Share

Bab 6

Author: Adelia tpn
last update Last Updated: 2025-03-24 01:23:29

Setelah selesai mandi, Livia berjalan ke ruang makan dengan langkah ringan. Rambutnya yang masih sedikit basah menjuntai di punggung, dan wajahnya terlihat lebih segar setelah air hangat membasuh kantuknya.

Begitu sampai di ruang makan, matanya langsung berbinar melihat meja yang penuh dengan makanan. Ada roti panggang, telur, bacon, sosis, jus jeruk, dan berbagai menu sarapan mewah lainnya.

Dan tentu saja, di ujung meja duduk seorang pria dengan ekspresi dingin dan tajam Zayn Vanderbilt.

Livia mendengus dalam hati.

Kenapa pria ini selalu terlihat seperti ingin membunuh seseorang?

Tapi ah, itu bukan urusannya.

Yang lebih penting sekarang adalah makan!

Dengan semangat, Livia duduk di kursi di seberang Zayn dan mengambil piringnya sendiri. Matanya berbinar melihat makanan yang tampak lezat di depannya.

Tapi saat ia hendak meraih sendok, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang aneh.

Atau lebih tepatnya… tidak menangkap sesuatu.

Livia mengerutkan kening dan mulai mencari-cari ke sekeliling meja.

Keningnya semakin berkerut.

Lalu, tanpa aba-aba, ia langsung menoleh ke arah Zayn dengan wajah sangat shock.

"Mana coklat panasnya?!" serunya dengan nada putus asa.

Zayn, yang sedang menyesap kopinya, nyaris tersedak mendengar suara lengkingan Livia yang tiba-tiba itu.

Ia meletakkan cangkirnya dengan kasar, menatap Livia seolah gadis itu baru saja mengatakan sesuatu yang sangat absurd.

"Coklat panas?" ulang Zayn datar.

Livia mengangguk cepat, matanya mulai berkaca-kaca. "Iya! Biasanya Mama selalu menyiapkan coklat panas untukku di pagi hari. Itu tradisi! Kalau aku tidak minum coklat panas, aku tidak bisa menjalani hariku dengan baik!"

Zayn menghela napas dalam. "Di rumah ini, orang minum kopi atau teh, bukan coklat panas."

Livia menatapnya dengan horor.

"Jadi… tidak ada coklat panas di rumah ini?" suaranya bergetar, seperti anak kecil yang baru saja kehilangan bonekanya.

"Ya," jawab Zayn santai.

Sejenak, ruangan menjadi sunyi.

Lalu tiba-tiba…

"HIKS!"

Zayn menegang.

Ditatapnya Livia dengan ekspresi ngeri ketika gadis itu mulai menangis dengan dramatis.

"Aku tidak bisa hidup tanpa coklat panas!" isaknya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Zayn menutup matanya sejenak, mencoba mengumpulkan kesabaran yang mulai menipis.

Astaga.

Kenapa dia merasa seperti sedang mengurus anak kecil berumur lima tahun?

"Ini hanya coklat panas. Tidak perlu berlebihan," katanya sambil menggosok pelipisnya.

Livia langsung menatapnya tajam, air mata masih menggantung di sudut matanya. "TIDAK ADA YANG NAMANYA HANYA COKLAT PANAS!" serunya dengan penuh perasaan.

Zayn hampir melempar sendoknya.

Ya Tuhan, kenapa perempuan ini begitu drama?

Ia bisa menangani ratusan karyawan, bisa menghadapi negosiasi bisnis yang menegangkan, bahkan bisa memecat seseorang tanpa berkedip.

Tapi menghadapi Livia Everleigh?

Otaknya mulai meledak.

Ia menghela napas dalam-dalam dan akhirnya menekan bel kecil di samping meja.

Tak lama kemudian, seorang pelayan masuk.

"Siapkan coklat panas," perintah Zayn dengan nada yang sudah jelas lelah.

Livia langsung berhenti menangis dan menatapnya dengan mata berbinar.

"Beneran?! Aku dapat coklat panas?!"

Zayn hanya mengangguk malas.

Livia langsung bertepuk tangan. "YAAY! CEO KEJAM TAPI BAIK HATI!"

Zayn hampir membalik meja.

Hari ini benar-benar pagi yang melelahkan.

*********

Livia duduk dengan tenang atau lebih tepatnya, menunggu dengan tidak sabar sementara pelayan bergegas menyiapkan coklat panas untuknya. Tangannya menepuk-nepuk meja dengan ritme acak, matanya berbinar penuh antisipasi seperti anak kecil yang menunggu hadiah ulang tahun.

Sementara itu, Zayn hanya bisa menghela napas.

Ia menyesap kopinya lagi, mencoba meredakan pusing di kepalanya. Kenapa wanita ini begitu merepotkan?

Seharusnya sekarang dia sudah membaca laporan bisnis atau menghadiri meeting penting. Tapi apa yang dia lakukan?

Memastikan seorang gadis manja mendapatkan coklat panasnya.

Fantastis.

Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa secangkir coklat panas yang mengepul harum, lalu meletakkannya tepat di depan Livia.

"YAAY!"

Tanpa pikir panjang, Livia langsung meraih cangkir itu dengan kedua tangannya dan menutup matanya dengan ekspresi bahagia.

"Coklat panas yang manis… aku rindu padamu…" bisiknya dramatis seolah sedang bertemu dengan kekasih yang lama hilang.

Zayn menatapnya dengan ekspresi tidak percaya.

Gadis ini serius berbicara dengan minuman?

Livia akhirnya meniup coklat panasnya pelan sebelum menyeruputnya. Begitu rasa coklat yang kaya dan manis menyentuh lidahnya, matanya otomatis terpejam, dan ia menghela napas puas.

"Aaaahhh… hidupku kembali sempurna!"

Zayn benar-benar ingin membalik meja saat itu juga.

Ia tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi absurd seperti ini. CEO berkuasa seperti dirinya, duduk di meja makan bersama seorang gadis yang hampir menangis hanya karena tidak mendapatkan coklat panasnya.

"Apa kamu selalu seperti ini?" tanya Zayn akhirnya, suaranya mengandung nada frustrasi yang jelas.

Livia menatapnya dengan polos, bibirnya masih menempel di pinggiran cangkir. "Seperti apa?"

"Seperti anak kecil," jawabnya tajam.

Livia memiringkan kepalanya, lalu tersenyum cerah. "Oh, kalau itu, jawabannya iya!"

Zayn menutup matanya sejenak. Astaga.

"Aku selalu hidup seperti ini. Mama selalu memanjakanku, dan di rumah, aku bisa melakukan apa pun yang aku mau!" lanjut Livia riang, sama sekali tidak peka dengan betapa stresnya pria di depannya.

"Tapi sekarang kamu tidak di rumah," ujar Zayn datar.

Livia berhenti sejenak, lalu melirik ke sekeliling ruangan.

Ia mengerutkan kening.

"Oh iya…" gumamnya pelan, seolah baru benar-benar sadar.

Zayn menatapnya tajam. "Kamu di rumahku sekarang, dan semua aturan di sini aku yang buat."

Livia kembali menyeruput coklat panasnya dengan ekspresi malas. "Hmm… baiklah, baiklah. Selama ada coklat panas, aku tidak keberatan."

Zayn menatap gadis itu dalam diam, lalu mengusap wajahnya dengan frustrasi.

Ya Tuhan.

Ini akan menjadi waktu yang sangat panjang.

**********

Setelah selesai sarapan, Zayn langsung berdiri dari kursinya, merapikan dasi dengan gerakan cepat dan tegas. Jasnya sudah sempurna melekat di tubuhnya, siap untuk menghadapi dunia bisnis yang penuh intrik. Ia menatap jam tangannya sekilas. Lima menit lagi supirnya akan tiba.

Hari ini akan ada rapat penting, dan ia tidak mau terlambat.

Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh dari ruang makan.

"Tunggu dulu!"

Zayn menghentikan langkahnya dengan enggan. Suara nyaring itu lagi.

Ia menoleh dan mendapati Livia berlari kecil ke arahnya, ekspresinya penuh tekad. Gadis itu masih memakai piyama berbahan satin dengan gambar kelinci yang tidak sesuai dengan kemewahan rumah ini.

Ia mengangkat satu alis. "Apa lagi?"

Livia berhenti tepat di depannya, menatapnya dengan ekspresi serius sesuatu yang tidak cocok dengan wajahnya yang terlalu polos.

"Aku mau handphone-ku," katanya tegas.

Zayn menatapnya datar. "Tidak."

"Ayolah!" Livia memajukan bibirnya, memasang ekspresi memohon. "Aku hanya mau mengabari Mama kalau aku baik-baik saja. Kalau tidak, nanti Mama tetap panik!"

Zayn tetap tidak tergerak. "Kalau Eleanor ingin tahu kabarmu, dia bisa menghubungi ayahmu."

"Tapi aku yang harus kasih tahu sendiri! Aku kan anaknya!"

Zayn menghela napas dalam. Gadis ini benar-benar tidak mau mengalah, ya?

Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya sendiri, lalu menyodorkannya pada Livia.

"Gunakan ponsel saya."

Livia langsung menyipitkan mata, penuh kecurigaan.

Ia melirik ponsel itu, lalu menatap Zayn kembali.

"Apa ini jebakan?" tanyanya pelan, seolah takut disentuhnya ponsel itu bisa membuatnya meledak.

Zayn memutar bola matanya. "Tentu saja tidak."

"Tapi…" Livia mengerucutkan bibirnya. "Ponselmu kan tidak punya nomor Mama?"

Zayn terdiam.

Oke.

Gadis ini memang benar-benar… bodoh.

Zayn menatapnya lama. "Kamu bisa mengetik nomor ibumu sendiri."

Livia berkedip. "Oh… Iya juga, ya?"

Ia menerima ponsel itu dengan wajah polos, lalu mulai membuka daftar kontak. Namun, saat ia melihat daftar nama di dalamnya, ekspresinya berubah sangat kaget.

Mata bulatnya membesar, mulutnya sedikit menganga.

"Astaga…"

Zayn mengerutkan kening. "Apa lagi?"

Livia menatapnya dengan ekspresi horror. "Kontakmu isinya nama-nama mengerikan!"

Zayn terdiam.

Ia berjalan mendekat, mengintip ponselnya sendiri. Dan… oke, Livia tidak sepenuhnya salah.

Nama-nama di kontaknya sebagian besar memang tampak mengintimidasi:

David – Rekan Bisnis

Pengacara Logan

Asisten Pribadi

Direktur Keuangan

Ketua Dewan Pemegang Saham

Pemimpin Mafia New York

…Oke, yang terakhir mungkin memang terdengar terlalu mencurigakan.

Livia menatapnya dengan ekspresi shock.

"Aku merasa seperti masuk ke dunia yang penuh rahasia gelap," gumamnya pelan. "Ini kayak di film action yang banyak konspirasi… Kamu ini sebenarnya siapa?"

Zayn mendesah panjang. "Aku CEO, bukan agen rahasia."

"Tapi… kamu punya kontak pemimpin mafia!" bisik Livia dramatis.

Zayn benar-benar ingin membenturkan kepalanya ke dinding.

"Mau menelepon ibumu atau tidak?" tanyanya tajam.

Livia langsung tersenyum cerah. "Mau… Mau…"

Ia segera mengetik nomor Eleanor dengan cepat dan menempelkan ponsel ke telinganya.

Sementara itu, Zayn menatap gadis itu dengan tak percaya.

Hidupnya baru sehari bersama Livia, tapi rasanya sudah kehilangan sepuluh tahun kesabaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 7

    Livia menempelkan ponsel Zayn ke telinganya dengan penuh semangat, jari kakinya berjinjit-jinjit tak sabar menunggu suara Eleanor di ujung sana.Tuuut… Tuuut…Tak lama kemudian, suara seorang wanita terdengar."Halo?""MAMA!" Livia langsung berteriak seperti anak hilang yang baru ketemu orang tuanya. "INI LIVIA! AKU BAIK-BAIK SAJA! JANGAN KHAWATIR!"Di seberang sana, Eleanor jelas hampir kena serangan jantung."Livia?! Sayang, kamu di mana?! Kamu kenapa pakai nomor orang lain?!"Livia menoleh ke Zayn dengan ekspresi dramatis. "Mama bertanya kenapa aku pakai nomor orang lain," bisiknya pelan, seolah sedang membisikkan rahasia negara.Zayn menatapnya malas. "Bilang saja ponselmu aku sita."Livia menempelkan ponsel lagi. "Mama, HP Livi disita!"Zayn nyaris tersedak napasnya sendiri."APA?! SIAPA YANG BERANI MENYITA PONSEL ANAKKU?! BIAR MAMA GUGAT!"Livia menoleh lagi ke Zayn. "Mama nanya siapa yang berani nyita HP-ku," katanya dengan wajah super polos.Zayn memijit pelipisnya. "Sialan, b

    Last Updated : 2025-03-24
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 8

    Zayn menghela napas panjang saat duduk di dalam mobilnya. Ia pikir setelah meninggalkan rumah, ia bisa mendapatkan kedamaian sementara. Tapi ternyata tidak. Karena bahkan saat mobilnya melaju di jalanan kota, suara gadis polos itu masih terngiang di kepalanya. "Zayn! Aku mau HP-ku balik!" "Aku harus kirim emoji peluk!" "Kenapa kau tidak punya nomor Mamaku?!" Zayn memijat pelipisnya dengan frustrasi. Baru satu hari bersama Livia, dan ia sudah ingin menyerah. Ketika akhirnya sampai di gedung kantornya, para karyawan yang melihatnya langsung merasakan hawa dingin. Tuan Vanderbilt tampak lebih mengerikan dari biasanya. Tanpa sepatah kata pun, Zayn berjalan menuju ruangannya dengan langkah panjang. Namun, baru saja ia duduk dan membuka laptop, ponselnya bergetar. Melihat nama yang muncul di layar, Zayn langsung menegang. Eleanor Everleigh. Ibunya Livia. Astaga. Dengan sedikit enggan, Zayn mengangkat panggilan itu. "Ya?" Dan detik berikutnya.... "ZAYN VANDERBILT! DI MANA

    Last Updated : 2025-03-24
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 9

    Langit malam tampak kelam, tanpa bintang yang berani menampakkan diri. Di sebuah gudang tua di pinggiran kota, suasana begitu mencekam. Bau besi dari darah yang mengering memenuhi udara. Sebuah kursi di tengah ruangan menjadi saksi bisu dari permainan kematian yang akan segera dimulai. Seseorang duduk di sana terikat, tubuhnya penuh luka, wajahnya lebam hingga sulit dikenali. Vincent Morelli. Pria yang cukup gila untuk menantang seorang Zayn Vanderbilt. Vincent pernah berpikir bahwa dia bisa menjatuhkan Zayn, mengambil bisnisnya, dan menguasai yang menjadi milik Zayn tapi sekarang? Dia hanya seseorang yang menunggu ajalnya datang. Pintu gudang terbuka. Zayn masuk. Dibalut setelan hitam sempurna, wajahnya tanpa ekspresi, matanya kosong seperti iblis tanpa hati. Di belakangnya, dua pria bertubuh besar mengikutinya, salah satunya membawa pisau kecil, yang lainnya membawa pistol. Vincent mendongak dengan sisa tenaga yang ia miliki, menatap Zayn dengan kebencian. "Bajingan..." sua

    Last Updated : 2025-03-24
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 10

    Zayn menatap Livia yang masih duduk di lantai dengan wajah penuh harapan, matanya yang berbinar seperti anak kecil yang baru saja dijanjikan permen. Dia benar-benar tidak habis pikir. Dari semua masalah yang bisa terjadi dalam hidupnya, kini dia harus menangani seorang gadis dewasa yang menangis hanya karena boneka kelinci bernama Caca.Ponsel masih melekat di telinganya saat ia menghela napas panjang. "Ambil boneka kelinci di rumah keluarga Everleigh. Jangan ada yang melihatmu," ucapnya kepada orang di seberang telepon.Livia langsung bertepuk tangan girang. "Yay! Caca akan kembali!" Zayn menutup teleponnya lalu menatap Livia dengan tatapan datar. "Tapi semalam kau tidur baik-baik saja tanpa Caca sialanmu itu."Seharusnya itu pernyataan biasa. Seharusnya Livia hanya akan mengangguk atau mengucapkan terima kasih. Tapi tidak.Sebaliknya, Livia malah terdiam sesaat, sebelum wajahnya berubah merah padam seperti kepiting rebus. "A-Aku tidak tidur!" Livia buru-buru bangkit dari lantai,

    Last Updated : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 11

    Zayn Vanderbilt selalu menganggap dirinya pria yang memiliki kendali penuh atas segala hal. Bisnisnya berjalan lancar, musuh-musuhnya berakhir di bawah kakinya, dan hidupnya terorganisir tanpa cela.Tapi sejak kedatangan Livia Everleigh, semua prinsip itu seolah ditampar lalu dilempar keluar jendela.Seperti pagi ini.Alih-alih menikmati ketenangan sebelum bekerja, dia justru harus berhadapan dengan suara berisik yang menggema di seluruh rumah.BRAK!Zayn yang sedang mengenakan jasnya berhenti sejenak. Alisnya bertaut. Suara itu datang dari lantai bawah.BRAK!Lagi. Dan kali ini diikuti oleh suara seorang gadis yang memekik panik."Oh, tidak! Tidak! Kenapa bisa begini?!"Zayn menutup matanya sesaat, menarik napas panjang sebelum akhirnya berjalan keluar kamar dengan langkah penuh ketidaksabaran. Begitu mencapai ruang tengah, matanya langsung menangkap pemandangan yang hampir membuatnya kehilangan kesabaran.Livia.Gadis itu berdiri di tengah ruangan dengan ekspresi bersalah.Dan di se

    Last Updated : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 12

    Livia melangkah ringan di belakang Zayn, memasuki gedung Vanderbilt Corp. yang megah. Matanya berbinar saat melihat sekeliling. Dinding kaca yang tinggi, lantai marmer yang licin berkilau, dan para karyawan yang berpakaian rapi membuat tempat ini terlihat seperti dunia yang berbeda bagi Livia. Ia berjalan dengan lincah, mengamati segala sesuatu dengan penuh rasa ingin tahu, sampai tiba-tiba matanya tertuju pada seorang wanita yang baru keluar dari lift. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah mencolok dengan sepatu hak tinggi yang berbunyi setiap kali melangkah. Riasannya begitu tebal hingga wajahnya hampir seperti boneka porselen yang dipoles berlebihan. Livia berhenti dan menatapnya dengan mulut sedikit terbuka. Matanya berkedip beberapa kali, memastikan apa yang ia lihat benar-benar nyata. Kemudian, ia menyenggol lengan Zayn yang berjalan di sampingnya. "Zayn..." bisiknya pelan, tapi suaranya cukup terdengar. Zayn hanya melirik sekilas tanpa mengurangi kecepatannya.

    Last Updated : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 13

    Belum juga jantung Livia kembali berdetak normal setelah adegan barusan, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dengan kasar. BRUK! Seorang pria bertubuh tinggi besar melangkah masuk. Kulitnya hitam pekat, otot-otot lengannya terlihat kokoh di balik kemeja hitam yang dikenakannya. Wajahnya penuh garis tegas dengan ekspresi datar yang dingin. Matanya tajam, nyaris tanpa emosi, membuat auranya terasa begitu mengintimidasi. Livia yang masih berdiri di depan meja Zayn langsung meloncat kecil dan bersembunyi di belakang kursi sang CEO. Tangannya mencengkram sandaran kursi dengan erat, sementara matanya menatap pria sangar itu dengan penuh ketakutan. “Bos,” suara pria itu berat dan dalam. “Saya sudah mengurus laporan yang Anda minta.” Zayn mendongak dengan santai, “Letakkan di meja.” Pria itu melangkah lebih dekat, meletakkan map tebal di atas meja kerja Zayn dengan gerakan yang begitu terukur dan tegas. Livia menelan ludah. Ia benar-benar terlihat seperti pembunuh bayaran yang baru pulang

    Last Updated : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 14

    Restoran mewah yang mereka datangi memiliki suasana elegan dengan lampu gantung kristal berkilauan di langit-langit. Para pelanggan yang datang kebanyakan adalah eksekutif kelas atas yang berbicara dengan nada rendah dan anggun, menambah kesan eksklusif tempat itu. Namun, di salah satu sudut ruangan, duduklah seorang gadis polos yang tampak bersemangat seperti anak kecil yang baru saja dilepas di toko permen. Livia menggoyang-goyangkan kakinya di kursi, matanya berbinar saat membaca menu di tangannya. "Wow! Zayn! Lihat ini! Ada steak wagyu, ada lobster, ada sushi premium, ada pasta dengan keju yang meleleh! Wah, aku harus coba semua!" Zayn, yang sedang menuangkan air mineral ke gelasnya, hanya melirik sekilas. "Pesan yang wajar saja. Kau tidak mungkin menghabiskan semuanya." Livia mendengus. "Mana tahu kau? Perutku mungkin kecil, tapi kemampuannya besar!" Pelayan datang dengan senyum ramah. "Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" Zayn menyerahkan menunya. "Steak medium rare dan salad

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 60

    Di sudut kota tua Milan yang penuh arsitektur klasik, cahaya lampu malam menyinari bangunan kuno yang kini telah disulap menjadi sebuah aula pelelangan mewah. Di sinilah, di antara tamu-tamu berdasi dan gaun gemerlap, dunia bawah tanah bertemu dengan kemewahan permukaan.Zayn Vanderbilt berdiri tegak di antara kerumunan elite. Mengenakan setelan hitam Armani yang membentuk tubuh tegapnya dengan sempurna, tatapannya tajam menelusuri suasana. Di sampingnya, Axel berdiri dengan kedua tangan disilangkan di depan dada, waspada terhadap segala gerak-gerik mencurigakan.“Target kita adalah peti nomor 17,” bisik Axel, suaranya nyaris tak terdengar. “Isinya senjata prototipe yang hanya muncul sekali di pasar gelap dalam dua dekade.”Zayn mengangguk tanpa memalingkan wajah. Ia menyapu ruangan dengan matanya—dan saat itulah, langkah seorang wanita menarik perhatian banyak mata.Wanita itu melangkah anggun, dengan gaun merah menyala membelah ruangan yang dipenuhi dominasi hitam dan emas. Rambut p

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 59

    Pintu gerbang rumah Vanderbilt terbuka perlahan, menampakkan halaman luas dan bangunan megah bercat putih bersih. Mobil merah mewah itu melaju pelan, seperti pangeran yang baru pulang dari medan perang—tapi isinya justru dua wanita cerewet dan satu bocah super heboh.Begitu mobil berhenti, Finnian langsung membuka pintu belakang.“Yesss! Aku duluan yang sampe!” serunya sambil berlari ke dalam rumah seperti sedang lomba lari estafet.“FINNIAN! Sepatunya lepas! Eh—YA AMPUN, dia bawa boneka kucingnya masuk juga!” Serenity turun dengan rambut sedikit berantakan karena tertiup AC mobil, lalu menoleh ke Livia yang masih tertawa di dalam mobil.“Welcome to my chaotic life, sayang,” ujarnya dramatis.Livia menutup pintu dan berjalan beriringan dengan Serenity.Begitu masuk, suasana rumah yang biasanya hening karena aura misterius Zayn, kini berubah. Suara tawa Finnian menggema, disusul dengan suara Serenity yang berteriak, “Jangan lompat di sofa, Nak! Itu harganya bisa bayar SPP kuliah kamu s

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 58

    Sore itu, mentari mulai condong ke barat, membentuk bayangan panjang di sepanjang terminal penjemputan. Livia berdiri dengan ransel mungilnya, topi bulat berwarna pastel menutupi sebagian rambutnya yang terurai manis. Dia memandangi layar ponselnya yang, entah sudah berapa kali, dicek untuk melihat apakah ada kabar dari Zayn."Nggak ada juga… dia bener-bener lupa, ya?" gumam Livia sambil mengerucutkan bibir. Meski wajahnya tampak cemberut, ada seulas manis yang tetap membuat siapa pun yang melihatnya ingin menyubit pipinya. Ia berdiri kikuk, sendiri, seperti anak ayam kehilangan induk.Namun tiba-tiba—"BRAAAAK!" suara pintu mobil mewah yang terbuka dari arah jalan mengagetkannya. Mobil berwarna merah menyala, dengan velg hitam elegan dan jendela kaca gelap yang baru saja menepi, benar-benar menarik perhatian banyak pasang mata.Livia melongo. Matanya melebar.“Eh? Itu… Lamborghini?” gumamnya, ragu. Tapi sebelum sempat dia memastikan, jendela di bagian penumpang depan turun perlahan.

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 57

    Setelah keluar dari kantin dengan perut kenyang dan hati riang, Livia berjalan sambil bersenandung kecil menuju taman kampus. Di sebelahnya, Aisha melangkah santai dengan tangan dimasukkan ke dalam saku jaket. Angin siang yang sejuk menyapu rambut mereka, sementara cahaya matahari menerobos sela dedaunan, menciptakan bayangan teduh di sepanjang jalur setapak.“Dosen nggak masuk, tumben banget ya,” ucap Livia riang, tangannya mengayun ke depan dan ke belakang seperti anak kecil.Aisha hanya mengangguk malas. “Mungkin beliau sakit kepala lihat tugas-tugasmu,” gumamnya pelan.Livia melotot pelan, tapi hanya beberapa detik sebelum ia tertawa. “Kau jahat, tahu nggak?”Ketika mereka tiba di taman, Livia langsung mengenali sosok yang sedang duduk di bangku panjang, tak jauh dari kolam. Mahasiswa itu tengah membuka novel dengan tatapan serius, namun senyumnya langsung muncul ketika melihat Livia datang.“Reyhan!” seru Livia sembari melambai, seperti anak TK yang baru melihat teman TK-nya juga

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 56

    Langit siang di atas gedung Vanderbilt Corporation tampak mendung, seakan meramalkan badai yang tak hanya akan melanda kota, tetapi juga dunia bisnis kelam yang selama ini Zayn sembunyikan rapat-rapat di balik jas dan dasi mahalnya.Zayn Vanderbilt tengah duduk di ruang kerjanya yang luas dan minimalis. Layar laptop di depannya menampilkan laporan proyek dari salah satu anak perusahaan di luar negeri, namun pikirannya jelas tidak sepenuhnya tertambat pada angka-angka itu. Sejak pagi, rasa gelisah samar mengganggu fokusnya. Perasaan yang tak bisa ia jelaskan, tetapi cukup kuat untuk membuat alisnya terus berkerut.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan. Zayn tak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pelakunya. Hanya ada satu orang yang cukup berani dan cukup penting untuk melanggar etika formal seperti itu.Axel Reinhardt. Tangan kanan sekaligus sahabat lamanya, yang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia bawah tanah dibanding ruang rapat."Sudah kuduga kau belum meninggalk

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 55

    Finnian duduk di kursi dengan kaki yang belum menyentuh lantai, sibuk memindahkan telur ke atas pancake dan menyebutnya "roket makanan ke bulan."Livia duduk di sebelahnya, tertawa kecil sambil membantu Finnian mengoleskan madu. Ia terlihat lebih segar pagi ini. Luka di lengannya sudah mulai mengering, dan semangatnya mulai kembali setelah beberapa hari rehat dari kampus.Serenity duduk di seberang Zayn sambil menyeruput kopi, lalu membuka suara, “Jadi, hari ini aku mau nganter Finnian ke sekolah Montessori yang kamu rekomendasikan itu. Semoga anak ini bisa duduk tenang lebih dari dua menit.”Finnian langsung protes, “Aku bisa duduk! Tapi kalau kursinya empuk!”Semua tertawa.Zayn yang sejak tadi diam, akhirnya bicara, “Aku sudah kirim berkasnya ke kepala sekolah. Mereka akan bantu proses pendaftaran hari ini.”Serenity mengangkat dua jempol. “Good. Aku nggak tahu mesti mulai dari mana. Banyak sekolah lihat aku sebelah mata. Ya, you know… single mom dengan sejarah drama.”Livia yang d

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 54

    Zayn memasuki rumahnya dengan langkah tegap dan ekspresi kaku yang sudah menjadi ciri khasnya. Setelah seharian dikejar rapat dan laporan dari jaringan bawah tanah yang mencurigakan, ia hanya ingin memeriksa kondisi Livia, memastikan luka gadis itu tidak kambuh dan pikirannya tetap aman.Namun baru saja membuka pintu utama, alisnya langsung bertaut saat mendengar…“TEMBAK DINO KUNINGNYA, FINN! TEMBAKKK!!”Suara Livia.“BUNYI SIRINEEE!! DINONYA LEMES!! AAAAKK!”Dan... suara kakaknya?Zayn mendecak pelan dan mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya ia berhenti di ambang ruang keluarga.Pemandangan yang ia lihat sukses membuatnya nyaris kehilangan kata.Di tengah ruangan mewah bergaya modern itu, Livia duduk bersila di lantai, memakai bando kelinci, sambil memegang joystick mainan game dinosaurus yang diproyeksikan ke layar besar. Di sebelahnya, Finnian berdiri di atas meja kopi, berteriak heboh sambil menggenggam boneka t-rex yang matanya menyala.Dan di ujung sofa, Serenity—kakaknya yan

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 53

    Pagi hari itu, matahari bersinar malu-malu dari balik tirai kamar yang setengah terbuka. Udara masih segar, sedikit dingin, dan aroma harum dari diffuser lavender masih melayang di udara. Namun, alih-alih disambut dengan ceria seperti biasa, pagi ini Livia terbangun dengan nyut-nyutan di pergelangan tangannya yang masih dibebat perban.“Ugh… kenapa rasanya kayak habis tinju sama Iron Man…” gumamnya pelan, memeluk guling dengan ekspresi meringis.Sebenarnya, lukanya tidak terlalu parah—cuma sedikit memar dan tergores karena kecelakaan kecil di lab praktek kemarin. Tapi tentu saja, bagi seorang Zayn Vanderbilt, itu sudah sama saja seperti Livia baru saja selamat dari kecelakaan pesawat.Belum sempat Livia bangkit dari tempat tidur, pintu kamarnya terbuka pelan. Zayn masuk, membawa nampan sarapan dengan ekspresi datar—yang artinya dia sedang menahan marah dalam kadar medium. Seperti biasa, gaya CEO-nya tetap terpancar dari rambut sampai ujung kaki, padahal cuma pakai kaus lengan panjang

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 52

    Keesokan HarinyaLivia kembali menjalani rutinitasnya di kampus. Kali ini dengan dua pengawal tambahan yang dikirim oleh Zayn. Meski awalnya sempat protes, akhirnya ia menyerah karena takut Zayn benar-benar memasang CCTV di tiap sudut kampus.Di kampus, Aisha kembali muncul. Luka di bahunya tertutup perban, dan senyumnya sedikit dipaksakan.“Akudenger cowok kamu ngamuk ya kemarin?” tanya Aisha ketus saat menyusul Livia ke taman belakang kampus tempat mereka biasa duduk saat istirahat.Livia menggigit roti sandwich-nya perlahan, cengengesan. “Hehe... iya, agak serem sih... tapi dia baik kok. Kamu nggak apa-apa kan? Bahumu gimana?”Aisha menyipitkan mata.“Lucu ya kamu... masih bisa nanyain aku padahal udah jelas-jelas aku bikin kamu luka waktu praktik.”Livia langsung menegakkan duduknya. “Itu nggak sengaja kan? Aku tahu kok. Nggak usah merasa bersalah... aku juga sering jatuh sendiri, saking cerobohnya.”Aisha hanya mendecih kecil, kemudian menghela napas.“Kadang aku bingung deh... k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status