merasa tidak ada orang di dalam ruangan itu. Sehingga ia bebas melakukan apapun, seperti saat mandi yang mengharuskan seseorang tidak memakai pakaian meski sehelai benang. Di luar kamar Alfa, Isabella meraung-raung seperti orang gila. Posisinya masih berada di luar kamar Alfa. Dia merasa kedatangannya sama sekali tidak dihargai dan justru dihalangi oleh Devon sang asisten. Merasa kesal ia pun mencoba berteriak dan bersikap seolah-olah menjadi orang gila di sana. Tentu saja Alfa merasa tidak nyaman buru-buru menyelesaikan ritual mandinya. Sebelum keluar, salah satu tangan Alfa meraih jubah mandi lalu memakainya. Tidak lupa menyuruh Vellza untuk mandi di sana.“Cepatlah mandi! Aku tidak mau sekretarisku sampai telat datang kantor!”“Ck, bukankah kita sudah telat! Dasar bos omes!” Umpat Vellza kesal.Meskipun kesal, Vellza melakukan semua perintah suaminya itu. Lagipula saat ini ia sudah merasa nyaman, setida
“Asem!” Pekik Vellza tak tertahan.Bagaimanapun dia adalah wanita biasa yang punya jantung dan masih bernafas. Sehingga wajar jika Vellza kaget ketika Alfa tiba-tiba muncul di hadapannya. Alfa tergelak melihat mimik wajah Vellza yang sudah seperti bom atom siap meledak. Semerah kepiting rebus yang hendak disantap.“Bisa nggak sih, nggak usah ngagetin kayak gitu! Kayak setan aja!” Omel Vellza tak terkendali.“Wajah kamu lucu banget, tau!”Tanpa sadar Vellza menggembungkan pipinya dan sukses membuat Alfa tertawa lepas. Jika Alfa bahagia, hal yang sama juga dirasakan oleh Devon. Binar kebahagiaan terpancar jelas di wajah Alfa sehingga membuat Devon sangat bersyukur. Pada akhirnya sahabatnya bisa kembali seperti dulu dan memiliki kehidupan yang sewajarnya selayaknya manusia normal.Perubahan sikap dan perilaku Alfa terlihat jauh lebih baik setelah Alfa menikah dengan Vellza. Wanita pilihan sang kakek memang tidak pernah salah. Ditambah lagi latar belakang Vellza bukanlah dari keluarga ka
Saat Alfa dan Vellza melenggang masuk ke dalam perusahaan, mereka melihat neneknya yang murka. Namun, Alfa justru terlihat santai dan tenang dalam menghadapinya. Dia memahami bahwa neneknya mungkin masih merasa kesal dan tidak setuju dengan keputusannya untuk memperbaiki hubungan dengan Vellza.Devon yang berjalan mengekor di belakangnya hanya bisa terpaku, tetapi tidak mau bersikap sok tau sebelum Alfa memberikan perintah padanya. Devon pun mempercepat langkahnya agar tidak tertinggal sambil sesekali menoleh pada Nenek Alfa.Nenek Alfa mengepalkan tangannya, menunjukkan rasa kekesalannya, sementara Alfa tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh reaksi neneknya. Dia tahu bahwa ini adalah langkah yang dia yakini benar untuk dirinya dan Vellza. Dari dalam mobil yang terparkir di dekatnya, seorang lelaki tua tersenyum senang saat melihat kekesalan mantan istrinya. Dia merasa lega bahwa sang cucu tidak mewarisi kebodohan dan kesalahan di masa lalu mereka.
Meskipun Vellza merasa tidak nyaman dengan pandangan orang-orang dan gosip pernikahan antara Alfa dan Isabella, dia tidak membiarkan hal itu merusak kepercayaan dirinya. Dia memilih untuk tetap tenang dan menjaga sikap yang baik.Setelah isu kedekatan antara Vellza dan Alfa, rupanya masih ada gosip terbaru yaitu berita pernikahan antara Alfa dan Isabella yang dibawa oleh neneknya. Vellza semakin merasa tidak nyaman dengan pandangan orang-orang.Alfa sebenarnya merasa geram, Devon pun juga, tapi mereka ingin melihat sampai dimana Nenek Alfa bersikap. Isabella yang kembali populer satu step di atas Vellza begitu senang karena akhirnya bisa menang.Sementara itu, Alfa dan Devon merasa geram dengan sikap nenek Alfa yang terus mempertegas isu pernikahan tersebut. Mereka berdua memutuskan untuk menghadapi situasi ini dengan sabar dan melihat sampai sejauh mana nenek Alfa akan bersikap.Kali ini Isabella meminta Vellza untuk bertemu dan makan siang bersama. Meskipun Vellza ada banyak keraguan
Meskipun Isabella sudah meminta maaf, entah mengapa masih ada yang mengganjal di dalam hati. Rasanya ada sesuatu yang sedang menantinya di depan sana.“Kenapa aku merasa jika Isabella tidak tulus dan masih merencanakan hal buruk lagi?” gumam Vellza sambil berjalan menuju kantin.Vellza yang merasa lapar lebih memilih untuk pergi ke kantin. Sementara Alfa dan neneknya masih berada di ruangan Isabella untuk menunggunya. Mereka masih merasa tidak bisa meninggalkan Isabella karena selama ia berada di Indonesia akan menjadi tanggung jawabnya.Entah mengapa ketika Vellza berada di ruangan Isabella hatinya terasa panas. Terlebih melihat Alfa sangat perhatian pada Isabella membuat jantungnya hampir meledak. Perasaannya menjadi cemas dan seperti ingin marah-marah saat melihat tangan Alfa bersentuhan dengan tangan Isabella. Meskipun begitu Vellza menampik perasaannya karena ia merasa jika itu hanya halusinasinya saja. Padahal kenyataannya Vellza memang cem
Setelah mengalami kecelakaan, dengan terpaksa Vellza harus dirawat di rumah sakit. Meskipun lukanya tidak seberapa, tetapi Alfa menginginkan pengobatan yang terbaik untuk Vellza dan bersikeras memaksanya tinggal.“Kalau sakit, kenapa justru ngotot untuk ceoat keluar dari rumah sakit?”‘Ya, suka-suka gue, lah. Memangnya kamu siapa gue?’ ucap Vellza di dalam hatinya.Sementara itu Alfa yang baru selesai rapat, masih terlihat mimik wajah serius di sana sedang menatapnya tajam.“Kenapa diam? Masih suka menyanggah dan keras kepala?”Tentu saja hati Vellza bersungut-sungut akan hal itu. Bukannya kata sayang atau ucapan perhatian, ia justru mendapatkan tekanan batin.Beruntung Devon datang tepat waktu dan bisa mencairkan suasana. Alfa sebenarnya sangat khawatir pada Vellza, sayang ia tidak bisa berucap halus padanya. Apalagi beban pikirannya terlalu dalam dan tidak ada tempat berbagi sama seperti di saat Vellza sehat.Jika Vellza merasa uring-uringan karena Alf
Alfa tidak menyangka jika neneknya sudah mengatur sebuah acara yang tidak masuk akal untuknya. Saat itu Alfa terpaksa datang untuk memenuhi perjamuan makan dengan Isabella dan juga nenek. Atas persetujuan Vellza, Alfa berangkat seorang diri. Tentu saja Vellza tidak mungkin ikut karena tidak ingin cemburu. Sementara itu Devon justru terkejut saat melihat Vellza berdiri di balkon sendirian. Tadi ia sempat mendengar percakapan Alfa dan Vellza sewaktu minta ijin datang ke apartemen Isabella."Hai ...."Vellza tampak menoleh dan tersenyum pada Devon. Lalu kembali menatap hamparan halaman rumah mewah Alfa. "Hai, juga. Tumben malam-malam ke sini?""Iya, tadi Alfa telepon gue buat datang ke sini khusus buat temenin lo.""Oh, ya? Semenyedihkan itukah diriku? Sampai harus ditemani?"Devon tidak menyangka jika Vellza berubah ketus padanya. "Huft, ya gak gitu juga konsepnya, Nona Vellza. Dibalik wajah angkuh Alfa, masih tersembunyi banyak kebaikan dan kasih sayang di sa